High End Crush Episode 5
Keduanya berdebar-debar karena berdekatan seperti itu. Se
Hoon yang mencoba menutupi rasa canggungnya, mencoba mengolok-olok Yi Ryung.
Tapi olokannya tak sanggup ia teruskan karena melihat wajah Yi Ryung yang entah kenapa berbeda di matanya.
Para chief menggunakan kesempatan absennya si bos dengan
berleha-leha. Kali ini mereka mengajak Min Joo makan semangka, sesuatu yang
belum pernah mereka lakukan sejak Min Joo bergabung dengan mereka, 5 tahun yang
lalu. Manajer artis berkomentar kalau sebenarnya Soo Ah (salah satu anggota
girlband Min Joo) juga suka semangka.
Min Joo langsung menebak tepat sasaran kalau si manajer
pasti naksir Soo Ah. Si manajer membantah, tapi saat Chief Jo berkata kalau Soo
Ah memang layang ditaksir karena Soo Ah cantik dan bla bla bla.. Si manajer
langsung menyerang Chief Jo, “Bagian mana yang kau sukai? Mana? Mana?” tanyanya
sambil mencekik leher Chief Jo dengan dasi.
Begitu pula yang dilihat Se Hoon pada Yi Ryung saat ini. Hatinya berdebar-debar dan tak bisa berkutik saat Yi Ryung memintanya geser. Dadanya berdegup semakin kencang saat Yi Ryung beranjak dan mendekat ke arahnya. Ia membeku saat wajah Yi Ryung mendekatinya..
Ha. Se Hoon masih terpana dan saat Yi Ryung keluar dari
kamar, ia mengucek-ucek matanya, merasakan keanehan dalam dirinya.
Tapi begitu pula yang dirasa Yi Ryung. Menurutnya Se Hoon
itu aneh. Terdengar ketukan di pintu kamarnya. Ternyata Se Hoon mengikutinya
untuk mengajaknya bicara tentang bisnis. Ia tak mau dan menyuruh Se Hoon
kembali ke kamarnya.
Se Hoon tak mau karena urusannya belum selesai. Ia ingin
mengajak Yi Ryung bicara dengan masuk ke kamar, tapi bayangan Yi Ryung membawa
tongkat pemukul membuatnya mundur teratur dan berbalik untuk kembali ke kamar.
Tapi ia baru sadar sesuatu. Kamar Yi Ryung dan kamarnya beda
bangunan. Itu berarti ia harus melewati halaman yang gelap gulita. Dan ia
merasa ada sesuatu di balik bangunan kamar Yi Ryung. Ia merengek, minta agar Yi
Ryung tak meninggalkannya tidur sendirian di kamarnya.
Haduhh.. badan tinggi gede gitu takut gelap.
“Kumohon, bukalah pintumu. Aku tak akan menyentuhmu sama sekali!!” gedor Se Hoon panik karena kegelapan semakin menghantuinya. “Aku ini seperti pria .. eh bukan.. Aku ini seperti gadis bagimu, jadi kumohon bukalah pintu ini.”
Gubrak. Se Hoon terjatuh karena Yi Ryung membuka pintunya
dengan membentak, “Ahh kau ini memang, ya?!” Tapi melihat Se Hoon berdiri dan
berpura-pura berani walau wajahnya jelas ketakutan, Yi Ryung pun meminta Se
Hoon mendekat dan mengulurkan tangan.




Betapa leganya Se Hoon melihat uluran tangan Yi Ryung.
Para chief mulai bertanya-tanya kemana sebenarnya si bos itu pergi. Apa sekarang Se Hoon punya pacar? Atau mungkin Moon Soo Jin, model yang sudah lama mengejar Se Hoon? Mungkin saja Se Hoon akhirnya bermalam di rumah Soo Jin. Chief Heo mengatakan tak mungkin karena bos mereka itu tipe orang hanya tidur di ranjangnya sendiri atau di hotel bintang lima.
Tapi bos itu sekarang tertidur lelap di kamar sempit milik
Yi Ryung. Dan kita melihat apa arti Yi Ryung meminta Se Hoon mengulurkan tangan
Ternyata tangan Se Hoon diikat dengan tali dengan ujung tali satunya ada di
tangan Yi Ryung.
Sambil terus menarik tali itu, ia mengomel kalau Yi Ryung pura-pura mau sekamar dengannya, ternyata hanya memberinya tali. “Menyuruhku untuk menarik tali kalau sesuatu terjadi, tapi ternyata ujung tali ini tak ada apapun.”
Sambil terus menarik tali itu, ia mengomel kalau Yi Ryung pura-pura mau sekamar dengannya, ternyata hanya memberinya tali. “Menyuruhku untuk menarik tali kalau sesuatu terjadi, tapi ternyata ujung tali ini tak ada apapun.”
Mendadak pintu terbuka, mengagetkan Se Hoon. Tanpa
memedulikan wajah Yi Ryung yang kesal, Se Hoon mulai mengomel. Yi Ryung
langsung memotongnya, “Kau ini sudah berapa kali menarik tali itu semalam? Kau
terus menarik-narik tali itu setiap jam hingga aku tak bisa tidur!!” bentak Yi
Ryung tapi nadanya kembali sopan saat bertanya, “Sekarang kau butuh apa lagi?”
“Tidak, aku hanya ingin berkata kalau aku mempergunakan tali
ini dengan baik,” jawab Se Hoon. Yi Ryung menutup pintu itu kembali, separuh
membanting membuat Se Hoon heran kenapa juga Yi Ryung marah-marah padanya
padahal masih pagi.
Ha.. menurut ngana?
Yi Ryung membawakan sarapan saat Se Hoon cuci muka. Entah kenapa anjing peliharaan Yi Ryung setia duduk di samping Se Hoon, membuat Se Hoon berkata, “Kenapa kau terus menatapku? Apa baru kali ini kau melihat cowok tampan?” Hahaha… dikatai seperti itu, anjing itu malah mendekati Se Hoon. Se Hoon kembali berkomentar, “Hei.. apa kau ini cowok gampangan yang selalu datang jika ada yang memanggilmu?”
Para chief mulai memikirkan kemungkinan terburuk karena si
Boss tak tentu rimbanya. Mereka sudah memeriksa di hotel-hotel bintang lima
tapi tak ada nama Se Hoon di sana. Mungkin ada yang mencoba mencelakakan karena
tak suka dengan bos mereka.
Chief Heo mengeliminasi dugaan itu dan menyuruh rekannya
untuk memeriksa daftar tamu di restoran. Se Hoon tak bisa makan jika tak
disiapkan sendiri oleh orang kepercayaannya atau chef terkenal.
Tapi ternyata Se Hoon sudah siap menyantap hidangan yang
disiapkan Yi Ryung. Ia memang menggerutu melihat hidangan itu. Bukan karena tak
dimasak oleh chef terkenal tapi karena hanya Oh Chub (5 macam hidangan diluar nasi dan kimchi), “Kudengar kau
menyajikan 9 hidangan pada CEO Jang, jadi kenapa aku Cuma dapat lima?”
Yi Ryung tak menjawab dan mulai makan, walau Se Hoon terus
mengomel, tak puas dengan masakan, kamar yang ia tempati dan sikap Yi Ryung
yang tak menghiraukannya. Yi Ryung berhenti makan dan mengambil sumpit Se Hoon.
“Kalau begitu kau tak mau makan, ya?”
Se Hoon langsung menahan sumpitnya. “Kenapa aku tak makan?
Aku akan makan sekarang juga,” jawabnya ketus. Tapi keketusannya berubah saat
suapan pertama masuk ke mulutnya. Masakan Yi Ryung ini benar-benar enak! Ia
mencicipi satu, dua, tiga, empat dan lima masakan. Semua ia makan.
Sampai akhirnya ia kekenyangan. Se Hoon terkapar di
bale-bale, terpapar matahari. Se Hoon berteriak, memanggil Yi Ryung, meminta
tabir surya, toner atau skincare apalah..
Se Hoon shock melihat skincare milik Yi Ryung hanya dua biji
aja. Ia tak percaya melihat meja rias Yi Ryung, karena di Seoul, meja riasnya,
penuuuhhh.. dengan botol-botol, yang saya aja ga tau itu untuk apaan. Se Hoon
benar-benar teliti merawat kulitnya.
Tak ada rotan, akar pun jadi. Begitu pula di rumah Yi Ryung.
Menggunakan skincare seadanya, Se Hoon mencontohkan bagaimana merawat kulit
wajah. Ia mengikat poninya agar tak mengganggu proses cuci mukanya. Duh, cyin..
cantik banget pake kuncir di kepala.
“Kau tak hanya menemplokkan saja ke wajahmu kan?” tegur Se Hoon.
“Nanti kau jadi lebih tua, loh.” Haduhh… Yi Ryung menatap Se Hoon sebal,
membuat Se Hoon berkomentar, “Tuh kan. Kau kelihatan seperti akan memukulku
lagi.”
Yi Ryung menahan emosi dan membungkuk hormat, meminta maaf
karena telah memukul Se Hoon. Walau Se Hoon heran melihat Yi Ryung yang
bipolar, tapi ia malah memuji sikap Yi Ryung yang sudah seperti selebritis yang
gampang pindah mood. Yi Ryung semakin kesal karena Se Hoon terus bicara, “Sudah
selesai belum? Aku mau pergi ke suatu tempat. Apa kau tak ingin pulang?”




“Kau ini pasti belum tahu dunia luar. Untuk apa aku pulang sekarang? Seoul sekarang pasti jadi gila karena aku pergi,” jawab Se Hoon sombong.
Iya sih.. Di Seoul banyak orang mencari Se Hoon. Tapi
bawahannya menangani hal itu dengan baik. Amat sangat baik malah. Mereka minta
pihak ketiga untuk tak khawatir, CEO mereka tak akan marah kok, jadi tenang
saja.
Se Hoon dan Yi Ryung berhadapan. Satu ingin kontrak segera
ditandantangi, satunya lagi menolak. Seperti biasa, Se Hoon memaksa dan
mengambil kontrak dari saku jasnya. Tapi kontrak itu tak ada. Se Hoon ingat
kalau ia menaruh kontrak itu di pinggir tebing.
Tapi Se Hoon tak hilang akal dan bicara penuh
profesionalitas, “Au tak membawa kontraknya. Tapi wajahku sudah merupakan
kontrak itu sendiri. Kau sedang beruntung.”
Yi Ryung tak menganggap wajah Se Hoon bisa dipercaya apalagi
menjadi kontrak. Tentu saja Se Hoon tersinggung, menganggap Yi Ryung
meremehkannya karena Yi Ryung bisa mengikat tangannya dengan tali. “Apa kau tak
tahu siapa diriku ini? Mustahil kau bisa bicara padaku jika di Seoul…”
Se Hoon berhenti bicara saat Yi Ryung mendelik padanya dan
meraih kaca agar ia bisa berkaca. Ia terkesiap melihat kunciran rambutnya masih
nemplok di sana. Hahaha.. jelas aja wajah kayak gitu gak bisa dianggap serius.
Se Hoon buru-buru melepas kunciran rambutnya.




Yi Ryung beranjak pergi karena masih banyak yang harus ia kerjakan. Ia mempersilakan Se Hoon untuk meneruskan perawatan wajahnya, “Agar wajahmu itu tak segera keriput.” Hahaha.. Se Hoon heran melihat Yi Ryung selalu bisa membalas kata-katanya.
Yi Ryung mulai mengerjakan pekerjaan sehari-harinya. Se Hoon
mengikuti kemana Yi Ryung pergi sambil terus membujuk dan membujuknya
untuk menandatangani kontrak. Yi Ryung
memberi makan anjingnya, Se Hoon ngomongin kontrak. Yi Ryung menjemur cabe,
tetap mendengar kontrak. Menyiram tanaman, selalu kontrak, kontrak dan kontrak.
Se Hoon mengangguk bangga. Ia menjadi sukses semuda ini
bukan hal yang biasa. Yi Ryung bertanya mengapa Se Hoon melakukan hal ini. Se
Hoon menjawab, “Karena aku membutuhkanmu. Aku tak pernah merasakan hal seperti
ini. Tapi kau membawa aura yang bagus dan memiliki citra yang tak jelek. Dan
melihatmu selalu bisa membalas ucapanku membuktikan kau ini pintar. Terlebih
lagi, aku ingin membuatmu terkenal. Jadi kalau kau..”
“Apa mungkin..,” potong YI Ryung. “Kau ini menyukaiku?”
Se Hoon terperangah mendengar tuduhan itu. “Kok bisa kau punya
pikiran itu? Apa kau ini menanam opium di halaman belakang atau bagaimana?
Kurasa kau ini sedang fly. Kalau kau punya barang bagus, jangan disimpan
sendiri, bagi-bagi ke aku.”
Hahaha… ngeselin banget jawaban Se Hoon. Yi Ryung memilih
mengerjakan pekerjaannya lagi. Tapi Se Hoon masih terus mengganggu. “Hei, aku
ini memang menyukaimu. Benar-benar menyukaimu.
Aku tak akan pernah berkata aku tak menyukai orang lain. Tapi jika kau
bertanya apa aku menyukaimu sebagai wanita.. astaga!” Se Hoon
menggeleng-gelengkan kepalanya.
Yi Ryung akhirnya berdiri dan menghadap Se Hoon dengan
bersedakep, mendengarkan ucapan Se Hoon yang menjelaskan jika ia kedapatan
menyukai Yi Ryung, Yi Ryung akan merasa mendapat durian runtuh.
Keberuntungannya naik sepuluh kali lipat jika Yi Ryung menang lotere. Yi Ryung
tertawa sinis mendengarnya, membuat Se Hoon heran. Yi Ryung pun bertanya,
“Jadi.. kau ingin bilang kalau kau ini menyukaiku?”
“Tidak!”
“Kalau tidak juga tidak apa-apa!” bentak Yi Ryung dan berbalik pergi.
“Tidak apa-apa? Hei!” Se Hoon kesal karena melihat Yi Ryung berbalik dan mulai mencangkul, tak mau bicara padanya lagi. Apa Yi Ryung tak tahu, setelah ia kembali ke Seoul, Yi Ryung tak bisa melihatnya sesuka hatinya.
Tak mendengar jawaban dari Yi Ryung, akhirnya Se Hoon
bertanya, apa yang Yi Ryung lakukan sekarang. Yi Ryung menjawab ia harus
menggali sebelum membuat kimchi. “Sebenarnya aku ingin menggalinya nanti
setelah kau pergi. Tapi karena kau akan pergi dalam waktu dekat, aku akan
melakukannya sekarang.”
Note: karena Yi Ryung
tak punya lemari es, kimchi yang dibuat dan dimasukkan dalam guci, bisa
dipendam di dalam tanah agar tetap dingin.
Se Hoon semakin kesal melihat Yi Ryung tak mendengarkannya malah memilih menggali. Ia akhirnya merebut sekop itu dan menggali dan terus menggali agar Yi Ryung bisa mendengarkan apa yang akan ia jelaskan kenapa Yi Ryung harus menandatangani kontrak ini.
Dan hari itu, Se Hoon mengerjakan semua pekerjaan Yi Ryung.
Menggali, menjemur baju, memetik sayuran, dan mencucui piring, sementara Yi
Ryung hanya bisa mendengar ocehan Se Hoon sepanjang hari.
Sabar.. sabaarr… Itu kayaknya yang terucap di dalam hati Yi
Ryung. Cakep sih cakep, tapi kalau tingkahnya ngeselin, rasanya pingin pendam si
Se Hoon itu sebagai ganti kimchi kali ya..
Se Hoon memiliki naluri yang top dalam menilai seseorang
pantas atau tidak diorbitkan. Jika ia merasa tertarik dan nalurinya berkata
iya, maka orang tersebut itu pantas diorbitkan, walau orang lain bilang tidak.
Ia sudah membuktikannya, sehingga ia menjadi CEO artis management yang disegani
banyak orang.
Begitu pula saat ia melihat Yi Ryung. Ia merasa
berdebar-debar saat melihat Yi Ryung. Yi Ryung terlihat bercahaya dan mempesona
di matanya. Dan nalurinya mengatakan kalau Yi Ryung ini benar-benar cocok untuk
diorbitkan.
Hadeuhhh… dasar Se Hoon belum pernah jatuh cinta dan pacaran. Cocok untuk diorbitkan atau dijadikan pacar? Hahaha.. makanya drama ini diberi judul High End Crush. Naksir Tingkat Tinggi.
Bener banget mbak...
ReplyDeleteManajemennya mungkin bagus, tapi hatinya sendiri masih hrs belajar cinta wkwkwk