Sebelum semua rencana itu di laksanakan, Louis sempat
mengumpulkan mereka semua di sebuah cafe, kecuali detektif Nam. Ya, secara dia
polisi jadi pasti sibuk. Louis kemudian bertanya apa semuanya setuju dengan
rencana yang sudah dia buat. In Sung, Jung Ran dan Bok Nam menjawab setuju,
namun Joong Won mengaku tak setuju dengan alasan kalau Bok Sil akan terkejut
ketika melihat Louis menjadi gelandangan, padahal yang dia tahu Louis sedang
berada di Prancis.
Mendengar alasan Joong Won, In Sung langsung menjawab kalau
memang itulah tujuannya, mereka semua memang ingin memberi kejutan untuk Bok
Sil. “Ketika dia terkejut saat melihat
Louis, kita akan mengejutkannya sekali lagi dengan kehadiran Bok Nam. Ini
rencana yang bagus untuk membuatnya
terkejut dengan adanya Bok Nam,” tambah In Sung.
“Aku juga tidak setuju,” ucap Tuan Kim tiba-tiba.
“Kenapa tidak?” tanya Louis kesal.
“Apa harus... sampai kau berpura-pura jadi gelandangan? Kau
terlalu berharga untuk melakukan itu.”
“Lagipula aku juga gelandangan saat aku pertama kali bertemu
Bok Sil. Bok Sil menyelamatkanku meskipun aku miskin saat itu. Dengan mengulang kejadian
saat pertama kali kami bertemu, aku ingin dia mengingat saat pertama kali kami
bertemu. Aku akan menggunakan Bok Nam untuk membuktikan kalau... pertemuanku
dan Bok Sil adalah anugerah,” jelas Louis dan diakhir penjelasan Louis
mengangkat tangan dan kakinya, reflek Joong Won dan In Sung mengikuti
gerakannya. Mendengar penjelasan Loui, Jung Ran berkomentar kalau rencana Louis
sangat romantis dan bahkan membuatnya merasa tersentuh.
Louis kemudian memohon pada semuanya untuk membantu dia
dalam rencana itu. Dengan senang hati, Jung Ran, Bok Nam dan In Sung menjawab
“Oke”. Hanya Tuan Kim dan Joong Won yang menjawabnya “Oke” dengan setengah
hati.
Louis lalu meminta In Sung untuk merekam dirinya karena
dia ingin menyampaikan kata-kata pada
Bok Sil untuk menyempurnakan kejutan ini.
“Bok Sil. Apa kau terkejut? Aku berjanji untuk menemukan Bok
Nam, kan? Aku menepati janjiku. Apa kau tahu masalah apa yang kulalui? Aku
harus berlari-lari selama berjam-jam. Kau bilang Bok Nam adalah Katak Lamban,
tapi dia sangat cepat. Dia terus berlari kesana-kemari. Aku bahkan memanjat 168
anak tangga. Sebanyak 168 anak tangga. Dan juga, aku harus menggunakan jaket
tipis ini untuk acara hari ini. Aku memakai lebih banyak baju di dalamnya. Bok
Sil. Hari dimana aku menemukanmu adalah.... hari paling beruntung dalam
hidupku. Terima kasih... karena bertemu denganku lagi hari ini,” ucap Louis
dalam video rekamannya dan Bok Sil menangis haru mendengarnya.
Kapal Bok Sil menuju pelabuhan dan di pelabuhan, Louis dan
yang lain sudah menunggunya dengan senyum kebahagiaan. Bahkan In Sung juga
membawa kertas yang bertulisan, “SELAMAT! PROYEK MENCARI BOK NAM SELESAI.”
Ketika melihat Louis yang tersenyum padanya, Bok Sil pun
teringat kebali pada pernyataan Louis yang berkata, “Hari dimana aku
menemukanmu adalah... hari paling beruntung dalam hidupku. Terima
kasih...karena bertemu denganku lagi hari ini.”
Turun dari kapal, Bok Sil langsung berlari ke pelukan Louis
yang sudah merentangkan tangannya. Semua orang merasa senang, kecuali Joong
Won, jelas... semua itu karena dia merasa cemburu. Tapi walaupun merasa
cemburu, Joong Won tetap melakukan permintaan Louis karena itu demi kebahagiaan
Bok Sil.
“Aku berjanji padamu untuk menemukan Bok Nam. Aku bilang
padamu untuk mempercayaiku,” ucap Louis.
“Terima kasih, Louis,” jawab Bok Sil dan kembali memeluk
Louis.
Kedua orang tua Joong Won pergi ke rumah Bok Sil. Young Ae
memang sengaja datang ke rumah Bok Sil disaat Bok Sil tak ada, namun dia sudah
meminta izin pada Bok Sil sebelumnya, bahkan dia mendapatkan pasword rumah Bok
Sil. Young Ae benar-benar ingin menjadikan Bok Sil seorang ahli obat
tradisional. Sebelumnya, Young Ae juga berhasil menjadikan Tuan Cha sebagai
pengirim surat, padahal sebelumnya Tuan Cha tak punya ambisi sama sekali.
Masuk rumah Bok Sil, Young Ae kemudian meminta Tuan Cha
untuk meletakkan makanan yang mereka bawa ke dalam kulkas. Tak lama kemudian
Geum Ja masuk dan bertanya siapa mereka? Geum Ja mencurigai mereka karena
mereka masuk ke dalam rumah orang yang kosong dan membuka kulkas. Tanpa
berbalik Young Ae bertanya siapa Geum Ja sendiri? Bagaimana Geum Ja bisa
mengenal Bok Sil?
“Kau mengenal Bok Sil?” tanya Geum Ja dan Tuan Cha menjawab
dengan anggukan.
Mereka bertiga kemudian duduk bersama untuk bicara,
menyelesaikan salah paham. Geum Ja kemudian berkata kalau dia adalah tetangga
yang sudah seperti ibu sendiri bagi Bok Sil. Sekarang giliran Young Ae yang
memperkenalkan diri, dia memperkenalkan diri sebagai calon mertua Bok Sil.
Mendengar itu tentu saja Geum Ja kaget.
“Ibu mertua? Tapi Louis bilang dia hanya memiliki nenek dan
tidak punya orangtua,” ucap Geum Ja.
“Siapa Louis?” tanya Young Ae.
“Bukannya kau ibunya Louis?”
“Aku ibunya Cha Joong Won.”
“Omo. Apa yang terjadi?” ucap Geum Ja bingung.
“Maksudmu, Louis... calon penerus Gold Group?” tanya Tuan
Cha yang sedari tadi diam dan Geum Ja mengiyakan.
“Maksudmu... dia dan Bok Sil sedang berkencan atau sesuatu seperti itu?” tanya
Young Ae memastikan.
“Lebih dari itu. Mereka dulunya tinggal bersama disini,”
jawab Geum Ja keceplosan dan itu membuat kedua orang tua Joong Won kaget.
Ma Ri sudah berada di Busan, menunggu pria yang hendak
ibunya jodohkan pada dia. Jae Suk melakukan semua itu karena tak mau Ma Ri
terluka karena hanya menunggu Joong Won dan Louis yang sama sekali tak
menyukainya. Tak lama kemudian, seorang
pria tampan datang dan Ma Ri dengan senang menyambutnya. Namun kesenangan itu
hanya berlangsung lama setelah mendengar pengakuan si pria kalau dia sudah
punya seseorang yang dia sukai.
“Kalau begitu kenapa kau datang kesini? Jika kau
mengatakannya sejak awal, aku tidak perlu sampai datang kesini,” ucap Ma Ri
kesal dan sampai berdiri. “Aku jauh-jauh datang kesini dari Seoul. Beraninya
kau mempermainkanku?” ucap Ma Ri dan benar-benar emosi, dia mengambil gelas dan
hendak menyiram si pria. Namun Baek Ma Ri menahannya, mengingat si pria adalah
anak dari teman ibunya, selain itu karena image Baek Ma Ri yang merupakan orang
paling baik di Goldline. Ma Ri pun kemudian meminum airnya untuk meredakan
kemarahannya.
In Sung membiarkan Louis pulang ke Seoul bersama Bok bersaudara dan Joong Won, karena dia sendiri
ingin menikmati pemandangan di Busan dulu.
Setelah In Sung
menutup teleponnya, kebetulan dia melihat Ma Ri sendirian. Tentu saja In Sung
langsung menghampirinya. Melihat Ma Ri menangis, In Sung pun bertanya kenapa,
namun Ma Ri tak mau memberitahunya. Ma Ri hendak pergi, tapi In Sung terus mengikuti
dan itu membuat Ma Ri tak nyaman, sampai-sampai dia tak sengaja memukul wajah
In Sung.
Karena In Sung terus mengikutinya, Ma Ri pun bertanya
kenapa? Tahu kalau suasana hati Ma Ri sedang tidak baik, In Sung pun berkata
kalau ulmyeon baik untuk mereka yang sedang merasa tertekan dan jajangmyeon
ketika mereka sedang kesal.
“Apa kau mau menonton film bersamaku?” tanya In Sung pada
akhirnya. Dia pun mengaku kalau dia tahu tempat yang bagus jadi dia menyuruh Ma
Ri untuk mengikuti. Ntah di pelet apa sama In Sung, setiap In Sung mengajak Ma
Ri selalu menurut, walaupun Ma Ri sebenarnya merasa tak suka pada In Sung.
Louis mempersilahkan Bok Sil masuk dan hendak duduk bersama
Boik Sil namun di cegah oleh Joong Won, karena Joong Won mau, orang yang duduk
di samping Bok Sil adalah Bok Nam.
“Kenapa? Aku juga sudah lama tidak bertemu dengannya,”
protes Louis.
“Bok Nam bisa saja mati,” ucap Joong Won.
“Aku juga.”
“Diamlah. Ini mobilku,” jawab Joong Won dan Louis sudah tak
bisa berkata-kata lagi, dia membiarkan Bok Nam duduk di samping Bok Nam dan
Louis sendiri di bangku depan. Di dalam
mobil, Joon Won kembali mendumel, “Memangnya aku supirmu atau apa? Gosh, ini
sangat menyedihkan.”
Joong Won kemudian menyuruh semuanya untuk memasang sabuk
pengaman mereka. Secara kompak mereka pun
langsung memakai sabuk pengaman.
“Supirku, ayo jalan,” teriak Louis.
“Hei! Beraninya kau memamanggilku begitu?” teriak Joong Won
tak terima, namun Louis tak perduli dia malah menambah Joong Won dengan
berteriak, “Go Go Go!’ Bok Sil hanya tersenyum melihat perdebatan dia pria itu.
Bukan hanya In Sung yang belum pulang dari Busan, Jung Ran
dan Tuan Kim juga masih berada di Busan. Mereka berdua melihat mercusuar yang
berbentuk seperti botol susu bayi. Tuan Kim menjelaskan kalau yang dia dengar,
para wanita banyak mendatangi tempat ini ketika mereka menginginkan seorang
bayi. Membahas tentang bayi, Tuan Kim kemudian berkata kalau Jung Ran harus
segera memiliki bayi sebelum dia bertambah tua.
“Ho Joon. Biarkan aku mengingatkanmu. Kita bukan pasangan
menikah dan kau juga belum melamarku. Dan apa? Bayi? Lakukan langkah-langkah
yang berurutan! Kau lihat betapa baiknya Tuan Louis memperlakukan Bok Sil. Dia
merencanakan sebuah event yang menyentuh untuknya. Kau harusnya belajar darinya!”
ucap Jung Ran dengan kesal dan kemudian berjalan pergi.
“Jung Ran. Jung Ran. Aku hanya khawatir kalau kau melahirkan
saat sudah tua,” ucap Tuan Kim dan Jung Ran tambah kesal mendengarnya.
“Jangan khawatirkan aku dan urusi saja urusanmu! Jangan ikuti
aku!” ucap Jung Ran dan memukul dada Tuan Kim.
Mi Ran masih terus berjalan menuju tempat yang In Sung
bilang bagus. Namun dia sudah merasa lelah karena dia berjalan dengan sepatu
high yang lumayan tinggi. Melihat Mi Ran kesakitan, In Sung langsung meminjamkan
sepatunya pada Mi Ran, awalnya Mi Ran tak mau memakainya, karena sepatu In Sung
tak cocok dengan pakaiannya yang elegan. Tapi karena In Sung memaksa, bahkan
dia melepas secara paksa sepatu yang Ma Ri dan menggantinya dengan sepatu
miliknya.
Agar Ma Ri tak mengganti sepatunya lagi, In Sung langsung
membawa lari sepatu Ma Ri, sedangkan In Sung sendiri berjalan hanya dengan menggunakan kaus
kaki. Melihat In Sung berjalan tanpa sepatu, Ma Rii bergumam kalau kaki In Sung
bisa kedinginan jika seperti itu dan dia juga bertanya-tanya apa In Sung sedang
berpura-pura baik.
“Ah, hanya dengan melihatnya membuatku sangat kesal,” ucap
Ma Ri dan kemudian berjalan sambil menangis, karena harus memakai sepatu In
Sung.
Mereka akhirnya sampai di tempat yang dituju. In Sung
menghampiri Ma Ri dengan membawa dua botol minum. Walaupun sudah pergi bersama,
Ma Ri tetap tak mau di dekati In Sung, jadi In Sung pun melangkah beberapa
langkah menjauh dari Ma Ri.
In Sung hendak meminta maaf atas kejadian dimana dia BAB di
mobil Ma RI, namun sebelum In Sung menyelesaikan kata-katanya, Ma Ri memintanya
berhenti, karena Ma Ri tak mau lagi mengingat kejadian itu.
Film-nya sudah mulai, jadi In Sung mengajak Ma Ri nonton.
Ternyata mereka bukan nonton di bioskop melainkan di ruang terbuka dengan layar
putih dan proyektor. Kayak layar tancep gitu lah.
Karena Ma Ri tak mau In Sung berada dekat dengannya, jadi In
Sung memilih duduk di bangku belakang. Saat nonton, In Sung terus melirik ke
arah Ma Ri dan senyum-senyum sendiri. Tiba-tiba, Ma Ri merasa sedikit tak
nyaman pada perutnya. Melihat itu, In Sung mengira Ma Ri kedinginan sehingga
dia langsung memakaikan jas miliknya pada Ma Ri. Mendapati hal itu, Ma Ri kaget
dan langsung menyuruh In Sung untuk menjauh darinya.
Ma Ri merasa tambah tak nyaman pada perutnya. Mengira kalau
Ma Ri kehausan, In Sung pun memberikan minuman yang tadi dia beli. Lagi-lagi Ma
Ri kaget karena In Sung mendekatinya, karena itu dia langsung menyuruh In Sung
menjauh.
Sambil memegang botol minuman, Ma Ri menahan rasa sakit
perutnya. Tak tahan, Ma Ri hendak pergi, namun saat dia mengangkat badan,
tiba-tiba terdengar suara kentut. In Sung tahu kalau yang kentut adalah Ma Ri
dan semua orang yang ada disana juga mengarah ke arah Ma Ri, karena saat itu
hanya Ma Ri yang hendak berdiri. Namun sebagai pria yang bertanggung jawab, In
Sung langsung mengaku kalau dialah yang kentut. Ma Ri sendiri hanya terdiam tak
bisa berkomentar apa-apa.
Louis ikut makan bersama Bok bersaudara dan juga Geum Ja.
Gaya makan Bok Nam sangat sama dengan Louis. Mereka berdua sangat lahap ketika
makan. Geum Ja kemudian bertanya pada Bok Sil, kalau Bok Nam bukan hantu, tentu
saja Bok Sil mengiyakan. Masih penasaran, Geum Ja tiba-tiba mencubit pipi Bok
Nam, sampai Bok Nam merasa kesakitan.
“Dia benar-benar bukan hantu,” ucap Geum Ja dan membuat
semuanya tertawa. “Kami kira kau sudah mati. Kau harus berbuat baik pada
kakakmu. Dia melewati banyak hal yang sulit karena kau. Kau mengerti?” pesan
Geum Ja dan Bok Nam pun mengiyakan.
“Aku juga sudah melewati hal sulit. Apa kau mengerti
perkataanku?” tanya Louis dan Bok Nam mengiyakan.
“Dua pria dalam hidupmu awalnya dikira sudah meninggal. Astaga.
Aku harus bilang, hidupmu penuh dinamika,” ucap Geum Ja pada Bok Sil dan Bok
Sil mengiyakan.
Selesai makan, Louis langsung tepar karena kekenyangan,
sedangkan yang lain menyiapkan tempat tidur. Karena Louis tak mau minggir, Geum
Ja pun menepuk punggungnya, sampai membuat dia kesakitan lalu duduk. Geum Ja
kemudian menyuruh Louis pulang, namun Louis tak mau. Dia ingin tidur bersama
Bok Sil dan Bok Nam.
“Ruangan ini terlalu kecil untuk kalian bertiga,” ucap Geum
ja.
“Kita berempat tidur di kamarmu waktu itu,” jawab Louis.
“Aku hanya membiarkanmu bersama kita karena kau tidak punya
tempat lagi. Kau hidup di rumah yang mewah sekarang. Kenapa kau mau tidur di
ruangan kecil ini?”
“Karena Bok Sil ada disini,” jawab Louis dan Bok Nam setuju
kalau Louis tidur bersama mereka. Namun Geum Ja tetap tak mengizinkan Louis
tinggal, dia mengajak Louis pergi karena Bok Sil dan Bok Nam harus berdua untuk
melepas rindu.
Setelah Louis dan Geum Ja pergi, Bok bersaudara langsung
mempersiapkan tempat dan berbaring. Sambil berbaring Bok Sil bertanya apa Bok
Nam sudah tahu tentang kabar bahwa nenek mereka meninggal? Bok Nam pun
mengiyakan.
“Dia sangat mengkhawatirkanmu. Sebelum aku pergi ke Seoul,
aku berjanji padanya... kalau aku pasti akan menemukanmu... dan memasakkan
makanan yang enak untukmu,” aku Bok Sil.
Flashback!
Bok Sil berkata pada foto sang nenek, “Nenek. Jangan
khawatirkan Bok Nam dan istirahatlah dengan tenang. Aku pastikan aku akan
menemukannya. Aku akan memasakkan makanan yang enak dan menjaganya. Nenek,
jadi... jangan khawatir tentang kami... dan istirahatlah dengan tenang.”
Flashback End!
Bok Sil melihat kearah Bok Nam dan Bok Nam sudah tidur
dengan nyenyak. Dia kemudian membenahi selimut Bok Nam dan dalam hati berkata, “Nenek.
Aku menepati janjiku. Kau tidak perlu mengkhawatirkan kami lagi.”
Kita beralih pada Joon Won yang sedang bersantai di rumah,
sambil minum minuman hangatnya, dia membatin, “Pria yang aku kenal, Raja Belanja,
Louie, terlihat naif, mudah ditipu dan tidak kompeten. Tapi, dia adalah pria
yang tidak suka menghakimi orang lain. Ketulusannya yang tidak terbatas...mengubah
kesedihannya menjadi kebahagiaan...dan membuat keajaiban terjadi.”
Tuan Goo membuka mata dan kabar itu langsung diberitahukan
pada Detektif Nam. Setelah menutup telepon, Detektif Nam dan rekannya langsung
bergegas menuju rumah sakit, namun sebelum ikut pergi, rekannya diam-diam
menelpon Tuan Baek dan memberikan informasi mengenai sadarnya Tuan Goo. Detektif
itu juga berjanji akan mengabari Tuan Baek lagi, setelah mendapatkan identitas
korban (Tuan Goo).
Mengetahui Tuan Goo sudah sadar, membuat Tuan Baek cemas,
dia takut Tuan Goo akan memberitahu yang sebenarnya pada polisi.
Detektif Nam dan rekannya sampai di rumah sakit, namun sayang Tuan Goo sudah tak ada
lagi di kamarnya, dia melarikan diri. Ketika detektif Nam sibuk mencari Tuan
Goo di sekitar rumah sakit, rekannya sekali lagi menelpon Tuan Baek dan
memberitahu kalau Tuan Goo melarikan diri.
Kemana Tuan Goo? Ternyata dia pergi ke telepon umum dan
kemudian menelpon telepon rumah Tuan Baek. Kebetulan saat itu Jae Suk yang
mengangkatnya. Pada Jae Suk, Tuan Goo mengaku kalau dia adalah orang yang
bekerja untuk Tuan Baek, bahkan Tuan Goo juga menyebutkan namanya. Ingin
menjadi majikan yang baik, Jae Suk dengan ramah menyuruh Tuan Goo untuk
berkunjung ke rumahanya kapan-kapan, karena Jae Suk ingin mengundangnya makan
bersama. Tepat disaat itu Tuan Baek masuk dan dia mendengar pembicaraan Jae Suk
dan Tuan Goo.
Tak mau Tuan Goo nanti mengatakan sesuatu pada Jae Suk, Tuan
Baek langsung merebut telepon dan menyuruh Jae Suk keluar dari ruangannya. Di bentak seperti
itu, Jae Suk langsung mengingatkan Tuan Baek, kalau tidak akan bagus jika Tuan
Goo mendengar Tuan Baek berteriak-teriak seperti itu, namun Tuan Baek tak
perduli, dia malah tambah menaikkan volume suaranya dan menyuruh Jae Suk
keluar.
“Kenapa kau selalu marah-marah padaku setiap saat?” tanya
Jae Suk dengan kesal dan kemudian pergi keluar.
Tuan Baek kemudian menjawab telepon dan dia mengajak Tuan
Goo bertemu. Tuan Goo kemudian membahas tentang Louis yang sudah kembali ke
Gold Group saat dia masih koma.
“Apa kau... mencoba mengancamku sekarang?” tanya Tuan Baek.
“Ah, apa yang kau bicarakan? Lagipula aku tidak datang untuk
bertemu Ny Choi. Jika kau terus bersikap seperti itu padaku, aku tidak tahu kapan
aku berubah,” ucap Tuan Goo dan Tuan Baek bertanya berapa jumlah uang yang Tuan
Goo inginkan, atau Tuan Goo ingin dia melakukan apa?
Ditanya seperti itu, Tuan Goo tak menjawab, dia langsung
menutup teleponnya. Mendapati hal tersebut, Tuan Baek terpikir akan satu hal.
Louis sudah berada di rumahnya dan tepat disaat itu telepon
di rumahnya berdering, sehingga diapun langsung mengangkatnya. Baru berkata “halo”
pada si penelpon, Tuan Baek muncul dan dia terkejut melihat Louis mengangkat
telepon, karena Tuan Baek tahu kalau yang menelpon adalah Tuan Goo. Louis pun
melihat dengan tatapan bingung, dia bingung kenapa Tuan Baek tiba-tiba datang.
bersambung
No comments :
Post a Comment