Episode 3 diawali dengan pertemuan antara Se Hoon dan Yi
Ryung yang didampingi oleh CEO Jang dan pengacaranya, dengan agenda penuntutan
Se Hon oleh Yi Ryung atas dakwaan penyalahgunaan UU tenaga kerja, penculikan,
penyekapan dan pelecehan seksual.
Ha? Kok bisa? Se Hoon juga mendelik mendengarnya, “Tunggu dulu.” Ia
menarik si asisten dan bertanya apa yang sebenarnya terjadi.
Si asisten benar-benar tak tahu, karena yang Yi Ryung
lakukan hanyalah pinjam teleponnya dan menelepon seseorang yang ternyata adalah
CEO Jang. “Mendapat nomor telepon CEO Jang tentu lebih mudah daripada nomor
telepon Anda. Kalian kan beda level,” pujinya, tapi malah dapat pelototan dari
Se Hoon, membuatnya mengkeret.
Yang menjadi korban pelampiasan emosinya tentu saja si
asisten. Ia menyalahkan asistennya yang tak merekam Yi Ryung yang memukulnya
dan melaporkan ke polisi. Dan lagi kenapa juga Yi Ryung dibawa-bawa ke lokasi
syuting? Si asisten menjawab kalau mereka butuh pemeran pengganti saat Min Joo
kabur. “Kami tak takut pada polisi, tapi takut pada Anda. Anda itu adalah
hukum, yuridiksi, administrasi, rumah tangga yang gabung jadi satu.”
Hahaha… emang Se Hoon UUD 45? Se Hoon mendelik kesal, membuat
si asisten menutup mulutnya.
Dan yang membuat Se Hoon kesal adalah karena tadi Yi Ryung
terlihat jumawa sekali di pertemuan tadi. Si asisten mengeluarkan puja puji
atas sosok Se Hoon yang baginya sangat charming, mengesankan, sexy dan murni seperti anak-anak (hahaha… yang ini
boong banget, ah!), tapi tetap tak menghilangkan kekesalan Se Hoon.
Seseorang datang dan membisikkan sesuatu pada si asisten.
Aha.. si asisten akhirnya tahu apa yang sebenarnya terjadi. Jadi ceritanya CEO
Kang itu hobi hiking. Se Hoon memotong ketus, “Aku saja tak tahu hobiku
sendiri, kenapa aku harus tahu hobi orang?”
Asisten tak ambil hati ucapan CEO-nya dan melanjutkan cerita
kalau pernah satu waktu ia hiking tengah malam dan tersesat. Dan kita kembali
ke masa itu, saat CEO Kang berjalan tapi kembali ke tempat semula. Berjalan
lagi, dan tetap kembali ke tempat semula.
Sudah malam, banyak bunyi-bunyian pulak, membuat suasana
semakin seram dan mencekam. Kelelahan, CEO Kang terjatuh.
Samar-samar terdengar suara rumput diinjak, makin lama makin
keras menandakan ada yang menghampirinya. CEO Kang mulai panik dan mengarahkan
senternya ke segala arah dan berteriak..
“Ahhh.. apa itu? Apa itu?” tiru si Asisten dramatis. Tapi Se
Hoon hanya menatapnya datar dan mengatakan kalau ia pernah memberitahu dua hal
yang menghalangi kesuksesan si asisten, kan.
Sambil mengacungkan tiga jarinya,
ia akan memberitahu hal ketiga yang membuat si Asisten tak bisa sukses. Yaitu
cerita yang ga ada artinya dan membosankan pula.
Si Asisten bergumam kalau ceritanya itu ada artinya. Maka Se
Hoon menyuruhnya untuk langsung ke bagian yang ada artinya.
Ternyata yang menyelamatkan CEO Kang adalah Yi Ryung yang
tinggal sendirian di rumah terpencil di Odaesan, yang tak ada handphone,
komputer bahkan televisi. CEO Kang langsung jatuh cinta pada Yi Ryung yang
menyelamatkannya, memberinya tempat untuk tidur bahkan membuatkan masakan yang
sangat lezat.
Sama seperti Se Hoon yang suka mengumbar uang (ha.. di sini si
asisten jadi mengkeret karena Se Hoon memelototinya), CEO Kang juga ingin
memberi Yi Ryung uang untuk membalas kebaikannya. Yi Ryung menolak dan menjawab
dengan pepatah Cina.
Saat CEO Kang kembali ke Seoul dan meng-google kata-kata
itu, ia baru tahu artinya. Menerima uang
dari orang kaya akan memberikan keberuntungan besar atau kesialan besar.
Lampu ide Se Hoon langsung menyala. Gadis ini punya
karakter! Mereka tak perlu membuatkan karakter untuknya dan melatihnya
berakting karena gadis ini punya karakter.
Dan ternyataa.. ide itu diungkapkan Se Hoon ke psikiaternya.
Tentu saja psikiaternya nggak mudeng, karena artis dengan karakter asli dan
karakter yang dibuat itu sama saja baginya. Tapi Se Hoon kali ini tak marah
atau menyindir karena psikiater tak memahami maksudnya. Ia hanya terus
berbicara.
“Tapi tepat dihadapanku..” Se Hoon membayangkan Yi Ryung
dengan gaun putih di pertemuan pertama mereka, “.. dia begitu organik!”
Psikiater bingung. Ha.. saya juga. Beras kali ah organik.
“Jadi seperti aku bisa mengalahkan kesedapan dari MSG,” Se
Hoon menjelaskan. Ia belum pernah melihat sosok seperti Yi Ryung. Pribadinya
sangat berkarakter dan tak ada yang dibuat-buat dari gadis itu. Dan ia merasa
tertantang dan penasaran. Ia akan menciptakan sesuatu dari Yi Ryung.
Se Hoon tertawa gembira. Ia puas karena akhirnya menemuan tujuan baru dalam hidupnya. Si Psikiater mengingatkan kalau Yi Ryung tak menyukai Se Hoon. Seperti anak kecil, Se Hoon polos menjawab kalau Yi Ryung pasti menyukainya karena ia akan menjadikannya artis.
Psikiater tertawa mendengar ucapan naif itu. Semewah apapun kehidupan artis, tak semua orang mau melakukannya dan jadi terkenal. Se Hoon berkata kalau semua pasti ingin jadi terkenal dan menawarkan untuk menjadikannya artis top. Haha.. si psikater tersenyum dan menolak. Nggak nggak, tapi ia membayangkan kalau ia jadi artis top dan dikerubutin para ciwi ciwi.
Gotcha.. Se Hoon melihat betapa senangnya si psikiater itu membayangkan jadi artis top. Ia memutuskan tak bisa mengunjungi si psikiater sementara waktu karena ia akan sibuk.
Psikiater itu kaget. “Apa? Kenapa?
Duh.. sayang sekali,” kata si psikiater menyayangkan keputusan Se Hoon.
Suaranya terdengar sedih seakan berat kehilangan Se Hoon. “Telepon aku jika
terjadi sesuatu.”
Padahal bohong, ding. Si psikiater langsung jingkrak-jingkrak melihat Se Hoon keluar dari ruangannya. Ia mengambil confetti dari mejanya dan menari-nari.
Padahal bohong, ding. Si psikiater langsung jingkrak-jingkrak melihat Se Hoon keluar dari ruangannya. Ia mengambil confetti dari mejanya dan menari-nari.
Se Hoon sedang mendengarkan lagu yang akan dinyanyikan girlbandnya Min Joo yang akan debut. Menurut So Bum lagunya sangat kalem dan menenangkan. Tapi
sayangnya menurut Se Hoon lagu itu sangat mendayu-dayu dan membuat depresi.
“Hidup itu sudah sulit. Apa kau pikir orang mau mendengarkan lagu yang membuat
depresi?”
Proyek besar mereka selanjutnya adala Yoo Yi Ryung, gadis
berusia 24 tahun. Semua chief sudah melakukan penelitian mendalam tentang gadis
itu dan Chief Heo yang mempresentasikan hasilnya. Ada kelompok yang mencari
informasi di Seoul, ada pula di Odeasan.
Menurut pemilik toko yang alamatnya menjadi alamat surat Yi Ryung, Yi Ryung tinggal nun jauh di atas gunung, sendirian setelah kakeknya meninggal. Yi Ryung lahir dari keluarga pejuang kemerdekaan, dibesarkan di Odaesan dan mendapat pendidikan literatur Cina.
Menurut pemilik toko yang alamatnya menjadi alamat surat Yi Ryung, Yi Ryung tinggal nun jauh di atas gunung, sendirian setelah kakeknya meninggal. Yi Ryung lahir dari keluarga pejuang kemerdekaan, dibesarkan di Odaesan dan mendapat pendidikan literatur Cina.
Se Hoon kesal dan
mengacungkan ketiga jarinya. Chief Heo paham kalau ia mulai bertele-tela dan
membosankan maka ia mulai masuk ke inti presentasi. Yi Ryung turun gunung dua
kali seminggu untuk menjual barang yang ia buat di rumah dan membeli kebutuhan
hidupnya. Yi Ryung memiliki reputasi yang bagus karena sangat cantik dan ramah.




Se Hoon mulai mengerutkan kening saat melihat foto-foto dengan para tetanga (laki-laki) dengan keterangan Yi Ryung selalu baik pada tetangganya. Semua tetangganya khawatir akan Yi Ryung yang hidup sendirian. Dan saat kakeknya masih hidup, Yi Ryung pernah beberapa kali mengungkapkan kalau ia ingin tinggal di kota.
Itu artinya Yi Ryung ingin turun gunung. Se Hoon membanting
kertas presentasinya dan dengan dramatis berkata, “Ini berarti tak ada alasan
yang menghalangi kita untuk merekrutnya!”
Se Hoon teringat betapa Yi Ryung menolaknya mentah-mentah saat ia berkata akan mengorbitkannya.
Se Hoon mulai berkeluh kesah, walau terus berjalan. Kenapa
Yi Ryung tinggal di tempat yang jauh sekali? Dan walau tinggal sendirian, tak
dapatkan mereka membuat jalan untuk para pengunjung? Apa Yi Ryung tak bisa
mengutus orang untuk menyambutnya? Kenapa juga Odaesan? Depan gunung, belakang
juga gunung.
Melihat perjalanan Se Hoon mirip sekali dengan lagu Naik Naik
ke Puncak Gunung.
Naik naik ke puncak gunung. Tinggi tinggi sekali
Kiri kanan kulihat saja banyak pohon cemaraa.. a a
Komentar :
Hahaha… ga nyangka terdampar di pinggir jurang. Haduhh… mau kemana coba? Dan ga ada lagi yang mau mendengarkan omelannya kecuali daun yang bergoyang kalau kata Ebiet.
Aihh… jaduhnya saya..
Sebelumnya Se Hoon pernah berkata kalau ia tak punya hobi. Padahal ia jelas-jelas punya hobi tuh. Marah-marah. Kuat juga ya si Chief Heo jadi korban omelan. Mungkin menurut Chief Heo, ini mah gak seberapa dibanding kalau jadi sekretarisnya Gyun Man di Remember.
Hahaha… si Chief Heo ini yang jadi So Bum di Remember : War of the Son, ya? Kesian banget setelah menjadi asisten Se Hoon (High End Crush tayang di bulan November 2015), eh pindah jadi sekretaris Gyu Man yang haduh banget. Tadi pas saya belum tahu namanya siapa, saya selalu kan nyebut dia dengan hanya asisten asisten.. gitu, sampai pernah ga sadar beberapa kali nulis namanya dengan So Bum di recap drama ini. LOL.
Abis pekerjaannya sama, karakternya sama. Eh..dua bosnya juga sama-sama nyelekit kalau ngomong, walau yang di drama sebelah itu bosnya gak cuman nyelekit tapi sadis.
Kalau se Hoon mah cincay.. gampang ditaklukkannya. Panggil aja
Yi Ryung.
Wih.. pasti Chief Heo senang kalau Se Hoon berhasil membawa
Yi Ryung turun gunung. Si Psikiater, yang saya belum tahu namanya itu, kayaknya
juga deh. Dia pasti akan melepas confetti lagi setiap melihat Se Hoon tak
berkutik di depan Yi Ryung.
Selanjutnya : Sinopsis High End Crush Episode 4
Selanjutnya : Sinopsis High End Crush Episode 4
Iya mbak...
ReplyDeleteChief heo kayaknya nanti lbh sng jd bawahannya se hoon deh dibanding gyu nam, cm karakternya lbh berkembang kalo bareng gyu nam daripada se hoon hihihi *spoiler
Mbak dee ya...nggak bisa bo.ong jg kalo liat playlistnya playlist ahjumma kece :p
Thnak you mbak^^ lanjut remember ya?
Kakak tau judul lagu yang dinyanyikan Girl Band Min Joo?
ReplyDelete