Secret Door Episode 8
Sementara Shadow alias Kang Pil Jae sedang mempersiapkan maenge untuk diberikan pada Soron, bawahannya justru sudah mendapat berita bahwa ia akan terbunuh malam ini. Dan setelah ia terbunuh, Perdana Menteri mempercayakan penanganan kasus itu pada kepolisian kiri yang dibawahi Byung Joong In. Pemikiran mereka sejalan dengan Noron sehingga Perdana Menteri bisa mempercayai mereka dan tidak cemas.
Untuk urusan ‘penghabisan’ Pil Jae dan perebutan maenge sendiri,
Perdana Menteri menyuruh puteranya melaksanakannya.
Padahal sekutu Menteri Park di partai Soron, seperti Menteri Lee dan
Kepala Shin yang juga mau mendapat maenge memilih menyetujui tawaran Pil Jae
dengan membawakannya 10.000 nyang.
Pil Jae menyembunyikan pipa cerutu yang berisi maenge di balik
punggungnya. Ia sudah akan meninggalkan rumahnya ketika jarum beracun putera
Perdana Menteri menusuk tengkuknya, membuatnya pingsan.
Saat tersadar dalam posisi telentang, ia tidak bisa berbicara karena
mulutnya dibekap dan tidak bisa bergerak karena tangannya diikat. Ia terkejut sekaligus
ngeri melihat pria di sampingnya (putera Perdana Menteri) memegang belati, siap
melukai tangannya untuk menyakitinya perlahan.
Pria itu memintanya mengangguk jika ia bersedia menyerahkan maenge.
Tapi apa daya Pil Jae. Bagaimanalah ia memberitahu maenge ada di balik
punggungnya. Pria itu pun menggores telapak tangan Pil Jae, membiarkan darah
segarnya mengucur.
Pertanyaan kedua pria tersebut bahkan hanya bisa dijawabnya dengan
mencoba bangkit, bermaksud menunjukkan maenge di punggungnya. Namun sayang
sebelum pria itu paham petunjuk Pil Jae, hawa keberadaan Chul Joo mengusik.
Chul Joo masuk ke kamar Pil Jae dan menemukan tetesan darah. Ia yang
berhasil menemukan persembunyian pria yang membekap Pil Jae, kemudian bertarung
melawan si pria karena mengira pria itu berhasil mendapat maenge. Untung,
matanya kemudian tertambat pada pipa cerutu panjang di balik punggung Pil Jae.
Secepat mungkin ia raih benda itu dan menyimpannya di balik pakaiannya.
Sepeninggal Pangeran, Puteri menghukum Dayang Choi dengan keras. Ia memukul betis dayang yang melayani Pangeran tersebut berkali-kali.
Dayang Kim yang melihat Puteri berlaku tanpa ampun tampak tidak
tahan dan menyarankannya berhenti. Orang-orang istana bisa mengiranya
meremehkan Pangeran. Puteri lalu beralasan, ia melakukannya karena Dayang Choi
tidak bisa mengurus Pangeran. Lihat saja bagaimana Pangeran berani melanggar
aturan dengan pergi di momen penting pasangan kerajaan yang telah ditetapkan
harinya. Jadi sekarang biar ia yang mengurus Pangeran.
Dan meski sakit, Dayang Choi tidak mengerang atau membela diri. Ia
menerima pukulan Puteri dengan patuh. Hanya wajahnya yang tidak bisa berbohong,
mengeras menahan sakit.
Pangeran tiba di kamar Pil Jae dan menemukannya tak bernyawa bersimbah darah. Ia lantas keluar, meminta pembantu Pil Jae melaporkan pembunuhan yang terjadi. Namun bukannya segera pergi memenuhi perintah, para pembantu yang ketakutan melihat pakaian Pangeran terkena darah Pil Jae (bahkan ada yang berteriak) malah bertanya siapa pria yang menyuruhnya ini.
Baru setelah Pangeran menyebutkan identitasnya, para pembantu
berlutut.
Chul Joo sih pede berkata, walaupun ia melawannya dengan tangan kiri
(tangan kanannya memegang maenge), temannya ini bukanlah tandingannya. Tetapi
rasa sakit yang tercermin di wajah Chul Joo berkata lain. Temannya yang
merupakan Putera Perdana Menteri itu bisa melihatnya dengan jelas, hingga
membalas “Kau dapat bertarung dengan tangan kirimu.” :(
Pangeran jadi heran, pergi dengan orang-orangnya? Biasanya kan kalo
Kepala Polisi pergi aka jalan-jalan itu sendirian. Kecuali kalau memang sengaja
mau menyelidiki sesuatu gitu…
Joong In yang tidak ingin dicurigai lebih lama beralasan ada bar besar di dekat sana. Pangeran mengerti, namun menyuruh Byung Joong In pergi. Area ini bukanlah di bawah Kepolisian Kiri, melainkan di bawah Kepolisian Ibu Kota.
Pak Kepala Polisi Kiri tersebut belum mau mengalah, berkata siapa yang peduli dengan area.
Kepala Jo menanyakan hal yang sama seperti yang ditanyakan Joong In
pada Pangeran. Ia bertanya pula apakah Pangeran baik-baik saja. Tapi Pangeran
tidak menjawab dan meminta Kepala Jo merentangkan tali di sekitar TKP dan
mengambil jenazah untuk diotopsi.
Byung Joong In pergi masih dengan pertanyaan di kepalanya, mengapa
Pangeran bisa ada di sana. Ia mencium ketidakwajaran dalam kasus ini.
Kepala Jo yang tampak tidak puas dengan jawaban Pangeran lantas mengutus anak buahnya menggeledah rumah untuk mencari buku mencurigakan yang tidak ditemukan Pangeran.
Tetapi Pangeran tidak dapat mempercayai apa yang dikatakan Ji Dam. Gurunya, Menteri Park menyewa seorang pendekar untuk pergi ke tempat Pendekar Barat dan membunuh Shadow? Tidak mungkin dia. Menteri Park kan memang bekerja sebagai inspektur rahasia kerajaan. Jadi tidak aneh jika dirinya mengenal pendekar.
Mendengar Pangeran seolah melibatkan perasaannya,
Penasihat Chae berulang kali mempertegas pernyataan Ji Dam.
“Bukan guruku. Kalau guruku yang membunuh Kang Pil
Jae, artinya dia adalah orang dari semua pembunuhan ini. Dia jugalah yang
membunuh Shin Heung Bok. Itu tidak mungkin. Mengapa dia...mengapa dia
melakukannya? Dia tidak memiliki motif.”
Penasihat Chae yang merasa tidak bisa setengah-setengah membalas tanggapan Pangeran kemudian menerka, mungkin dokumen berbahaya yang dilihat Shin Heung Bok dan Heo Jung Woon-lah yang jadi motifnya. Hal tersebut tercermin dari perkataan ‘Bunuh Shadow dan bawakan aku pipa rokoknya’. Apa yang ada dalam sana kita tidak tahu. Karena itu, untuk dapat mempercayainya mereka perlu melakukan penggeledahan diam-diam. Karena bila benar Park Moon Soo adalah seorang yang layak dipercaya Pangeran selama ini, tidak akan ada penemuan apa-apa.
“...Kau dan Aku akan baik-baik saja. Park Moon Soo dan Na Chul Joo, keduanya akan menjadi orang yang kita percaya,” ujar Pangeran pada Ji Dam.
Menteri Park telah mendapat pipa rokok Kang Pil Jae yang berhasil dipertahankan Chul Joo susah payah. Sayang, ia baru menyadari Chul Joo sampai terluka dalam usaha merebut pipa rokok tersebut saat Chul Joo menghilang dari kediamannya.
Perdana Menteri menemui puteranya yang hanya bisa membunuh Pil Jae tanpa mampu membawakan maenge. Ia sangat kecewa, namun tetap bersyukur puteranya baik-baik saja. Ia bahkan menyuruh pelayannya untuk menyiapkan air hangat dan menyuruh sang putera istirahat.
“Tidak apa-apa. Kau seharusnya memikirkan hidupmu sebelum memikirkanku,” ujar Perdana Menteri Kim menanggapi kekhawatiran puteranya. Perdana Menteri Kim sebelumnya pernah bilang hidupnya dalam bahaya kalau ia tidak dapat menemukan maenge.
Chul Joo ditahan putera Perdana Menteri dengan kondisi terikat. Ia tetap tidak menjawab pertanyaan mengenai isi pipa rokok yang diambilnya, apakah itu dokumen yang disebut maenge atau bukan, di mana letaknya sekarang.
Ada penemuan pastinya. Pangeran saja menemukan
novel Heung Bok di lubang tersembunyi lukisan.
Padahal Kasim Jang sudah kasihan pada Pangeran yang sedari tadi tidak bergerak saking gugupnya. Tetapi lihatlah, Pangeran kini sungguh terpaku melihat sendiri ada yang tersembunyi di ruangan Menteri Park.
Padahal Kasim Jang sudah kasihan pada Pangeran yang sedari tadi tidak bergerak saking gugupnya. Tetapi lihatlah, Pangeran kini sungguh terpaku melihat sendiri ada yang tersembunyi di ruangan Menteri Park.
Gemetar Pangeran meminta Penasihat Chae untuk
mendiamkannya sejenak. Ia butuh waktu. Ia juga tidak ingin mereka mengikutinya.
Kedua abdinya tersebut patuh, menatap sendu punggung Pangeran yang tampak rapuh
:(
Maaf ya, saya putus di sini...belum sempat lanjut lagi tapi ini udah panjang heheeee
Bersambung ke Secret Door Episode 8 - 2
Maaf ya, saya putus di sini...belum sempat lanjut lagi tapi ini udah panjang heheeee
Bersambung ke Secret Door Episode 8 - 2
No comments :
Post a Comment