Sinopsis The Girl Who Sees Smells Episode 15
Sementara Detektif Yeh menyelamatkan Yeom Mi, Moo Gak menodongkan pistolnya kea rah Jae Hee. Tapi karena mereka terpisah oleh kaca tebal (anti peluru?), Jae Hee tak takut untuk mundur dan kabur dari perpustakaan.
Mengira kalau Moo Gak harus keluar dari pintu rahasia dan
memutar masuk lewat pintu depan yang cukup jauh, Jae Hee menyempatkan diri
mengambil barang-barangnya sebelum kabur. Bukannya uang tunai yang diambil,
melainkan buku-buku ber-barcode milik korbannya.
Ternyata Moo Gak menyusuri lorong rahasia, tak keluar menuju
pintu masuk rahasia, tapi berbelok ke lorong lain, yang berujung di kamar ganti
Jae Hee. Ia segera mengejar Jae Hee yang sudah sampai ruang tengah dan ia menembakkan
pistol ke atas, membuat Jae Hee sontak berhenti.
Jae Hee berbalik dan bertanya bagaimana Moo Gak dapat
menemuikan tempat itu? Ia meminta Moo Gak untuk melepaskan dirinya, tapi Moo
Gak malah menyuruhnya diam dan meletakkan tas kemudian tiarap. Jika Jae Hee
bicara lagi, ia akan menembaknya.
Jae Hee tak takut dan malah mengungkit kematian adik Moo Gak. Dorr! Peluru panas menyerempet perutnya, membuatnya kaget tapi ia tak mengernyit kesakitan. Setelah sempat terjatuh, ia mengerahkan tenaganya untuk melarikan diri.
Moo Gak tak terburu-buru mengejarnya karena di depan
Detektif Ki membawa banyak polisi untuk mengepung Jae Hee. Jae Hee terkejut
melihat ia tak bisa kabur lagi dan Moo Gak mendorongnya, membuatnya tersungkur
jatuh. Detektif Ki segera memborgolnya.
Moo Gak memeriksa isi tas Jae Hee. Mengagetkan melihat
reaksi Jae Hee yang histeris melarang Moo Gak untuk menyentuh buku-buku itu. Ia
terus berteriak-teriak pada Moo Gak sampai ia dibawa ke mobil tahanan. Moo Gak
memberikan buku-buku itu pada Inspektur Kang dan ikut mengawal Jae Hee di mobil
yang sama.
Inspektur Kang telah memanggil ambulans yang segera memberi
pertolongan pertama pada Yeom Mi sambil membawanya ke rumah sakit, disertai
oleh Cho Rim yang tak mau meninggalkan Yeom Mi.
Semua menunggu di luar ruang perawatan dengan cemas. Untung
mereka menyelamatkan Yeom Mi tepat pada waktunya. Telat semenit saja maka nyawa
Yeom Mi bisa lewat.
Moo Gak merasa ia tetap tak merasa senang walau Jae Hee
sudah ditangkap. Inspektur Kang yang sudah berpengalaman mengatakan kalau hal
itu memang wajar dan yang bisa mereka lakukan adalah mengesampingkan perasaan
itu dan melanjutkan ke kasus berikutnya.
Cho Rim muncul dari dalam kamar dan mengabarkan kalau Yeom
Mi sudah sadar, membuat semuanya lega. Mereka berbondong-bondong menjenguk.
Yang ditanyakan oleh Yeom Mi adalah Kwon Jae Hee. Anak buahnya melapor kalau
Jae Hee sudah tertangkap dan tindakan Yeom Mi ini sangat berani. Mereka
berharap Yeom Mi segera sembuh. Bahkan Detektif Yeoh berjanji untuk mentraktir
Yeom Mi di barbecue.
Dokter meminta semuanya untuk keluar ruangan agar Yeom Mi
bisa beristirahat. Seperti perawat professional, Cho Rim meneruskan perintah
dokter dan ia yang akan menungguinya.Tapi kata dokter, semua harus pergi karena Yeom Mi butuh istirahat. Cho Rim mengangguk
tapi dengan mengerucutkan bibirnya, membuat Yeom Mi yang terbaring lemah pun
tersenyum.
Moo Gak dan Cho Rim makan malam berdua di rumah. Moo Gak
masih merasa gloomy. Walau Jae Hee sudah ditangkap tapi luka yang diderita
keluarga korban akan terus terasa. Cho Rim meminta Moo Gak untuk tak memikirkan
hal tadi dan meneruskan makan. Tapi baru dua suap, Moo Gak sudah merasa
kenyang.
Mulanya Cho Rim heran, makanan apa yangmembuat Moo Gak
kenyang. Tapi menyadari bukan itu yang penting, tapi sekarang Moo Gak bisa merasa kenyang? Itu berarti indra
perasa Moo Gak sudah kembali lagi! Cho Rim yang merasa senang sekali. Setelah
pembunuh ditangkap indra Moo Gak kembali lagi. Ia berharap ingatannya juga akan
kembali lagi setelah ini.
Malamnya, Cho Rim bermimpi tentang ayah ibunya. Seperti
terlempar ke masa lampau, ia –yang masih berseragam sekolah- pulang dan melihat
ayah ibunya duduk di meja makan dan tersenyum kepadanya. Hanya sesaat karena
setelah itu mereka menghilang.
Cho Rim berseru memanggil orang tuanya, tanpa sadar ia
memanggil mereka dalam tidurnya, meminta mereka untuk tidak pergi. Moo Gak
terbangun mendengar teriakan Cho Rim dan menghampiri tempat tidurnya. Ia
menggenggam tangan Cho Rim dan membangunkan gadis itu.
Cho Rim terbangun dan menangis. Moo Gak memeluk Cho Rim yang
akhirnya berkata kalau ia bisa mengingat wajah ayah ibunya dan rumahnya.
Pembunuh itu, Kwon Jae Hee dan kejadian naas di hari itu. Ia bisa mengingat
semuanya. Moo Gak menepuk-nepuk punggungnya dan berkata kalau semua akan baik-baik saja
dan jika ingin menangis, maka menangis sajalah.
Interogasi Jae Hee tak berjalan lancar. Jae Hee menggunakan
hak diamnya untuk terus diam tanpa mau mengeluarkan sepatah katapun. Tapi
semuanya berubah saat Moo Gak datang dengan membawa buku coklat hasil karya dr.
Chun. Tanpa ba-bi-bu, Moo Gak menyiram bensin di sisi atas buku itu dan
menyalakan api.
Jae Hee yang mulanya santai dan mengolok-olok, menjadi panik
melihat bukunya dibakar. Ia berteriak, memohon agar Moo Gak tak membakar
bukunya. Moo Gak malah berkomentar kalau Jae Hee sangat banyak omong untuk
ukuran orang yang menggunakan hak diamnya.
Inspektur Kang yang ada di balik ruang interogasi pun juga
panik karena yang Moo Gak bakar adalah barang bukti. Tapi Yeom Mi menenangkan
karena buku yang dibakar itu hanyalah buku kosong yang ditemukan dirumah
Kwon Jae Hee.
Tapi Jae Hee tak mengetahui hal ini dan terus
berteriak-teriak hampir menangis, memohon agar Moo Gak berhenti dan tak
membakar buku itu. Saat Moo Gak akan melanjutkan ke buku kedua, Jae Hee berkata
kalau ia akan memberi pengakuan.
Yeom Mi tersenyum melihat dari balik kaca. Ia kemudian masuk
ke dalam ruangan, mengagetkan Jae Hee yang tak menyangka kalau Yeom Mi masih hidup.
Yeom Mi mengambil alih tugas Moo Gak dan meminta Jae Hee menceritakan alibinya
dari kasus Joo Mari.
Cho Rim berbenah rumah sebelum kembali ke rumahnya. Moo Gak
pulang dan membawakan sesuatu yang ia dapat dari ayah Cho Rim, Detektif Oh.
Barang itu adalah fotonya bersama kedua orang tuanya dan cincin kawin ibunya.
Rupanya Detektif Oh masih menyimpan semua ini. Ia juga dipinjami buku barcode
yang ditulis oleh ibunya sebelum meninggal.
Di buku itu, ibunya menulis putrinya Eun Seol adalah gadis
yang baik. Setiap kali ditinggal pergi, Eun Seol mengaku tak pernah takut
sendirian karena ia selalu menganggap orang tuanya selalu ada di sisinya. Eun
Seol selalu memijati tangan kakinya saat ia pulang kerja. Ia tahu kalau Eun
Seol nantinya akan menjadi ibu yang baik karena ia selalu menjadi anak yang
baik.
Aku menyayangimu, Eun
Seol. Cho Rim menangis membacanya. Moo Gak mengawasi dari jauh, perasaan
yang sedari tadi muncul terus mengganggu pikirannya.
Jae Hee menandatangani Berita Acara Perkara. Jae Hee akan diserahkan ke pihak kejaksaan dan menunggu untuk diadili. Moo Gak minta waktu bicara berdua dengan Jae Hee. Yeom Mi tak mengijinkan tapi Moo Gak berkata ia tak akan lama. Walau masih ragu, Yeom Mi akhirnya mengijinkan.
Ketika hanya berdua, ia melepaskan borgol Jae Hee. Ia ingin
berkata sesuatu pada Jae Hee karena ini terakhir kalinya mereka akan bertemu. Ini
kali terakhir Jae Hee ada di luar penjara. Tapi tidak menurut Jae Hee. Mereka
nanti pasti akan bertemu lagi. Moo Gak ingin Jae Hee minta maaf pada orang tua
Cho Rim dan adiknya sekarang.
Tapi menurut Jae Hee permintaan maafnya tak akan mampu mengobati
perasaan Moo Gak. Perasaan bersalah karena masih bisa hidup sementara yang lain
meninggal akan terus bergelayut. Dan permintaan maaf itu tak ada gunanya. “Lebih
baik kuceritakan padamu bagaimana perasaanku saat membunuh adikmu.”
Moo Gak memukul perut Jae Heed an berkata kalau pukulan itu
untuk adiknya. Dan ia memukul Jae Hee dua kali untuk kedua orang tua Cho Rim.
Teman-teman Moo Gak masuk dan memisahkan keduanya. Sebelum
digiring pergi, Jae Hee berkata kalau ia berhutang pada Moo Gak dan ia akan
memastikan kalau ia akan membayarnya nanti. Moo Gak sangat geram dan berniat
menyusul Jae Hee, tapi Yeom Mi berdiri di depan pintu, menatapnya tajam.
Wartawan mengerumuni Jae He yang masuk mobil tahanan dengan
disaksikan oleh Kepala polisi, Inspektur Sa da Inspektur Kang. Kepala polisi
memuji keberhasilan Inspektur Kang dalam memecahkan kasus barcode. Tak
disangka, Inspektur Kang merendah dan berkata kalau keberhasilan ini adalah
hasil kerja Yeom Me dan tim, bukan dirinya sendiri. Tak disangka pula,
Inspektur Sa juga memujinya dengan tulus. Kasus pembunuh berantai ini sangat
sulit dan Inspektur Kang pantas mendapat pujian.
Berakhirnya kasus ini berarti berakhir pula tim khusus
investigasi. Mereka merayakannya dengan makan barbeque dengan Cho Rim ikut
bergabung. Yeom Mi mengakui kalau ia tak ingin kembali ke divisi aslinya
bertugas. Ia minta maaf pada Inspektur Kang jika selama ini ia tak sopan dan
pada Moo Gak karena menyusahkannya dengan menyuruhnya bergabung dalam tim ini.
Inspektur Kang tak merasa seperti itu dan Moo Gak juga malah berterima kasih
karena diberi kesempatan.
Yeom Mi mulai berkaca-kaca saat berterima kasih pada semua
dan akhirnya tak dapat menahan air matanya. Inspektur Kang tersenyum hangat
melihat Yeom Mi yang sudah tak seperti Putri Es yang biasa mereka kenal. Ia mengajak semuanya bersulang dan Yeom Mi
berkata kalau ia menyayangi mereka semuua.
Cho Rim sudah kembali ke rumah, tapi kenapa Moo Gak malah
ada di rumah Cho Rim? Ia mengajak Cho Rim untuk menemui kedua orang tua Cho Rim
dan adiknya. Tidak di Jeju karena ia sudah memindahkan semua abu kerumah abu
yang sama di Seoul, sehingga mereka bisa mengunjungi sesering mungkin. Cho Rim
sangat senang mendengarnya.
Sebelum pergi ke rumah abu, Moo Gak pergi sendiri ke toko
perhiasan untuk membeli cincin. Ehem..
Di hadapan orang tuanya, Cho Rim minta maaf karena telah
membuat orang tuanya cemas. Ia meminta agar orang tuanya beristirahat dengan
tenang dan berjanji akan hidup dengan baik. Dalam hati, Moo Gak berjanji pada orang
tua Cho Rim akan menjaga Cho Rim sampai akhir hayatnya.
Kemudian mereka mengunjungi Eun Seol. Moo Gak memperkenalkan
Cho Rim dan Cho Rim minta maaf karena baru datang sekarang. “Aku akan hidup
sebaik-baiknya untuk menggantikanmu. Aku minta maaf dan terima kasih.”
Cho Rim
tak sadar meneteskan air mata saat mendengar Moo Gak berbicara pada adiknya.
Moo Gak mengusap punggung Cho Rim, menenangkannya.
Setelah itu Moo Gak mengajak Cho Rim menemui seniornya di
Jeju yang sekarang bekerja di aquarium raksasa di Seoul. Cho Rim mengiyakan,
tapi masih belum bisa membayangkan penampilan Moo Gak dengan baju selam.
Menurutnya, Moo Gak lebih keren dengan seragam polisinya. Moo Gak berkata ia
sama kerennya dengan baju selam. Tapi Cho Rim merasa Moo Gak boongan. Beneran..
Sayang, Moo Gak tak membuktikan ucapannya. Tapi Cho Rim
mengagumi binatang laut di aquarium itu sementara Moo Gak ngobrol dengan
seniornya. Seniornya memuji pacar Moo Gak yang cantik, membuat Cho Rim tersipu.
Cho Rim merasa terkesima dengan aquarium dan isinya itu,
membuat Moo Gak berkata kalau sepertinya bagus juga menikah di sini. Cho Rim
mengiyakan. Pak Gurita nanti yang akan memberkai sementara pengantin nanti bisa
bertukar kerang.
“Hmm.. berarti boleh juga, ya?” pancing Moo Gak.
Cho Rim sesaat terdiam, kemudian menyanyi, “Gurita
memberkati.. cumi-cumi bermain piano .. dan mereka saling tukar keraaangg…”
Haha.. Moo Gak kesal karena pancingannya tak berhasil,
akhirnya ikut menyanyi, “Kita keluar sajaa…”
Percobaan kedua. Saat di café, Moo Gak menyuruh Cho Rim
untuk memesankan minuman untuknya sementara ia akan pergi sebentar. Kemana?
Kembali ke mobil untuk memeriksa perlengkapan lamarannya.
Cho Rim berseru terkesima saat Moo
Gak membuka bagasi mobil. Balon-balon berterbangan, mengangkat spanduk
bertuliskan “Maukah kau menikah denganku?” Aww… so sweet… Cho Rim memeluk Moo
Gak erat dan berterima kasih.
Muah.. muah.. muah.. Moo Gak memjamkan mata sambil memeluk
udara kosong dan menciumnya. Haha.. ternyata masih membayangkan, toh..
Brak! Moo Gak terbangun dari mimpinya karena mendengar suara
tubrukan. Dan saat membuka mata, ia panik karena balon-balon dalam bagasi
berterbangan. Ternyata ada mobil menabrak belakang mobilnya sehingga bagasinya
terbuka. Yahh… gagal, dong..
Moo Gak berteriak frustasi, sementara Cho Rim di dalam tak
menyadari kehebohan di luar.
Terus gimana, dong? Moo Gak memutar otak. Saat mereka
jalan-jalan di taman, ia menemukan ide. Taman dengan air mancur. Aww… menurutnya,
pasti romantis sekali. Ia membayangkan nanti ia akan berlutut dan menyanyi
sepenuh hati, separuh ngerock separuh seriosa, dan diakhiri dengan, “Would you
marry me?”
Semua orang nanti akan bertepuk tangan sementara ia akan
menggenggam tangan Cho Rim dan berkata, “Kau selalu ada di hati.” Cho Rim
menangis terharu dan Moo Gak memeluknya. Semua orang menyuruh mereka untuk
berciuman ..
Hmm.. Moo Gak cengar cengir membayangkan semua itu jika tak
disela oleh Cho Rim yang heran melihat Moo Gak. Apa Moo Gak sedang memikirkan
hal yang lucu? Moo Gak segera menyembunyikan cincinnya. Cho Rim mengajak Moo
Gak untuk menjauh dari air mancur karena banyak orang.
Moo Gak langsung menolak ide itu. “Harus banyak orang!” Cho
Rim heran mendengar ucapan Moo Gak yang aneh. Tapi Moo Gak tetap mengajaknya ke
dekat air mancur, karena air mancur itu harus dinikmati dari jarak dekat.
Haha.. apa sih, si Moo Gak ini. Alasannya itu loh.. Untung
Cho Rim menurut walau sedikit menggerutu.
Belum juga Moo Gak melaksanakan rencananya, ada seorang pria
yang menarik pacarnya dekat air mancur dengan membawa buket bunga. Hahaha… Moo
Gak udah keduluan. Si pria melakukan semuanya sama persis seperti yang
dibayangkan Moo Gak tadi, komplit dengan buket bunga.
Dan menyanyi lagu yang dinyanyikan Jang Dong Gun di All
About Eve, tapi dengan suara sumbang. Cho Rim terkesiap dan berkata kalau ia
benci dengan pria-pria yang melamar dengan cara seperti itu. Moo Gak kaget
mendengarnya. Untung.. untung belum ia lakukan.
Cho Rim terus mengoceh kalau ia kasihan pada gadis itu. Ia
tak tahu kenapa pria-pria itu berpikir kalau para gadis senang diperlakukan
seperti ini. Hahaha… bisa dibayangkan leganya Moo Gak tak melakukan rencana
ketiganya ini. Ia segera mengajak Cho Rim pergi, walau Cho Rim masih ingin
melihat kelanjutannya.
Yang ternyata si gadis menggunakan buket bunga itu untuk
memukuli pacarnya. LOL. Coba yang nyanyi Yoo Chun, pasti si gadis iyess, deh..
Moo Gak akhirnya membuat rencana baru. Ia memisahkan diri
dari Cho Rim dan pergi ke taman bermain. Ia akan menyembunyikan cincin itu di
pasir dan pura-pura menalikan tali sepatunya. ‘Tak sengaja’ ia menemukan cincin
di dalam pasir.
Waduh.. kayaknya kebayang deh, rencana ini gagalnya dimana.
Cho Rim datang dengan membawa minum, membuat Moo Gak buru-buru menyembunyikan cincin itu di dalam pasir dan menginjaknya. Moo Gak mengajak Cho Rim mendekati pasir, dan berkata, “Oh.. tali sepatuku lepas.”
Ia menunduk dan membenamkan tangan di pasir. Tapi tak ada
cincin di sana! Moo Gak terbelalak panik dan menggeser area pencariannya lebih
luas. Cho Rim mengerutkan kening melihat tingkah laku Moo Gak yang antik. Apa
yang sedang Moo Gak lakukan?
Moo Gak buru-buru mengambil suatu barang. Penarik tutup
kaleng! “Aduh cantiknya! Kurasa mereka masih membuat penariknya seperti ini,
ya?” Cho Rim hanya memandang Moo Gak diam, tak terkesan sedikitpun. Moo Gak pun
meneruskan aksi mengangkat-angkat pasirnya.
Terus dan terus dan terus.. membuat Cho Rim kesal. Ia terus
menunggui Moo Gak yang terus membenamkan tangan ke dalam pasir.
Tak tahan, akhirnya Cho Rim meluap, ngomel. “Sudah, deh! Kau
tak mengatakan kenapa kau terus bermain pasir sekarang ini! Ayo pergi!” Moo Gak
tak bisa meninggalkan tempat ini, membuat Cho Rim semakin kesal. “Memang
kenapa? Kenapa kau tak bisa pergi? Kau hanya perlu menggeser kakimu saja. Benar-benar
menyebalkan.”
Moo Gak sudah hampir menangis. Dan tiba-tiba ia mengernyit
kesakitan memegang perutnya, “Maaf, Cho Rim. Tapi aku harus pergi ke kamar
mandi sebentar. Jangan pergi kemana-mana, ya. Tetap di situ!” Dan ia pun
ngibrit pergi.
Haha.. iyalah mules. Saya saja juga mules kali, kalo
menghilangkan cincin yang harganya jutaan gitu.
Malam tiba. Moo Gak membawa Cho Rim ke taman yang penuh
lampu. Cantik banget tamannya. Tapi Cho Rim sudah tak terkesan sama sekali
karena ia bosan dibawa ke banyak taman tanpa tujuan. Tapi Moo Gak bersikeras
mengajak Cho Rim kemari karena taman ini berbeda.
Moo Gak meminta parfum Cho Rim untuk dipinjam sebentar. Cho
Rim memberikannya dan Moo Gak menyuruhnya tetap berdiri di sana dan jangan
bergerak sedikitupun. Ia pun pergi meninggalkan pacarnya untuk menuju ke bagian
taman yang lebih tinggi.
Di atas jembatan, ia mulai menyemprotkan parfum ke udara.
Menulis dengan parfum, sebuah kalimat yang tak bisa dibaca oleh siapapun bahkan
dirinya sendiri.
Sebuah kalimat Maukah
kau menikah denganku? Yang hanya Cho
Rim yang bisa melihatnya.
So aww….. Fanny gimana? Kalau saya sih yes.. Nggak tahu deh
dengan Mbak Putri.
Cho Rim terkesima melihat tulisan yang makin malam memudar,
tapi sudah menancap di hatinya. Ia menatap Moo Gak yang menatapnya cemas
kemudian memberikan senyum termanisnya dan membuat tanda O dengan mengangkat
kedua tangannya di udara.
Masih terengah-engah, Moo Gak menatap Cho Rim tak percaya dan Cho Rim
mengangguk, kembali mengiyakan.
Moo Gak berlari turun dan memeluk Cho Rim. Dan menciumnya.
Sekali, dua kali, tiga kali. Dan memeluknya lagi. Cho Rim melepaskan pelukannya
untuk memberikan sesuatu pada Moo Gak. Cincin berlian itu.
Moo Gak kaget. Bagaimana Cho Rim bisa menemukannya? Cho Rim
berkata kalau ia menemukannya saat Moo Gak ke kamar mandi. Haha.. Moo Gak
memasangkan cincin itu ke jari Cho Rim. Cantik sekali. “Maukah kau menikah
denganku?”
Cho Rim mengangguk, bahagia. Moo Gak tak kalah bahagia. Ia
kembali mencium Cho Rim. Sekali, dua kali, tiga kali, empat kali.
Aww.. manisnya mereka berdua. Bisa gak sih kalau minta
bungkus?
Jae Hee mendekam di penjara.
Moo Gak masuk ke apartemen yang sekarang ia tinggali
sendiri. Ia tak menyadari kalau ada orang bersembunyi di sudut ruang yang
kemudian memukulnya hingga terjatuh. Ternyata Jae Hee yang membawa barbell dan
dengan kejam berkata, “Sudah kubilang kan kalau satu diantara kita harus ada
yang mati.” Dan Jae Hee menghantamkan barbell itu ke Moo Gak.
Cho Rim berteriak dan terbangun dari tidurnya. Ia bermimpi
buruk. Tapi mimpi itu tampak nyata.
Moo Gak yang sarapan dengannya berkata kalau mimpi itu kebalikan dari kenyataan. Ia meyakinkan Cho Rim kalau Kwon Jae Hee tak akan bisa keluar dari penjara seumur hidupnya. Cho Rim merasa agak tenang mendengarnya.
Mereka mendapat kabar kalau mobil yang membawa tahanan Kwon
Jae Hee jatuh ke sungai Han saat melewati jembatan Bangwha. Seorang saksi
melihat kalau sebelum kejadian, ban belakang mobil meletus hingga mobil hilang
keseimbangan dan jatuh ke dalam sungai. Ada 5 orang yang mengawal Jae Hee dan belum
diketahui keberadaanya. Polisi masih mencoba mengangkat mobil itu dari sungai
dengan tim penyelam yang mencari korban yang masih selamat.
Mereka membicarakan kemungkinan hal ini direncanakan oleh
Jae Hee. Tapi hal ini terlihat memang kecelakaan. Jae Hee sekarang memang
dijadwalkan sedang rekonstruksi kejadian sehingga sering keluar dari penjara.
Jae Hee tak bisa mati semudah ini, karena ia harus mendapat hukuman
seberat-beratnya. Mereka berharap agar Jae Hee bisa ditemukan.
Tapi setelah 5 hari pencarian, tak kelihatan jejak Jae Hee
sedikitpun. Ia dinyatakan tewas dengan 2 polisi lain. Dan seperti itulah kasus
Jae Hee berakhir.
Karena berhasil memecahkan kasus barcode, seluruh anggota
tim investigasi khusus mendapat kenaikan pangkat. Dan kehidupan mereka kembali
seperti biasa. Moo Gak menceritakan apa yang terjadi setelah hari itu.
Istri Inspektur Kang melahirkan anak ketujuh.Whoaa..
akhirnya mereka mendapat anak perempuan. Inspektur Kang senang tak terkira.
Detektif Ki, yang sedang menyamar menjadi gelandangan, menerima
telepon dari Elena Vashilinakova .. atau seperti itulah.. Ia lagi-lagi melarang
pacarnya untuk menemuinya karena ia sedang menyamar. Tapi Elena ternyata sudah
datang di taman dan berlari memeluk Detektif Ki, “Sayang..”
Detektif Ki akhirnya melanjutkan cinta membaranya dengan Elena.
Itu kata-kata Moo Gak, loh.. bukan saya.
Sedangkan Detektif Yeh ternyata adalah anak tunggal seorang
konglomerat. Ayahnya mengancam akan
menggunakan tongkat golfnya jika Detektif Yeh tak berhenti, padahal Detektif
Yeh bercita-cita menjadi kepala divisi pembunuhan.
Yeom Mi menjadi dosen kriminologi. Dan kita melihat senyum
lepas Yeom Mi yang menerima bunga dari mahasiswa pengagumnya, yang saking
gugupnya, mahasiswa itu tak melihat bola yang mengarah ke kepalanya dan
membuatnya terjatuh.
Sedangkan ia, Moo Gak, mengajukan surat pengunduran diri
menjadi polisi karena ia akan kembali menjadi penyelam di seaworld. Dan Cho Rim
kembali melawak dan tertawa mendengar lawakannya yang tak lucu.
Moo Gak dan Cho Rim memutuskan menikah bulan depan. Mereka
mulai mencari-cari tempat tinggal yang cukup besar bagi mereka. Moo Gak senang
karena mereka mendapat diskon 50%, tapi Cho Rim masih tetap menawar, minta
diskon lebih banyak.
Cho Rim udah pantes jadi emak-emak. Sukanya nawar. Hihihi..
Mereka akhirnya masuk ke apartemen baru mereka. Yang pertama
kali mereka lakukan adalah merekam video untuk menyambut tamu di pernikahan
mereka. Cho Rim membuat Moo Gak untuk melakukan berkali-kali karena Moo Gak
terlihat ogah-ogahan atau kalau tidak mereka selalu nggak sinkron.
Moo Gak sih mau-mau saja. Apa sih yang nggak buat calon
istri?
Hari pernikahan pun tiba. Yeom Mi terlihat sangat whoa..
hingga banyak pria menoleh padanya termasuk bekas anggota timnya. Tapi tentu
saja mereka memberi hormat padanya. Bersama-sama mereka pergi ke seaworld
karena disitulah tempat pernikahan Moo Gak dan Cho Rim.
Sebelum menikah, mereka berfoto dulu dan.. duh lucu amat sih
mereka berdua.
Ae Ri menemani sahabatnya menemui Yeom Mi cs, dan ia
langsung naksir dengan Detektif Yeh. Lucunya, salah satu anggota grup Kodok
malah ada yang naksir Ae Ri. Lahh.. cinta segitiga dong, ya..
Kepala grup lawak berkata kalau ternyata tujuan Moo Gak ke
Seoul itu untuk mencari istri asli Seoul. Dengan gaya lawaknya, Moo Gak
mengakui kalau ia memang mencari istri dari Seoul. Tapi ternyata, akhirnya ia malah balik mendapat istri asli Jeju. Dan wajahnya langsung
dramatis saat menggeram khasnya, “Jiyaaaa!!”
Semua tertawa, hanya Cho Rim yang menutup wajah, malu.
Kepala grup lawak senang sekali melihat Moo Gak, “Kau lucu sekali. Bergabunglah
dengan kami jika kau benci dengan pernikahanmu.” Hahaha.. Cho Rim hanya bisa
mendelik pada bosnya. Tentu saja bosnya hanya bergurau.
Sementara Cho Rim dan Ae Ri menuju ruang tunggu untuk riasan
akhir, teman-teman lama Cho Rim datang. Kta melihat sepasang sepatu menuruni
tangga.
Acara pernikahan dimulai diawali dengan Detektif Ki yang
bicara sebagai MC dan Inspektur Kang yang akan memberkati. Diiringi musik, Moo
Gak berjalan masuk ke dalam ruangan.
Cho Rim menenangkan dadanya yang berdebar-debar. Ini saat
yang ia nanti-nantikan. Ia mendengar Detektif Ki memanggilnya, sang pengantin
wanita, untuk masuk ke dalam ruangan.
Ia beranjak berdiri, namun terhenti karena pintu terbuka dan
ia melihat warna bau yang pernah ia lihat sebelumnya. Warna bau yang katanya
sudah meninggal.
Orang itu masuk dan Cho Rim menatap orang itu dengan
ketakutan yang amat sangat. Rasanya seperti terror saat melihat orang itu
bertepuk tanan dan berkata, “Selamat atas pernikahanmu.” Orang itu melepas
kacamatanya, “Cho Rim-ssi.”
Detektif Ki terus memanggil Cho Rim yang tak kunjung datang. Semua merasa
cemas. Yeom Mi berinisiatif untuk pergi ke ruangan Cho Rim. Tak ada Cho Rim di
sana, hanya ruang pengantin yang berantakan. Ia memberitahukan hal ini pada Moo Gak yang langsung berlari keluar
ruangan.
Komentar :
Ngomong-ngomong soal lamaran, untung lamarannya nggak jayus
seperti berlutut dan nyanyi itu. Moo Gak terselamatkan oleh pria yang melamar
pacarnya itu. Entah Moo Gak emang bisa nyanyi kaya gitu atau nggak. Kadang kan suara
yang di otak bisa beda sama di mulut. Jangan-jangan sumbang kaya si cowok tadi.
Dan tentang ending yang menegangkan, semua pasti sudah
menduga ending ini. Too good to be true kalau terjadi yang happy-happy di
episode 15. Biar bagaimanapun, Jae Hee masih punya orang-orang bayaran yang
bisa disuruh melalui pengacaranya.
Jadi sepertinya memang Jae Hee ini tak mungkin bisa
dipenjara. Benar kata-kata Moo Gak dulu yang akhirnya dikutip Jae Hee. Satu
dari mereka harus mati.
OMG.. tadinya udah nyangka ga akan semudah itu dan ternyata beneerrr... duh tegang banget... salut sama akting jae hee.. evilnya dapet banget...
ReplyDeleteaaaakkkk kenapa ada jae hee lagi. whoaaa makin penasaran
ReplyDeletebener mba, aku juga bisa menebak endingnya,
ReplyDeletekok jaehe mudah banget di tangkap wah bakalan ada apa lagi nih, eh ternyata bener cho rim di culik pas mau nikah pula, masih ada 1 episode lagi ya,
mba aku penasaran dgn ratting drma ini di sana, tinggi gak sih ?
setau saya sih lebih tinggi dari drama mbc dan masih kurang dari unkind ladies tapi cmiw ya^^
Deleteperan si ayah cho rim, detektif Oh, sayang amat ya, gak dimunculin...
ReplyDeleteitu bisa masuk poin kekurangan drama ini hihihi
Deletebiar nggak keliatan perfect juga :P
Moo Gak akhirx menuliskan kata yang hanya bisa di lihat oleh Cho Rim... 😍
ReplyDeleteMoo Gak berlari turun dan memeluk Cho Rim. Dan menciumnya. Sekali, dua kali, tiga kali
ReplyDeleteCho Rim mengangguk, bahagia. Moo Gak tak kalah bahagia. Ia kembali mencium Cho Rim. Sekali, dua kali, tiga kali, empat kali.
Waduh....
itu kissue Moo Gak beneran lebay
etapi #Kekinian banget la'an y →☆☆☆ :)))
*makasih mbak Dee ^^
iya, untung aja mbak poetri nggak ngerecap ini...
Deletebisa keluar asap tuh
padahal sama-sama pensnya yoochun ckck
eh, tapi mbak poet udah berpaling ke jae hee kan? *digetokyoochun
Yang jadi kejutan adalah detektif Yeh yang ternyata anak tunggal konglomerat....
ReplyDeleteNaksir Detektif Yeh aja deh... Hahaha *matre
Ihh...moogak...ngelamun aja alay...lebay....
ReplyDelete