Wonderful Days / Wonderful Season / Very Good Days Episode 3
Dong Seok mengajak Hae Won, ia akan mengantarkan gadis itu pulang. Tapi Hae Won yang tak punya tujuan malam itu, menolak
ajakan itu. Ia tak memberitahu masalahnya, dan hanya menjawab pendek kalau ia
sedang ingin jalan kaki.
Dong Seok hanya bisa mengamati Hae Won yang berlalu pergi
dengan berbagai perasaan yang berkecamuk dalam hatinya.
Dong Hui menemui kedua pamannya yang sedang minum-minum.
Rupanya Ssang Shik kembali minum-minum lagi karena tersinggung dengan Dong Seok
yang menolak ajakan minumnya. Sia-sia saja Ssang Ho menjelaskan kalau Dong Seok
besok harus bekerja dan masih harus membongkar barang bawaannya..
Tapi Ssang Shik tetap bersikukuh kalau Dong Seok telah
meremehkan mereka yang udik sementara Dong Seok sudah menjadi orang kota. Dong
Hui hanya mendengar omelan pamannya sambil terus minum, tak menjawab saat Ssang
Ho menanyainya, khawatir, “Kenapa kau minum terus-terusan seperti pamanmu?”
Tetap diam, Ssang Shik memukul kepala Dong Hui, “Jawab
pertanyaan pamanmu. Kau juga meremehkan kami yang udik ini?”
Ssang Ho buru-buru mengelus kepala Dong Hui membelanya,
“Jangan kau pukul kepalanya. Nanti dia jadi bodoh.” Aww.. ternyata paman Ssang
Ho ini baik juga. Tapi dengar dong lanjutannya, “Ia bahkan tak cukup pintar
sehingga tak lulus SMA!”
Haha.. Dong Hui terbelalak, kesal mendengarnya dan akan
membela diri. Tapi Ssang Shik sudah membelanya, “Dia bukannya tak lulus karena
dia bodoh. Tapi ia dikeluarkan karena berkelahi memperebutkan seorang gadis.”
Hihihi.. Dong Seok benar-benar kesal pada kedua pamannya, Ia
tak mau minum dengan kedua pamannya dan memilih pergi.
Seperti kata Ssang Ho, Dong Seok memang pulang ke rumah dan
membenahi barang-barangnya yang masih di dalam kardus. Wihh.. benar-benar hari
yang panjang bagi Dong Seok. Belum juga ia mengosongkan satu kotak, ada telepon
masuk dari seorang gadis yang bernama Jae Gyeong.
Jae Gyeong merasa diacuhkan karena ia sudah menelepon Dong
Seok lebih dari 30 kali dan merasa Dong Seok menghindari teleponnya. “Apa kau
masih marah karena ibuku?” Dong Seok membantah hal itu, tapi Jae Gyeong
meneruskan kalau ia tahu Dong Seok marah karena hal itu. “Ibu itu
materialistis, jadi acuhkan saja..”
“Sudah kubilang, aku tidak marah,” sela Dong Seok sedikit
keras, membuat Jae Gyeong berhenti bicara. Dong Seok pun menurunkan suaranya,
“Nanti kita bicara lagi. Aku benar-benar harus membereskan barang-barangku..”
“Aku mencintaimu,” kata Jae Gyeong, dan ia berkata lagi saat
tak mendengar jawaban dari Dong Seok, “Kubilang, aku mencintaimu Kang Dong
Seok-ssi..” Dong Seok akhirnya mengiyakan dan menutup telepon.
Tak ada tempat lain untuk Hae Won bermalam, selain kantor Happy
Cash. Ia menyalakan pemanas portable yang membuatnya ingin membaca buku
anak-anak. Sepertinya buku itu adalah buku favoritnya, Gadis Korek Api.
Ditemani boneka (mirip dengan Gadis Korek Api), Hae Won mulai membaca,
Gadis Korek Api mulai
menyalakan koreknya lagi. Pohon Natal muncul di dalam pijar api itu. Semakin
besar api, semakin indah pohon natal itu daripada semua pohon natal yang pernah
dilihatnya.
Dan kita kembali ke tahun 1998, Minggu Malam di stasiun. Hae
Won gembira melihat kedatangan Dong Seok dan ia menyerahkan tiket kereta mereka
yang akan berangkat 23.30 nanti. Tapi Dong Seok malah membawa koper Hae Won
keluar stasiun. Hae Won tak mengerti dan menghentikan Dong Seok.
Tapi Dong Seok malah menjawab, “Hentikanlah, Hae Won-ah.”
Dan ia pun beranjak pergi. Tapi Hae Won tak mau pergi. Bagaimana dengan rencana
kabur mereka? Maka Dong Seok menatap mata Hae Won dan berkata, “Aku.. tak
pernah mencintaimu, Hae Won.”
Mata Hae Won berkedip. Sekali, dua kali, mencoba mencerna
ucapan Dong Seok. “Aku tahu, kau tak menyukaiku sebelumnya. Tapi sekarang..”
“Bahkan sekarang juga, aku tak mencintaimu.”
Terbata-bata Hae Won bertanya, “Kalau begitu.. kalau begitu
kenapa kau memintaku untuk kabur denganmu?”
“Kang Dong Seok, kau bajingan! Dong Seok kau jahat! Makilah
diriku, ludahilah aku. Setelah itu pulanglah, Hae Won-ah..,” pinta Dong Seok.
Dan Hae Won meneruskan kembali cerita Gadis Korek Api,
Gadis itu menggapai
dan mencoba menyentuh Pohon Natal itu. Tapi kemudian, apinya mati dan Pohon
Natalnya lenyap.
Hae Won menutup buku dan menatap boneka yang ada di mejanya,
boneka yang dengan Gadis Korek Api dan boneka itu sedang menangis.
Dong Hui pulang dan menemui ibu yang sedang khusyuk berdoa.
Saat mengetahui ibu tak melihat ubi manis yang ia tinggalkan, ia langsung
menuduh kalau pasti wanita tua simpanan ayahnya yang memakannya. Ibu marah
mendengar Dong Hui menyebut Yeong Chun dengan wanita tua apalagi simpanan, dan
menyuruhnya memanggil ibu juga. Tapi Dong Hui tak mau.
Yeong Chun mendengar percakapan itu. Matanya berkaca-kaca
karena kesal pada Dong Hui dan ia bertekad akan membuat Dong Hui terbiasa
padanya.
Dong Hui teringat tawaran Dong Seok untuk mencarikan
istrinya yang kabur. Jika Dong Hui bersedia, Dong Hui bisa meng-email nomor KTP
dan informasi lain agar Dong Seok bisa melacak jejaknya.
Dong Seok benar-benar bisa membuat adiknya kesal. Saat Dong
Hui menolak tawarannya karena tujuannya mencari Jeong A adalah untuk
membunuhnya dan ia tak ingin Dong Seok menemuinya lebih dulu, Dong Seok malah
menjawab, “Karena itu aku harus menemukannya lebih dulu untuk mencegahmu
menjadi pembunuh. Setelah aku menjabat sukses menjadi jaksa seperti ini, tentu
akan menjadi masalah buatku jika punya adik seorang pembunuh, kan?”
Dong Seok tak lupa memuji kedua anak kembarnya dan
menyindirnya, “Mereka benar-benar tak mirip denganmu. Pasti ibunya adalah
wanita yang baik.”
Ucapan Dong Seok ini benar-benar menyentil perasaan dan Dong
Hui sangat kesal pada kakaknya yang itu. Jadi saat melihat Dong Won SMS-an
dengan Isseul, anak yang katanya naksir Dong Won, Dong Hui senang melihat kalau
Dong Won ini mirip dengannya waktu kecil dulu dan bukan ibunya. Ia pun berkata,
“Kalau kau terus seperti ini dan mengejar gadis-gadis, kau akan tumbuh besar
sepertimu. Apa itu yang kau mau?”
Dong Won menggeleng, membuat Dong Hui mendelik marah,
“Kenapa tidak? Kenapa kau tak mau sepertiku?”
Haha.. Ia melihat anak kembarnya yang lain. Dan melihat anak yang ini ia
pun heran, karena Dong Joo sangat rajin belajar. Tak mirip sepertinya, tapi
juga tak mirip seperti Jeong A yang tak suka belajar.
Setelah memindahkan Dong Joo ke tempat tidur, Dong Hui
menatap Dong Ok yang tidur dengan senyum, membuat senyum terbit di bibir Dong
Hui, “Noona, kau sedang bermimpi indah apa sehingga kau tidur sambil
tersenyum.”
Keesokan paginya, Dong Seok masuk kantor untuk pertama
kalinya. Di depan lobi, ia melihat ada seorang ibu yang menggendong anak yang tak
bisa bahasa Korea. Wanita itu meninggalkan negaranya, Filipina setelah menyerahkan
uang 2,5 juta won pada seorang makelar palsu, dan sekarang ia tak punya uang
sama sekali bahkan untuk membeli susu untuk anaknya.
Dong Seok menyadari kalau wanita itu adalah tenaga kerja illegal.
Ia malah melepas jasnya dan menyampirkan ke punggung wanita itu sehingga
bayinya tak kedinginan. Ia meminta wanita itu untuk kembali besok dan berjanji
akan membantu wanita itu untuk menangkap si makelar palsu.
Dan seperti itulah Dong Seok menjalani hari pertamanya di
kantor barunya.
Dong Hui menemukan Hae Won tertidur di sofa kantor. Ia
membangunkan gadis itu dengan menyentil dahi Hae Won keras-keras, dan Hae Won
membalasnya dengan mengambil susu yang diminumnya (hutang Dong Hui dipotong 50
sen sebagai biaya susu yang diminum). Sekejap kemudian mereka pun saling
berteriak dan saling melempar makian.
Hubungan mereka persis seperti Tom and Jerry. Tapi saya
belum bisa memutuskan siapa yang Tom dan siapa yang Jerry.
Untungnya perdebatan mereka tak berlanjut karena muncul
Seung Hun yang melerai mereka, yang berkata kalau Tom and Jerry bahkan lebih
akur daripada mereka berdua. Seung Hun ‘menyingkirkan’ Dong Hui dengan
menyuruhnya untuk isi bensin.
Setelah Dong Hui pergi, Hae Won bertanya mengapa Seung Hun
meminjamkan uang pada ibu dan kakaknya? Ia minta agar Seung Hun berjanji tak
meminjamkan uang lagi. Tapi Seung Hun tak mau karena perusahaan mereka selalu
meminjamkan uang pada mereka yang membutuhkan dan menarik bunganya, apalagi ibu
Hae Won adalah pelanggan VIP mereka.
Melihat Hae Won memegang peralatan mandi, Seung Hun menebak
kalau Hae Won pasti menginap di kantor lagi. Ia meminta agar Hae Won tak
melakukan hal itu lagi, karena Hae Won bisa tidur di tempat tidurnya yang asli
Italia. Hae Won menjawab polos, “Aku memang ingin tidur di tempat tidurmu, tapi
aku suka tempat tidur asli Korea.”
Ha. Seung Hun pun berteriak pada Hae Won yang
meninggalkannya, “Apa perlu aku membeli tempat tidur buatan Korea?”
Dong Seok masuk ke gedung, mengabaikan pandangan penasaran
dari para karyawan kejaksaan. Ia juga mencoba bersikap normal saat masuk ke
ruangannya dengan disambut dengan teriakan kaget dan alat make up jatuh dari
pangkuan adminnya, Yu Sen Yeong yang tak dapat menyembunyikan kekagumannya pada
Dong Seok yang tampan. “Admin lain pasti akan iri padaku.”
Dong Seok mulai tancap gas di hari pertamanya. Pada
manajernya, Park Gyeong Su, ia langsung meminta file kasus yang ditangani jaksa sebelumnya, Jaksa Han,
yaitu kasus Hotel Royal. Sepertinya ini adalah kasus yang dipasrahkan oleh
atasan Dong Seok di Seoul.
Gyeong Su bertanya apakah Dong Seok yakin akan mengerjakan
kasus ini di hari pertamanya? Kasus inilah yang membuat Jaksa Han diserang. Gyeong
Su mengingatkan Dong Seok agar tak menganggap enteng kasus ini, “Jika Anda
hanya ingin menyerah pada akhirnya, lebih baik tak usah memulai kasus ini
lagi.”
“Aku harus memulai kasus ini untuk melihat apakah aku perlu
atau tidak menyerah, kan?” jawab Dong Seok diplomatis. Gyeong Su menambahkan kalau
pertempuran yang akan mereka lakukan bukanlah pertempuran yang gampang. Maka Dong
Seok pun menjawab, “Kalau ini hal yang gampang, Jaksa Han pasti tak akan
memintaku untuk datang kemari, kan?”
Walau Dong Seok sudah datang kemarin, tapi anggota keluarga
Kang masih menanti-nanti Dong Seok. Salah satunya adalah Dong Ok yang menunggu
di depan gang, walau ia tak mau mengakui hal itu pada ibu. Katanya, ia berdiri
di sana karena sedang bosan di rumah.
Yang lain adalah Kakek. Dong Tak menemui Dong Seok yang
sedang makan siang dengan anak buahnya (bukan dia yang mengajak, tapi
bawahannya yang mengajak). Katanya kakek mogok makan sejak tahu Dong Seok tak
akan tinggal di rumah Kang. “Karena itulah aku kemari. Aku tahu kau tak peduli
pada kami, tapi kau tak boleh memperlakukan Kakek dan Dong Ok seperti itu.”
Dong Tak berdiri dan berkata kalau ia yang akan membayar
makan siang Dong Seok. Saat membayar, Dong Tak menyapa Hae Won yang datang
untuk menagih hutang pemilik restoran. Ia memperkenalkan Hae Won pada Dong
Seok, “Ini Hae Won, kau kenal, kan? Dulu ibu kita menjadi pembantu di
rumahnya.”
Hae Won merasa tak nyaman dengan ucapan Dong Tak dan Dong
Seok menyadari hal itu. Sambil terus memandangi Hae Won, Dong Seok berkata
kalau mereka sudah bertemu kemarin.
Dong Tak ingin mengenalkan salah satu temannya untuk
dijodohkan pada Hae Won. Tapi Hae Won menjawab kalau ia sudah mempunyai
seseorang di hatinya. Dong Tak langsung menebak kalau orang itu adalah Seung
Hun, “Kudengar kau sudah lama mengejarnya.”
Hae Won membantah, Seung Hun juga tertarik padanya, hanya
saja Seung Hun hanya pura-pura jual mahal. Dong Seuk mengerutkan kening
mendengar ucapan Hae Won.
Sebelum keluar restoran, Dong Seok mendengar Hae Won menagih
hutang pemilik restoran itu. Di luar, ia melihat selebaran yang ada di sepeda
motor Hae Won. Saat Hae Won keluar, ia bertanya, “Aku tak ingin menggunakan
standarku untuk menilai seseorang. Tapi apakah hanya ini pekerjaan yang mampu
kau dapatkan? Apa hanya ini pekerjaan yang bisa didapat oleh Cha Hae Won?”
Hae Won menjawab pendek kalau hal itu memang benar. Dong
Seok langsung pergi meninggalkan Hae Won dengan kecewa.
Dong Ok menemui Hae Won di kantor untuk memberikan baju baru
untuk boneka Hae Won (namanya Gretchen). Hae Won memuji cantiknya baju boneka
yang dibuat Dong Ok, padahal Dong Ok tentu sangat sibuk dengan kedatangan Dong
Seok. Hae Won mengaku kalau ia belum menemui Dong Seok karena ia malu.
Maka Hae Won pun menggambarkan Dong Seok yang tinggi dan
tampan, membuat Dong Ok tersenyum bahagia. Dong Ok memuji Hae Won yang juga
tercantik di yang ia kenal.. Tapi Hae Won berkata kalau Dong Ok-lah adalah
gadis tercantik yang ia kenal.
Hae Won meminta agar Dong Ok mencoba membuat gaun untuknya.
Ia bahkan mengusulkan agar Dong Ok membuat baju biasa dan bukan baju boneka. Ia
akan memperkenalkan seorang penjahit dan karena ia yakin pada kemampuan Dong
Ok, Dong Ok pasti akan cepat belajar.
Sambil memandangi Gretchen, Hae Won berkata, “Jika aku
memakai gaun yang kau buat, mungkin aku dapat menjadi seorang putri juga.”
Setelah kejadian kemarin, tukang potong rambut itu langsung
menutup toko dan pindah ke luar kota. Gook Soo berkata kalau bos merea pasti
akan marah besar. Ia menyalahkan Hae Won yang terburu-buru tapi juga
menyalahkan Dong Hui yang tak mau menyerah mencari mantan istrinya, yang
menurutnya sangat jelek.
Dong Hui marah istrinya diejek, “Siapa bilang dia jelek? Dia
itu cantik, 1000 kali lebih cantik dibandingkan Kim Tae Hee.” Tapi seakan sadar
kalau itu tak mungkin, Dong Hui langsung meralat, “Setidaknya ia 100 kali lebih
cantik. Oke?!”
Gook Soo diam mendengar omelan Dong Hui. Begitu pria itu
pergi, ganti Gook Soo yang mengomel, “Kalau dia 1000 kali lebih cantik dari Kim
Tae Hee, aku 10.000 kali lebih tampan dari Jang Dong Gun.”
Di sekolah, Dong Won lebih banyak bicara dengan teman
perempuannya dan bukannya belajar. Jadi saat Guru Dong Won menyuruhnya untuk
mengerjakan soal dengan imbalan pin 3 PM (Boyband 2 PM minus Taecyeon, Bu Guru
ngefans berat dengan 3 PM), tentu saja Dong Won tak bisa.
Bukannya mengaku tak bisa, Dong Won malah berkata kalau ia
tak bisa menuliskan jawaban karena kapurnya patah.
Guru Dong Won sepertinya sudah terbiasa dengan kelakuan Dong
Won. “Kok aneh, ya? Bagaimana mungkin kapurnya bisa patah setelah kau maju?”
Dong Won memasang wajah polos dan mengaku tak tahu kenapa hal itu bisa terjadi.
Guru Dong Won pun membuka telapak tangan Dong Won yang putih karena kapur. “Aku
tahu apa yang kau lakukan semenit yang lalu.”
Semua anak tertawa, hanya Dong Joo yang menggeleng-gelengkan
kepalanya, kecewa. Ketua kelas dipanggil, dan ohh.. ternyata Dong Joo yang
berdiri. Dong Joo hanya bisa menghela nafas, mengiyakan saat Bu Guru memintanya
memastikan kalau orang tua mereka mengetahui hal ini dan menandatangani buku komunikasi
Dong Won.
Hihihi.. begini kali ya Dong Hui waktu kecil.
Yang dihukum Dong Won, malah Dong Joo yang murung. Mul yang
kebetulan lewat, bertanya mengapa bibinya muram. Dong Joo pun menjelaskan
kejadian sebelumnya. Mul pun menyarankan agar mereka minta tolong ayahnya untuk
memalsukan tanda tangan Nenek.
Dong Joo khawatir Dong Tak akan memarahi Dong Won. Mul
menenangkan, prestasi ayahnya di sekolah itu jauh lebih buruk daripada Dong
Won.Tapi ia menambahkan kalau sepertinya Dong Won akan tumbuh seperti ayahnya atau
paman Dong Hui. Ucapan Mul itu langsung membuat mood Dong Joo jelek lagi, “Aku
tak mau ia menjadi seperti Dong Tak Oppa atau Dong Hui Oppa. Ia harus menjadi
seperti Dong Seok oppa!“
Mul pun membela kalau ayahnya tak seburuk itu.
Ayah yang dibela Mul sedang sedang facial di salon. Tak disangka
muncul Hae Ju yang juga akan facial, mengaku baru saja pulang dari Phuket. Dong
Tak langsung tahu kalau Hae Ju hanya membual. Mereka pun berdebat tak ada
habisnya, apalagi Dong Tak menyebut-nyebut calon suami Hae Ju yang katanya
dokter kulit dan mencampakkan Hae Ju.
Hae Ju pun membalas dengan menyebut-nyebut mantan istri Dong
Tak yang sekarang jauh lebih populer dan bermain di banyak drama setelah
bercerai dengan Dong Tak. Dong Tak kesal mendengarnya. Ia mengambil segenggam
lumpur facial dan membuangnya di wajah Hae Ju.
Hae Ju menjerit marah. Hihihi.. kedua orang ini... bisa-bisa
dari benci jadi cinta, nih..
Di rumah, Dong Hui memarahi kakeknya yang terus saja mogok
makan, membuat ibunya khawatir dan tak mau makan juga. Ibunya ini adalah
menantu kakek yang selalu merawat kakek walau suaminya tak pernah pulang ke
rumah.
Ibu mencoba menenangkan Dong Hui dan menyuruhnya diam. Tapi
Dong Hui tak mau. “Ibu membersihikan popok kakek selama 10 tahun. Ibu tak
pernah melakukan sesuatu untuk dirinya sendiri. Bagaimana dengan kehidupan ibu?
Apakah ibuku adalah budak keluarga ini? Apa Kakek tak kasihan pada ibuku?!”
Di balik selimut, Kakek berkata, “Karena itu aku lebih baik
mati saja. Jadi ibumu tak perlu khawatir padaku lagi.”
Ibu sudah tak tahan, dan mengancam akan memanggil polisi
kalau Dong Hui masih ada di kamar ini.
Di luar, Yeong Chun mendengar pertengkaran itu penuh
kecemasan. Pada saat itu, Dong Seok muncul. Rupanya setelah tak dapat melupakan
ucapan Dong Tak tadi siang, Dong Seok akhirnya memutuskan untuk pulang ke
rumah.
Dong Seok sempat mendengar teriakan Dong Hui, “Ini adalah
kesalahan Dong Seok dan Kakek yang membuat Dong Ok seperti sekarang ini.” Yeong
Chun dan Dong Seok terdiam mendengar seruan Dong Hui.”
Ibu terperangah mendengar ucapan Dong Hui. Tapi Dong Hui
berkata kalau ia tahu kalau Dong Ok tidak normal dan penyebabnya adalah Dong Seok dan kakek. Ibu
berkata kalau Dong Hui sudah gila dan ia akan menelepon polisi sekarang juga.
Ibu mengangkat telepon dan melapor pada polisi. Dong Hui
kesal, dan akhirnya meninggalkan ruangan. Ibu berhenti bicara, dan meletakkan
telepon. Ia minta maaf pada kakek karena ialah yang bersalah.
Dong Hui keluar dan melihat Dong Seok. Ia tak menyapa,
langsung keluar rumah.
Ibu masih membujuk kakek, namun terdiam saat merasa
kehadiran seseorang. Ia terdiam melihat Dong Seok di pintu dan langsung keluar
ruangan.
Dong Seok menyapa kakek, tapi kakek tak menjawab. Maka Dong
Seok pun membuka selimut yang menutupi tubuh kakek dan terkejut. Air mata membasahi
wajah kakek yang terus memejamkan mata. Kakek menangis tersedu-sedu tanpa
suara.
Ssang Shik dan Ssang Ho cemas, hanya bisa mondar-mandir di
dalam restoran. Sementara Dong Tak menguping apa yang dikatakan kakek pada Dong
Seok.
Kakek meminta Dong Seok untuk kembali tinggal di rumah. “Aku
tak punya banyak waktu lagi. Mungkin hanya tinggal satu atau dua bulan saja.
Aku dapat merasakan. Jadi sebelum aku mati, tinggallah di sisiku. Kumohon kau
ada di sisiku saat aku mati nanti, Dong Seok-ah.”
Dan Dong Tak masuk restoran dengan girang. Ia membawa kabar
baik, Dong Seok mau pindah ke rumah. Semua senang.
Yeong Chun memberitahukan
kabar baik ini pada Ibu yang sibuk memasak. Ibu tak menunjukkan ekspresi, hanya
meminta Yeong Chun untuk memberikan bubur yang sedang ia masak untuk kakek.
Dong Tak bersiap-siap untuk bekerja dan berkata kalau ia tak
bisa membantu Dong Seok untuk pindah rumah. Dong Seok berkata kalau ia akan
menyewa jasa pemindahan di akhir minggu dan akan membawa barang seperlunya saja
sekarang. Dong Tak senang mendengarnya, “Seharsnya seperti ini. Keluarga memang
harus tinggal bersama.”
Mendadak Dong Tak mendapat telepon dari Dong Hui yang
memberitahu kalau Dong Ok kecelakaan. Dong Seok terkejut mendengarnya. Ia
semakin shock mendengar kalau Dong Ok kecelakaan saat bersama dengan Hae Won.
Komentar:
Saya belum tahu siapa nama Guru Dong Joo dan Dong Won. Kayanya
Bu Guru ini ngefans banget sama boyband 3PM, ya?
Lucu aja kali ya kalau Bu Guru yang ngefans banget sama 3 PM,
akhirnya jadian dengan Dong Hui yang diperankan oleh Taecyeon, yang aslinya
adalah salah satu anggota 2 PM.
Jadi inget salah satu teman yang ngefans banget sama SHINee.
Ehem..
Sama seperti Dong Seok, saya sebenarnya juga bertanya-tanya
tentang pilihan pekerjaan Hae Won. Sebagai lulusan SMA, sebenarnya masih banyak
perusahaan yang menerima pegawai seperti Hae Won. Kenapa juga Hae Won mau
bekerja di perusahaan perkreditan? Menjadi tukang tagih pula.
coment dulu baru baca..
ReplyDeletemakasih ya mbak dee,aku udah bolak balik nungguin ini we hehe
semangat mbak :)
Dee, kayaknya Hae Won kerja di Happy Cash ada motifnya bukan karena ga mampu kerja dibidang lain tapi dia ingin membalas dendam kematian ayahnya. Dia ingin mendekati Seung Hun, agar melancarkan tujuan balas dendamnya.
ReplyDeleteDrama ini menurutku genrenya seperti My Daugher Seo Young, di awali dengan kekelabuan sebelum berakhir bahagia untuk semua orang. Khas KBS week end drama (aku nontonya di KBS Indonesia, distell week end)