Sinopsis King’s Family Episode 4
Ho Bak bertanya apa yang ia
lakukan hingga melukai Soo Bak? Soo Bak tersenyum dingin, “Itu.. Aku tak akan
pernah melupakannya. Tak akan pernah.”
Ia tak mengatakan apa yang
dimaksud dengan ‘itu’. Tapi Ho Bak mengerti
dan seolah itu memang rahasia mereka berdua, Ho Bak bertanya bagaimana
mungkin ‘itu’ adalah kesalahannya?
“Jika bukan karenamu..” Soo Bak
tak dapat melanjutkan kalimatnya. Ia minta Ho Bak melupakannya. Tapi Ho Bak tak
mau dan tetap bertanya mengapa ‘itu’ menjadi kesalahannya? Soo Bak
membentaknya, menyuruhnya diam. “Dan kau sebaiknya menyimpan itu sampai kau
mati.”
Ho Bak diam, terlalu shock untuk
menjawab.
Gwang Bak datang ke kantor
majalah dengan antusias karena proof print majalah sudah jadi. Tapi betapa
terkejutnya karena artikel yang akan terbit jauh berbeda dengan artikel yang ia
tulis. Judulnya sudah berbeda : Pekerjaan
yang dibenci wanita : Operator alat-alat berat, pekerjaan 3 D. Bahkan di
foto mata Sang Nam dibuat kabur, seolah ia adalah pesakitan.
Ia protes pada editor, tapi
dengan santai editor itu berkata kalau itulah yang ia tangkap dari tulisan
Gwang Bak. Gwang Bak marah luar biasa padanya. Ia menuntut untuk menarik
kembali artikel itu namun si editor berkata kalau majalah sudah naik cetak.
Gwang Bak pun pergi ke
percetakan, tapi sudah terlambat. Ia kembali ke kantor dan marah-marah pada si
editor.
Editor ini rupanya punya pacar
seperti Seo Dal, lebih muda dan pengangguran. Tapi bedanya, editor ini suka
memberi pacarnya uang. Gwang Bak mengatai pacar editor itu tak mau bekerja, dan
jika sudah bekerja, ia yakin pacar itu akan langsung meninggalkan si editor,
“Dibandingkan dengan pacarmu, orang ini jauh lebih baik ribuan kali!”
Gwang Bak menunjuk majalah yang
ada artikel Sang Nam. “Kenapa kau merendahkan pekerja keras seperti dia? Kau
tak tahu apapun tentang pria, makanya kau memacari pria brengsek seperti itu.
Apa? Apa aku salah?”
Gwang Bak tak mau bekerja lagi
pada editor itu dan menyuruhnya untuk mentransfer uang penulisannya sekarang
juga. Ia benar-benar marah, namun akhirnya menangis sedih.
Tapi kesedihan Gwang Bak tak ada
apa-apanya jika dibandingkan Ho Bak. Ia menemui Ho Bak yang rupanya sangat
sedih karena perlakuan Soo Bak dan ibu. Dari perbedaan perlakuan itu, ia kadang
merasa kalau ia adalah anak pungut, karena apapun yang terjadi ialah yang
selalu disalahkan oleh Ibu dan Soo Bak.
Ho Bak mengusap air matanya dan
bercerita kalau waktu ia kecil dulu, ia kadang berangan-angan kalau ternyata ada
ibu kandungnya di luar sana yang akan datang menjemputnya. Dan ia suka berdiri
di depan pintu untuk bisa menyambut ibunya itu.
Pertemuan mereka kali ini karena
ia memutuskan untuk tetap membiayai ulang tahun ibu. Gwang Bak setuju dan mau
membagi dua pengeluaran mereka. Ho Bak yang membiayai makan siang di restoran
sedangkan ia akan membiayai hadiah wisata ke Jeju. Ia meminta Ho Bak untuk tak
khawatir karena ia masih memiliki tabungan dari hasil mengajar selama 7 tahun.
Sang Nam yang baru saja
mengunjungi pegawainya yang sakit, bertemu dengan Gwang Bak. Gwang Bak mengira
kalau Sang Nam tinggal di apartemen itu. Sang Nam hanya tersenyum dan
mengiyakan. Ia bertanya tentang majalah yang katanya akan dicetak hari ini.
Gwang Bak buru-buru berkata kalau
majalah itu belum selesai. Ia begitu gugup sbampai Sang Nam merasa kegugupannya.
Tapi ia berhasil menyembunyikan hal itu dan berjanji akan memberitahu Sang Nam
kalau majalahnya sudah terbit.
Ho Bak membungkus persediaan di
dalam lemari es untuk rumah orang tuanya . Walau mengomel, Seo Dal membiarkan istrinya
melakukan di ruang tengah, karena ia akan masuk ke kamar dengan satu tujuan.
Mengambil uang di tas Ho Bak.
Tapi Ho Bak sudah kenal suaminya.
Ia masuk dan mengulurkan tangannya, “Berikan padaku.” Seo Dal tak mau dan Ho
Bak meneruskan, “Kau mau dipukul sekarang atau nanti?”
Ha. Seo Dal mencoba
kabur dan Ho Bak pun meringkus Seo Dal bak preman melawan preman. LOL.
Ho Bak memberikan persediaan makanan itu karena ibunya sangat sibuk menelepon teman-temannya, membatalkan acara ulang tahun yang di hotel. Karena persedian bahan makanan di lemari es sudah hampir habis, Ho Bak meminta Gwang Bak untuk belanja kebutuhan itu.
Dan di supermarket, Gwang Bak
mendapat pengalaman tak terlupakan. Ia kembali bertemu dengan ayah Sang Nam
yang langsung melancarkan serangan balas dendam.
Caranya? Setiap Gwang Bak ingin
mengambil barang, barang itu selalu direbutnya. Apa saja. Dari kereta dorong, makanan bahkan saat
Gwang Bak ingin mencicipi sample makanan (tinggal satu-satunya!), ayah Sang Nam
langsung merebut dan berkata pada pelayan kalau Gwang Bak akan membeli makanan
itu.
Hahaha.. si ayah ini balas
dendamnya kaya anak-anak aja.
Ho Bak menggantikan tugas ibunya memasak dan menjaga anak-anak Soo Bak. Ho Bak membawa makanan kesukaan ibunya. Tapi ibunya terus berbaring dengan memunggungi Ho Bak dan tak ingin makan dan menyuruh Ho Bak pergi.
Ho Bak pun membawa anak-anak Soo
Bak untuk mengunjungi ibu mereka. Dan betapa pedihnya melihat kelakukan Soo Bak
sama dengan ibu. Ia bahkan menyuruh Ho Bak pulang dengan membawa anak-anaknya.
Saat Ho Bak memintanya untuk
makan karena ia telah membawakan makanan, Soo Bak bangkit dan marah-marah, “Lapar?!
Apa kau pikir aku takut kelaparan? Bagimu makanan adalah segalanya. Tapi aku
tak sepertimu. Mengerti?!”
Ho Bak hanya bisa memeluk
keponakan kecilnya erat-erat. Akhirnya ia kembali ke rumah ibunya lagi. Saat ia
sedang makan, ibu muncul dan bertanya sinis, bagaimana mungkin Ho Bak bisa
makan padahal kondisinya seperti ini, “Bagaimana mungkin kau tidak prihatin?
Kudengar kau membuat kakakmu marah kemarin. Kau hanya mementingkan dirimu
sendiri.”
Ho Bak hanya bisa menelan ucapan
ibunya. Dan sesampainya di rumah, ia mendapati rumah yang berantakan dan bak
cuci piring yang penuh penuh piring kotor. Tanpa banyak mengeluh, ia
membersihkan semuanya.
Sementara Min Jung masih sibuk menghafalkan alamat rumah di malam
hari, dan mengantarkan barang di siang hari. Hari itu adalah hari peringatan
kematian ibunya, dan hari ulang tahun ibu mertuanya. Kedua pihak itu
meneleponnya dan menyuruhnya segera datang. Tapi masih banyak barang yang harus
ia kirimkan hari itu.
Akhirnya ia datang ke restoran
tempat perayaan ulang tahun ibu mertuanya. Walau ibu berulang tahun, tapi
mukanya kecut sekali. Melihat Min Jung muncul dengan rompi perusahaannya, muka
ibu semakin kecut. Soo Bak juga menegur suaminya yang masih memakai rompi itu.
Min Jung pun buru-buru melepas
rompinya. Tapi Min Jung merasa tak jenak karena adiknya yang menelepon dan meng-SMS,
memintanya untuk segera datang.
Ibu ini benar-benar kecut sekali.
Di pesta ulang tahunnya sendiri ia tak pernah tersenyum, memotong kue ulang
tahun dengan kasar dan seperti tak puas pada semuanya. Dan pada puncaknya, ia marah
karena wajah Min Jung tak ceria di hari ulang tahunnya, “Kalau kau seperti itu,
kenapa juga kau datang? Pergi saja untuk mengirimkan barang-barangmu itu!”
Semua terdiam mendengar ucapan
Ibu yang menghina itu. Dan tak disangka Min Jung keluar ruangan, mematuhi
perintah ibu. Don dan Gwang Bak ingin menyusul Min Jung, tapi ayah mencegahnya.
Ia yang akan menemui menantunya itu.
Di luar ia meminta maaf atas
sikap istrinya dan ia tahu alasan Min Jung seperti ini karena perayaan ulang
tahun ini bertepatan dengan hari peringatan kematian ibu Min Jung. Ia meminta
agar Min Jung segera kembali ke rumah ayahnya dan menyuruh Soo Bak untuk
mengikuti suaminya.
Soo Bak masih belum ingin pergi,
membuat ayah marah karena Soo Bak tak bersikap sepantasnya sebagai seorang
menantu. Ayah menyuruh Soo Bak pergi sekarang juga.
Sepertinya hadiah ulang tahun
terbaik adalah dari nenek. *Walau nenek tak berniat memberikannya, sih.* Pulang ke rumah, nenek dan ibu adu argument tentang
hal yang sama sekali tak penting. Tentang siapa yang dulu lebih kaya.
Nenek membual kalau ia punya
pelayan di rumahnya di Korea Utara dan pelayannya itu makan dengan sendok perak
dan emas. Ibu membual kalau ia punya sepasang sapi emas. Nenek membual kalau
kancing bajunya dari emas hingga ia harus terbungkuk-bungkuk saat berjalan dan
betapa irinya ia melihat anak-anak miskin
memakai baju biasa.
Ibu berkata kalau kakinya dulu
selalu kapalan karena menginjak potongan emas yang tersebar di mana-mana.
Hahaha.. Don, Dae Bak dan Miho
hanya menonton pertarungan sengit itu dan berusaha menyembunyikan rasa geli melihat kedua orang tua itu.
Nenek kesal dan menyindir kalau
Ibu sangat kaya kenapa juga ibu masuk ke keluarganya dengan tangan hampa? Ibu
santai membalasnya dengan bertanya mana emas-emas yang katanya dimiliki oleh
keluarga Nenek?
LOL, tentu saja nenek menjawab
kalau semua emasnya ditinggal di Korea Utara. Walau ia belum bisa melupakan
kalau saat itu ia selalu membersihkan kotoran dengan kain sutra.
Dengan terus
melipat baju yang sudah kering, ibu menjawab, “Dulu kami juga memakai kain
sutra. Tapi saat kami kehabisan sutra, akhirnya kami menggunakan uang baru
untuk membersihkan kotoran.”
Bwahaha… nenek hilang akal, tak
menang berdebat. Ia pun memilih masuk kamar setelah meluapkan kekesalan dengan
mengacak-acak kartu yang sedang dimainkan Don.
Sang Nam diminta oleh ayahnya
untuk menemui gadis jelek di kafe dan memberinya pelajaran. LOL, si ayah ini
dendam kesumat banget, ya. Untungnya (atau tak untung?) Sang Nam tak melihat
Gwang Bak yang sedang menunduk mengambil bolpennya yang jatuh.
Ibu Miho menemukan surat-surat
lama di kamar Sang Nam. Dan pada ayah Sang Nam, ia mengatakan kalau sepertinya
Sang Nam belum bisa melupakan cinta pertamanya. Maka dari itu, ia mengira
karena itulah Sang Nam tak bisa awet kalau pacaran. Ayah pun bertanya tentang
kabar gadis yang ditelepon Sang Nam malam itu, tapi ibu Miho menduga hubungan
itu juga tak bertahan lama.
Hari sudah malam saat Min Jung
dan Soo Bak sampai ke rumah ayahnya. Setelah prosesi peringatan, mereka pun
makan bersama.
Adiknya datang dengan membawa kotak besar dan mengatakan kalau
tak sepantasnya Soo Bak mengirimkan
makanan sesaji yang tak layak. Soo Bak menjelaskan kalau ia memesannya lewat
internet, “Semua orang juga melakukan hal itu.”
Adik Min Jung juga mengungkit
masalah Ayah mereka yang kembali lagi ke rumah, padahal sebelumnya ia sudah
meminta Min Jung untuk merawat ayah mereka. Soo Bak meminta agar tanggung jawab
itu tak dilemparkan kepadanya. Adik Min Jung marah, “Melemparkan? Kakak adalah
anak tertua dan menikmati hampir semua warisan keluarga.”
Soo Bak bersikeras tak mau
membawa ayah mertuanya. Min Jung mencoba mencegahnya untuk mengatakan hal yang
sebenarnya, tapi ia tak tahan, “Min Jung sekarang bangkrut. Perusahaannya
bangkrut. Ia benar-benar kehilangan perusahaannya, jadi bagaimana kami bisa
membawa Ayah ke rumah?”
Semua terkejut mendengarnya. Min
Jung tak tahan dan pergi keluar. Ayah menyuruh anak-anaknya pulang dan ia
mencari Min Jung.
Saat menemukan putranya, ayah tak bertanya sedikitpun tentang
hal itu. Ia langsung memeluk Min Jung dan menepuk-nepuk punggung anaknya,, “Kau
pasti merasa sangat tersiksa karena tak bisa cerita pada siapapun. Aku mengerti
perasaanmu.”
Esoknya, setelah Min Jung berziarah ke
makan ibunya, Ia dan Soo Bak pulang dengan
dibekali makanan oleh ayah dan pesan kalau Min Jung pasti akan berhasil. Min
Jung berjanji akan membawa ayah ke rumahnya jika ia sudah kembali sukses.
Walau di depan ayahnya Min Jung
mencoba untuk kuat, tapi di tengah jalan ia tak dapat menahan tangis dan
frustasinya karena mengetahui ayahnya tak pernah marah padanya. Bahkan ayahnya diam-diam
menaruh uang di saku jas Min Jung.
Gwang Bak datang pagi-pagi sekali
untuk memeriksa majalahnya yang baru saja terbit. Walau sudah tahu, tapi ia tetap
kaget dan kecewa melihat judul artikelnya terpampang di sampul majalah. Dan foto Sang Nam terpampang
di dalam artikel dengan mata ditutup bak penjahat.
Sang Nam menelepon untuk bertanya
tentang artikelnya. Gwang Bak buru-buru berkata kalau majalah itu belum terbit
dan Sang Nam akan ia beritahu jika sudah terbit.
Tapi Gwang Bak tak menyangka
kalau sebenarnya Sang Nam saat itu juga sedang berada di toko buku. Dan secara
kebetulan ia menemukan majalahnya. Wajah Sang Nam langsung mengeras saat
melihat judul artikel di dalam majalah : Profesi
Yang Dibenci Wanita: Operator Alat-Alat Berat, Pekerjaan 3 D
Kejutan lainnya dialami oleh Soo
Bak. Saat mereka pulang, sudah ada orang yang menunggu untuk mengambil
mobilnya. Ia meraung-raung, menangisi mobilnya yang dibawa pergi. Dan saat
masuk rumah, ia mendapati beberapa orang sedang mencatat dan melabeli seluruh
barangnya. Bahkan tas-tas mahalnya.
Ia mencoba mengusir mereka, tapi
Min Jung menahannya. Ia histeris saat mendengar peringatan dari orang-orang itu
yang melarangnya untuk menyentuh label-label itu dan meminta mereka pergi dari
rumah akhir minggu ini.
Rasanya lucu tapi juga kasihan
melihat Soo Bak memegangi salah satu tas yang baru ia miliki selama satu bulan,
merengek dan memohon pada orang-orang itu agar membiarkannya tetap menyimpan tas
itu.
Ho Bak dan Gwang Bak segera
menemui Soo Bak. Sepertinya Min Jung menelepon mereka untuk menenangkan kakak
mereka. Tapi Soo Bak benar-benar histeris. Ia menyalahkan Min Jung yang tak
memberitahukan apapun padanya.
Soo Bak semakin histeris saat Min
Jung menyarankan agar ia dan kedua putrinya tinggal di rumah ayahnya. Ia
menelepon ibunya dan menangis tersedu-sedu.
Tentu saja ibu langsung
tergopoh-gopoh menitipkan kedua cucunya pada Mi Ho yang sedang belajar bersama
Dae Bak dan pergi ke rumah Soo Bak.
Di sana Ayah sudah datang. Ia
memarahi Min Jung yang berani meminta Soo Bak untuk tinggal di rumah besannya
di desa, “Bagaimana kau membiarkan semua ini terjadi? Anak itu tak terbiasa
buang air besar di kloset kampung, dan ia bahkan tak terbiasa mencuci celana
dalamnya sendiri. Bagaimana mungkin kau menyuruh Soo Bak tinggal di desa? Aku
tak akan membiarkannya pergi. Lebih baik aku mati jika hal itu terjadi!”
Ibu histeris dan terduduk di
lantai. Sementara Soo Bak yang sudah mulai tenang, sesekali terisak sambil
memeluk tas tangannya.
Namun sebenarnya Soo Bak belum
tenang. Ibu yang sudah kembali ke rumah, mencoba menelepon Soo Bak. Tapi tak
diangkat. Gwang Bak pun menelepon Min Jung yang mengatakan kalau Soo Bak pergi
ke rumah mereka.
Kekhawatiran langsung mencuat
karena hal itu berarti Soo Bak menghilang. Semua panik dan mencari Soo Bak di
lingkungan rumah keluarga Wang. Mereka berpikir hal terburuk akan terjadi dan
mencari-cari di setiap tempat. Tapi Soo Bak tak ketemu.
Akhirnya Ibu dan Gwang Bak lega
karena menemukan Soo Bak duduk di taman. Soo Bak tak menangis lagi, juga tak
marah lagi. Tapi tatapan matanya kosong saat berkata kalau ia merasa sangat
lelah dan tak ingin melakukan apapun.
![]() |
“Aku terus hidup karena aku masih hidup. Semua orang di dunia ini bersenang-senang
sementara aku menyedihkan seperti ini.”
|
Gwang Bak dan Ibu menatap Soo Bak
dengan cemas. Apalagi saat Soo Bak berkata kalau ia sudah tak ingin hidup lagi.
Mereka hanya bisa memeluk Soo Bak erat-erat.
Semalaman ibu tak dapat
memejamkan mata untuk memikirkan jalan keluar untuk anaknya.
Pagi harinya, Ho Bak kaget karena
ibu muncul di tempat kerjanya dengan senyum ceria dan bertanya apa ada sesuatu
yang terjadi? Dengan senyum masih terkembang, ibu berkata kalau ia datang karena
ingin membicarakan suatu hal.
Komentar :
Bisa menebak, kira-kira apa yang
akan dibicarakan oleh Ibu?
Pokoknya kalau tebakan itu benar,
rasanya mau naik darah deh kalau mendengarnya. Hhh… apa mungkin Ho Bak ini
memang anak pungut, kali, ya?
Dan apa ya rahasia yang disimpan oleh Soo Bak dan Ho Bak?
wah akhirnya dilanjutin lagi sinopsisnya
ReplyDeleteaku udah nunggu lama buat baca ini =)
eonni tetep semangat bikin sinopnya, fighting
:D
huwaaa.. greget bgtz deh ma so bak dan ibu nya ni.. kl aku jd ho bak aku mnding kluar dr daftr klrga nya deh?!
ReplyDeletehuwaaa.. greget bgtz deh ma so bak dan ibu nya ni.. kl aku jd ho bak aku mnding kluar dr daftr klrga nya deh?!
ReplyDeleteakhirnya yg ditunggu keluar jg.. makasih mbak Dee ^^. kasihan Ho Bak, smg pd akhirnya dia bahagia.
ReplyDeletemakasi eonni..
ReplyDeleteakhirnya dilanjutin lagi sinopsisnya..^__^
aja aja fighting..!!
Saya juga senang dengan sinopsis yg dibuat mbak, walau di korea dah tayang sampai epi 20 dan di kbsworld 16, namun tetap nunggu disini. Semangat
ReplyDeleteMakasi mba dee dilanjutin sinopsisnya^^
ReplyDeleteKu menunggu sinopsis ini karna episodenya panjang beutt enakan baca diblognya mba dee :-)
Di antara konflik yg ada ...aku paling nungguin perseteruan Gwang Bak sm ayahnya Sang Nam....
ReplyDelete