Sinopsis Good Doctor Episode 17 – 1
Yoon Seo membangunkan In Hye dan
menyuruhnya untuk cepat membersihkan diri. In Hye harus segera ke rumah sakit
untuk mendapatkan obat. In Hye bergumam, “Sebentar lagi.”
Melihat In Hye masih
bermalas-malasan, Yoon Seo menghampiri hendak membangunkannya lagi. Tapi belum
sempat ia lakukan, bel berbunyi. Ternyata Shi On datang untuk menjemput In
Hye. Mereka menoleh pada In Hye yang
ternyata sudah duduk. Namun wajahnya pucat dan darah mengucur deras dari
mulutnya. Dan In Hye pun pingsan.
Yoon Seo dan Shi On kaget dan
cemas. Buru-buru mereka segera membawa In Hye ke UGD untuk mendapat penanganan.
Yoon Seo sendiri yang memasang infus dan oksigen tambahan pada In Hye.
Dokter mengatakan kalau Yoon Seo
demam tinggi dan tekanan darahnya rendah dan In Hye kembali mendapat infeksi.
Do Han datang dan menyuruh para residen untuk segera mengganti chemoport-nya.
Walau Presdir Lee sudah tak mau
melihatnya lagi, tapi Chae Kyung tetap menghadap ibu tirinya untuk meminta maaf
dengan tulus. Presdir Lee cukup terkejut mendengar permintaan maaf itu, karena
seperti ucapan Chae Kyung, Chae Kyung tak pernah meminta maaf padanya sejak SMP.
Chae Kyung tahu kalau mustahil
baginya untuk memperbaiki kerusakan yang telah ia timbulkan. Tapi ia tetap
meminta kesempatan untuk memperbaikinya. Ia melakukan ini bukan untuk rumah
sakit, tapi untuk almarhum ayahnya, dr. Choi dan Presdir Lee.
Untung kondisi In Hye dapat
kembali stabil. Yoon Seo menyalahkan dirinya yang membawa In Hye pulang, tapi
Jin Wok mengatakan kalau hal itu tetap akan terjadi walau In Hye ada di rumah
sakit.
Walau In Hye sudah stabil, bukan
berarti mereka luput dari kemarahan Do Han . Ia menuding Shi On tidak mengawasi
jadwal pemberian obat In Hye padahal Shi On adalah dokter yang menangani In
Hye. Ia juga membentak Jin Wook, sebagai dokter yang paling lama menangani In
Hye, malah tak mengawasinya.
Sementara pada Yoon Seo, ia
menyemprotnya, berani-beraninya Yoon Seo membawa pulang pasien, “Apa gunanya
kalian memperlakukannya seperti keponakan kalian sementara yang kalian lakukan
malah membuatnya tak sadarkan diri?!”
Tiga dokter itu hanya bisa
menunduk mengakui kesalahan mereka. Dr. Kim muncul dan sekarang ganti Do Han
yang dimarahi. Apakah Do Han tak bisa merawat pasien dengan benar? In Hye sudah
dijadwalkan untuk operasi dan apa yang ada dipikiran mereka, membawa In Hye
keluar dengan kondisi kesehatan seperti itu?
Dr. Kim minta agar Do Han kembali
melakukan perawatan dengan benar jika tak ingin membunuh pasien di meja
operasi. Do Han hanya bisa menunduk minta maaf.
Kali ini saya setuju dengan dr.
Kim dan Do Han. Ketiga residen itu benar-benar membahayakan hidup In Hye dengan
tak mengecek jadwal pengobatan In Hye.
Mereka bertiga, terutama Shi On, meminta
maaf pada In Young atas keteledorannya.
Tapi In Young tak menyalahkan mereka. Ia malah menyalahkan diri sendiri,
karena dirinyalah maka perasaan In Hye terluka.
Do Han memeriksa Joon Young
sekaligus mengajaknya berbincang-bincang tentang baseball. Joon Young
menjelaskan tentang posisinya di tim dan Do Han memujinya yang mirip dengan Lee
Byung Gyu, pemain baseball yang ternama.
Joon Young berkata kalau ia juga
ingin terkenal sebagai pemain baseball dan ia memberikan sebuah bola baseball
pada Do Han, berkata kalau bola itu adalah bola pertamanya yang berhasil ia
pukul saat pertandingan perdananya. Do Han heran mengapa Joon Young memberikan
sesuatu yang berharga padanya. Joon Young menjawab kalau bola itu adalah
hadiah, sekaligus permintaan agar Do Han merawatnya dengan baik.
Do Han mulanya menolak. Tapi Joon
Young tetap mengulurkan bola itu, sehingga ia pun menerimanya dan menggenggam
tangan Joon Young erat.
Wapresdir Kang memandangi mereka
berdua dari luar kamar. Ia mengajak Do Han bicara tentang operasi putranya yang
rencananya akan ia lakukan di Jepang. Ia sudah membuat janji dengan Prof.
Daisuke.
Do Han mengerti. Prof. Daisuke
adalah dokter anak terbaik di dunia ini. Wapresdir Kang pun tahu itu dan ia
menghubungi Prof. Daisuke (yang lebih
ahli dan senior) juga karena tak ingin menyakiti perasaan Do Han. Ia meminta
pengertian Do Han.
Do Han mengangguk, paham akan
maksud Wapresdir Kang. Ia akan menyiapkan semua rekam medis dan usulan mereka.
Ia merasa dengan adanya masalah putra Wapresdir Kang, ia merasa bayangan
tentang Wapresdir Kang menjadi lebih baik dibanding pertemuan terakhir mereka.
“Dalam ingatanku, Anda adalah seorang ayah pasienku.”
Shi On mengembalikan sweater
pemberian Chae Kyung, membuat Chae Kyung bertanya, apakah Shi On tak
menyukainya? Shi On menggeleng dan beralasan kalau sweater itu terlalu mahal.
Alasan itu membuat Chae Kyung heran.
Namun Chae Kyung tersenyum,
menduga sesuatu, “Sepertinya kau menolak bukan karena terlalu mahal.” Ia semakin geli, saat Shi On bingung
bagaimana menjawabnya, “Apakah ada orang yang melarangmu untuk memakainya? Apa
ada yang cemburu karena aku membelikanmu sweater ini?”
Shi On bengong karena Chae Kyung
menebaknya dengan benar. Chae Kyung terkekeh dan berkata kalau orang itu pasti
sangat menyukai Shi On. Jika tidak, pasti orang itu hanya diam saja ketika Shi
On memakai sweater itu.
Bingung dan mulai berharap, Shi
On bertanya apa mungkin orang itu cemburu karena orang itu suka padanya? Chae
Kyung tak dapat menahan tawanya, namun dengan wajah (mencoba) lebih serius ia
berkata kalau ia hanya bercanda.
“Wow.. aku telah ditipu,” ujar
Shi On cemberut. “Bu Manajer, aku merasa kalau aku mulai tak menyukai Anda
sebesar ini.” Shi On menunjukkan seujung kukunya dan berlalu pergi.
Chae Kyung memperhatikan Shi On
yang menjauh darinya, dan sekarang ia tak dapat menahan tawanya, “Lucu
sekali..”
Aww… noona – dongsaeng yang lucu.
Do Han mengganti perban sendiri
dan terlihat luka itu masih berdarah. Dan.. tunggu, apa luka itu tak dijahit?
Hanya diberi betadine saja? Serius nih, dok?
Perawat Nam senyum-senyum
membayangkan Perawat Jo yang dengan gagah berani melawan si psikopat itu. Tapi
ia buru-buru mengenyahkan pikiran itu. Perawat Jo dalam pikirannya? Wow banget,
kan? Ia menampar pipinya berkali-kali.
Tapi Perawat Jo tiba-tiba muncul
dan berkata kalau Perawat Nam pasti sedang memikirkannya. Perawat Nam mencoba
mengabaikan tuduhan Perawat Jo dan bertanya untuk apa Perawat Jo menemuinya.
Perawat Jo ternyata datang untuk mengingatkan tentang ulang tahun perayaan
bagian bedah anak.
Perawat Nam mulai panik dan
menyuruh Perawat Jo untuk mulai membicarakan dengan bagian medis, “Dan jangan
mengulang pertunjukan Cinderella seperti tahun lalu. Anak-anak tak menganggap
kalau itu menarik.”
Perawat Jo berjanji kalau tahun
ini ia akan mempersiapkan sesuatu yang menarik. Perawat Jo pun pergi di bawah
tatapan mata Perawat Nam yang kembali tersenyum-senyum. Tapi ia segera menampar
pipinya lagi dan lagi.
Haha.. romance in the air, nih..
Dr. Choi bertanya apakah tentang
luka Do Han yang dijawab Do Han kalau lukanya sudah membaik. Dr. Choi
mengingatkan Do Han agar tak melewatkan pengobatan yang harus dilakukan hanya
karena alasan sibuk, “Untuk bisa merawat pasien, dokternya sendiri harus
sehat.”
Do Han mengerti dan bertanya
tentang kabar akuisisi rumah sakit. Dr. Choi menjawab kalau Presdir Lee sedang
berusaha mencari cara untuk mengagalkannya tapi sepertinya percuma. Dr. Choi
khawatir jika rumah sakit diakuisisi, ia takut orang-orang berbakat di rumah
sakit mereka akan mulai berpikir kapitalis.
Do Han setuju akan hal itu, tapi memang
susah untuk memegang prinsip. Dr. Choi berkata kalau memegang prinsip itu
sangatlah berat, tapi prinsip itu seperti pembungkus, tak memiliki pinggiran
yang tajam namun bisa membungkus benda yang tajam, sehingga tak akan ada yang
terluka.
In Hye masih belum sadar dan Shi On memeriksa
suhu badannya (nggak diukur pakai thermometer, dok?). Ia teringat mimpinya yang
ada In Hye di sana, tersenyum dan
terlihat sangat sehat.
Yoon Seo masih sibuk mempelajari
kasus Joon Young dan sedikit kecewa saat Do Han memberitahu kalau Wapresdir
Kang memutuskan akan memindahkan putranya ke Jepang untuk ditangani oleh Prof.
Miura Daisuke.
Yoon
Seo sedikit kecewa, tapi nama Prof. Daisuke membuat dirinya lega karena Prof.
Miura adalah yang terbaik.
Perhatiannya teralih karena Do Han meringis seakan
menahan sakitsambil memegangi perutnya. Apakah luka di perut Do Han terbuka
kembali? Do Han buru-buru memasang wajah biasanya dan membantahnya.
Yoon Seo hendak mengejar Do Han yang berlalu
pergi, namun terhenti karena mendapat SMS yang membuat ia terkejut, “Aku
menang?”
Shi On dihadang oleh ayah yang
anaknya mengidap tumor. Ternyata ayah itu adalah Dong Goo, anak yang dulu
mem-bully-nya dan menantangnya masuk ke dalam goa dimana kakaknya meninggal. Kenangan
buruk itu membuat Shi On berkata ketus pada Dong Goo. Apa yang Dong Goo
inginkan?
Dong Goo bercerita kalau anaknya
mengidap tumor sacroccygeal (tumor yang ada di daerah tulang belakang) dan akan
dijadwalkan untuk operasi besok. Anak itu lahir saat ia SMA dan walau masih
muda, ia sangat menginginkan kelahiran anaknya. Dong Goo mengaku kalau ia telah
melihat Shi On sebelumnya. Tapi ia terlalu pengecut untuk menyapa Shi On.
Walau saat itu ia masih kecil,
tapi apa yang pernah ia lakukan pada Shi On dan kakaknya itu adalah suatu hal
yang salah. Maka ia merasa kalau penderitaan putranya ini akibat kesalahan
dirinya saat itu. Shi On langsung menyergah ucapan Dong Goo, “Jika anak-anak
sakit itu ya memang karena mereka sakit, bukan karena dihukum.”
“Saat aku kecil dulu, aku tak
pernah mengucapkan maaf,” Dong Goo menatap Shi On penuh penyesalan, “Maafkan
aku, teman.”
Tapi Shi On tak semudah itu bisa
melupakan kepedihannya. Tak menanggapi permintaan maaf Dong Goo, Shi On
berbalik pergi.
Do Han yang menemukannya sedang
duduk terpekur. Ia menegur Shi On namun segera melihat kalau Shi On sedang
galau. Shi On bertanya apa yang harus ia lakukan jika ada orang yang melakukan
sebuah kesalahan yang besar padanya dan sekarang orang itu minta maaf. Apakah
ia harus memaafkannya?
Do Han menjawab kalau hal itu
tergantung orangnya, “Kalau orang itu minta maaf hanya untuk membebaskan diri
sendiri, maka jangan maafkan orang itu. Tapi jika ia benar-benar minta maaf
dengan tulus, maka maafkanlah dia.”
Masalahnya Shi On tak tahu apa
yang ada dalam pikiran orang itu. Tapi menurut Do Han hal itu mudah untuk
diketahui, “Lihat baik-baik bagaimana orang itu hidup dari dulu hingga
sekarang.”
Shi On berjalan dengan melamun,
membuat Yoon Seo yang berpapasan dengannya, menegur karena Shi On berjalan
dengan pikiran kemana-mana. Shi On pun melihat udara di depannya dan menangkap
udara itu, “Aku sudah menangkap (pikiran) itu. Ada apa?”
Sedikit tergagap, Yoon Seo
berkata kalau ia pernah memasukkan kartu namanya di sebuah restoran, dan
ternyata ia memenangkan voucher untuk makan gratis di restoran itu, “Aku ingin
mentraktirmu makan.”
Dan.. hahaha.. Yoon Seo ini
memenangkan voucher ulang tahun untuk couple atau apa, ya? Karena para pelayan
melayani mereka dengan gitar, confetti ulang tahun, lengkap dengan bando pita
warna-warni. Tak lupa para pelayan itu meminta mereka dengan berciuman. Untung
permintaan itu dapat ditolak dengan halus oleh Yoon Seo.
Yoon Seo minta maaf pada Shi On,
ia tak tahu kalau voucher yang diberikan adalah voucher untuk pasangan. Tapi
Shi On tak masalah karena yang penting ia bisa makan steak. Dengan gaya
(pura-pura) tak peduli, Yoon Seo bertanya apa yang akan dilakukan Shi On kalau
para pelayan itu kembali dan meminta mereka untuk berciuman lagi?
Shi On berhenti makan dan berkata
kalau ia tak akan mau. Yoon Seo heran karena sepertinya Shi On membenci ide
itu, padahal ia sedang bercanda. Namun sambil kembali mengunyah, Shi On berkata
kalau orang berciuman itu harus dengan orang yang akan mereka nikahi.
Yoon Seo geli dan bertanya siapa
yang mengatakan hal itu pada Shi On? Ia menambahkan kalau berciuman itu bisa
dilakukan kapan saja dan dimana saja. Dan Shi On juga bisa melakukannya sekali
dalam satu waktu.
Shi On mengangguk mengerti. Yoon
Seo menyembunyikan cengiran usilnya dengan meminum anggurnya.
Haha.. Bad Girl.
Do Han mengajak Chae Kyung untuk
ke ruang observasi di ruang operasi. Chae Kyung heran mengapa Do Han
mengajaknya ke tempat ini? Do Han menjawab kalau ini adalah tempat ia dulu
mengungkapkan perasaannya, “Katamu kau ingin menemukan kenangan indahmu dulu.”
Chae kyung kaget mendengar tempat
ini adalah saksi bisu peristiwa itu. Ia ingat kejadian itu, tapi ia juga lupa
apa kata-kata Do Han saat itu. Pokoknya ia merasa kata-kata Do Han itu sangat
keren sekali. Ia bertanya bagaimana cara Do Han mengungkapkan perasaannya?
Ternyata begini caranya. Do Han
berdehem dan berkata, “Saat itu yang kukatakan adalah ‘Setelah aku pikir-pikir,
aku sudah bosan sendirian.’”
Chae Kyung menatap Do Han
berbinar-binar, menantikan kelanjutannya. Tapi Do Han tetap diam sehingga Chae
Kyung bertanya, “Sudah itu saja?”
Bwahaha.. Do Han mengangguk
serius membuat Chae Kyung mengerutkan kening, “Beneran hanya itu?” Do Han
kembali mengangguk sehingga Chae Kyung tertawa dan memukul lengan Do Han,
“Apa-apaan itu? Hu-uh.. kenapa aku ingatnya saat itu keren sekali, ya?”
“Kurasa akunya yang memang lebih
keren jika dibanding dengan pengakuanku,” ujar Do Han sombong. Chae Kyung
tertawa dan menyadari kalau semuanya memang kelihatan keren saat sedang jatuh
cinta. Sambil melingkarkan tangan ke lengan Do Han, Chae Kyung menyadari kalau
kenangan indah itu bukanlah sesuatu yang bisa diingat hanya dengan kata-kata
saja.
Do Han setuju dengan pernyataan
Chae Kyung, “Karena yang kuingat saat itu adalah suhu ruangan yang 36,7 derajat celcius dan ada seorang wanita
yang memiliki humerus (lengan) dan ulna (tangan) yang benar-benar kurus yang
duduk di hadapanku.”
Chae Kyung kembali tertawa dan kembali
memukul lengan Do Han karena Do Han mengeluarkan gombalan yang ilmiah sekali
itu.
Saat makan hidangan penutup, Yoon
Seo bertanya apakah Shi On dan Jin Woo sering membicarakan masalah kehidupan
cinta mereka? Shi On mengangguk namun ia tak membicarakan masalah pengakuan
cintanya pada Yoon Seo. Yoon Seo bertanya apakah Shi On malu?
Shi On menggeleng walau ia
berkata kalau ia sebenarnya ingin menceritakan hal itu pada Jin Woo. Tapi ia
tak melakukannya karena jika ia menceritakan perasaannya pada orang-orang, ia
khawatir akan melukai perasaan orang yang ia sukai.
Yoon Seo heran, bagaimana Shi On
bisa melukai perasaannya? Shi On pun menjelaskan kalau ia sadar akan dirinya
yang berbeda dengan orang lain. Dan ia khawatir kalau orang yang ia suka akan
dicemooh oleh orang lain. Dulu teman-temannya juga suka diejek karena dekat
dengannya, “Jadi aku lebih nyaman jika sendiri. Lebih mudah jika aku sendirian
saja karena hanya aku sendiri yang diejek.”
Yoon Seo menatap Shi On yang
kembali mengunyah kue. Dan saya baru menyadari mengapa Shi On tak berani
bercerita pada In Hye. Ia bukan khawatir malu karena ketahuan suka pada Yoon
Seo, tapi ia khawatir Yoon Seo merasa malu karena orang lain tahu kalau ia suka padanya.
Jin Wook menghampiri In Young
yang masih belum tidur padahal sudah malam. Ia menenangkan gadis itu dan
berkata walau suhu tubuh In Hye masih belum normal, tapi septicemia memang
butuh waktu untuk bisa stabil lagi dan In Hye akan kembali pulih dalam beberapa
hari.
Jin Wook pun beranjak pergi, tapi
In Young tiba-tiba berkata agar Jin Wook tak terlalu memperhatikannya. Setelah
operasi In Hye, ia tak akan bisa menjadi wanita normal lagi dan hanya akan
menjadi beban bagi siapapun yang akan menjadi pendampingnya.
Matanya berkaca-kaca saat meminta
agar Jin Wook tak salah sangka karena ia mengatakan hal ini dengan berat hati,
“Aku berharap agar kau mengakhiri perasaanmu sampai di sini saja.”
“Apakah In Hye adalah beban
untukmu, In Young-ssi?” Jin Wook tersenyum saat In Young tak dapat menjawabnya,
“Begitu pula denganku. Tak peduli bagaimanapun, bagiku kau tak pernah akan
menjadi beban.”
Jin Wook tahu siapa orang yang
menjadi biang keladi timbulnya percakapan tadi. Di ruang jaga, Jin Wook
mengejar Shi On dan menggelitikinya hingga Shi On terampun-ampun jatuh ke sofa.
Tapi Jin Wook tak marah, bahkan ia berterima kasih karena Shi On yang memberi
tahu In Young.
Setelah Jin Wook puas menghukum, akhirnya
Shi On bisa berdiri. Ia bertanya bagaimana reaksi In Young. Dari ekspresi Jin
Wook, Shi On menduga hasilnya kurang baik. Jin Wook hanya tersenyum. Ia hanya
bisa pasrah, dan berkata puitis, “Cinta yang terluka tetaplah cinta.”
Dan sambil tetap tersenyum, Jin
Wook mencubit gemas pipi Shi On yang masih mencoba mencerna kalimat
terakhirnya.
Saat jaga malam, Shi On melihat
Dong Goo bercanda dan menghibur putranya. Ia memikirkan kembali penyesalan yang
diucapkan Dong Goo sebelumnya dan ia tersenyum.
In Hye akhirnya sadar dan kalimat
pertama yang ia ucapkan adalah ia tak ingin mati sekarang, membuat kakaknya menangis
lega. Ia minta maaf pada Shi On dan juga pada Yoon Seo. Shi On meminta In Hye
tak mempermasalahkan hal itu namun memintanya berjanji untuk mau minum obat dan
menjalani perawatan.
In Hye terdiam, tapi ia tak dapat
menahan air matanya. Shi On menghapus air matanya. Air mata In Hye semakin
deras mengalir, “Sekarang aku tak akan menangis. Dan aku.. tak ingin mati.”
Do Han mengunjungi anak Dong Goo
untuk yang terakhir kalinya sebelum masuk ke kamar operasi satu jam lagi. Shi
On yang menyertainya, mengucapkan harapannya agar operasi anak temannya ini
berhasil. Do Han sedikit kaget mendengar Dong Goo adalah teman Shi On.
Sementara Dong Goo tersenyum haru mendengar Shi On memanggilnya sebagai teman.
Saat berdua, Dong Goo berterima
kasih karena Shi On mau memaafkannya. Tapi Shi On meminta Dong Goo untuk tak
berterima kasih dan bertanya Dong Goo benar-benar menyayangi putranya, kan? Dong
Goo membenarkan. Walau kadang terasa sulit saat membesarkan Joo Nam, tapi putranya
itu adalah harapan satu-satunya.
Shi On bertanya sekali lagi
apakah Dong Goo benar-benar merasa ia adalah temannya? Dong Goo menjawab iya, “Dahulu
aku bukanlah teman yang baik. Tapi sekarang aku adalah teman yang sangat
berterima kasih kepadamu.”
Shi On berkata kalau ia akan
memaafkan Dong Goo dengan satu syarat, “Besarkan Joon Nam sehingga ia bisa
sehat. Kuat dan sehat sepertimu.”
Terharu mendengar permintaan Shi
On, Dong Goo memeluk temannya erat. Shi On perlahan menepuk-nepuk punggung Dong
Goo, membesarkan hatinya.
Do Han melakukan briefing terakhir
sebelum operasi Joo Nam. Bersamaan dengan itu, ada ambulans datang membawa
seorang anak tak sadarkan diri setelah sakit perut dan diduga hernia. Shi On
mendapat kabar itu dari UGD. Do Han menyuruh Shi On untuk memeriksanya dan tak
mengikuti operasi untuk kali ini.
Shi On pun pergi ke UGD. Dari
dokter jaga, ia mengetahui kalau pasien itu sebenarnya sudah pingsan sejak di
sekolah, tapi karena lama di UKS dan macetnya perjalanan, membuat pasien itu
sudah sakit selama berjam-jam.
Shi On meminta dokter jaga untuk segera melakukan CT Scan,
dan menelepon seseorang yang berpengalaman dan bisa membantunya.
Komentar:
Do Han dan semua residen bedah
anak mengikuti operasi pengangkatan tumor Joo Nam. Jadi siapa orang yang bisa
membantu Shi On?
*Yang sudah nonton, diam-diam
saja ya..* :)
yeee ak komen pertama...yg bantu shi on adalah........
ReplyDeletetggu aj besok, makin seru deh pokokke, makasi ya mbak...semangat
Senyum2 sendiri karena tingkah narsis do han, eh habis itu hampir jatuh air mataku karena in hye.. Makasih mbak msh ngelanjutin sinop good doctor..
ReplyDeleteKu belom nonton tapi tebakanku dokter yg pernah nginap dirmh shi on hehe
ReplyDeletewah pemikirannya sama ma aku
Deletexixixixi...
dokter yg dikasi susu ma shi on...
dokter yg pernah ngasih shi on uang jajan...
=))
Lanjutin part 2 segera yh.. ndak sabar...
ReplyDeletesengaja belum liat filmnya, mau baca sinopsinya dl...
ReplyDeletetebakan dipikiran ku saat ini adalah shi on menelpon Dr. Go
^-^
ditunggu kelanjutan sinopnya mbak, thx a lot...
yah....penasaran.....
ReplyDeleteSiapa y...
Aq blom nton...
Tp menurut data2 yg ada dr sinopsis episode 1 smpai sekarang,,,
sehingga aq beranalisis yg di telepon shi on adalah...
DR.GO...sahabat dan idola shi on...
Hahhahahaha...
#ditunggu lanjutannya...semangat dan sehat selalu biar sinopsisnya lancar
Ditunggu ya mbak part 2 nya...ya wɑ̤̈̊h pasti dokter go Ɣɑ̈Ώƍ ditelpon.hehehe...bnr2 terharu waktu shi on makan ama yen seo れ bercerita ϑ¡ɑ̤̥̈̊ gak ♍ɑ̤̥̈̊☺ orang Ɣɑ̈Ώƍ didekatnya malu.hiks...
ReplyDeletehmmmm penasaran.... sapa itu???
ReplyDeletemngkn kah dr. Go???? krna blkngn ini Shi on kan lgi ngfans ma tangan kapalan'y dr. Go
dibikin mewek nie sama in young dan in hye.......
ReplyDeletemakasih mba dee....
lanjut part 2 nya ya............
setelah berhari-hari menanti akhirnya di posting juga ep 17. di tunggu part 2 nya ea mbak..... lanjutkan sampai final ea....!!!! in young menurutku kakak yang sangat-sangat sayang banget ma in hye lebih dari apapun
ReplyDeleteAyo smgt nulis lanjutanya kaak, fighting ^_^ #ngarepbanget
ReplyDeleteAyo smgt nulis lanjutanya kaak, fighting ^_^ #ngarepbanget
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeletegomawo.............................d tunggu part 2 nya.
ReplyDeleteAyo smgt nulis lanjutanya kaak, fighting ^_^ #ngarepbanget
ReplyDeleteTq mb dee udh posting episode ini walaupun lama nunggunya...sbenernya udh nonton sampe episode terakhir tp blm puas klo blm baca sinopsisnya mb dee...ditunggu part 2 nyaa...
ReplyDeleteTq mb dee udh posting episode ini walaupun lama nunggunya...sbenernya udh nonton sampe episode terakhir tp blm puas klo blm baca sinopsisnya mb dee...ditunggu part 2 nyaa...
ReplyDeleteterimakasih mbak dah di lanjut
ReplyDeletesaya kira tidak akan di lanjut
semangat mbak
Wah udah ku tunggu2 sinopsis nya... Thank you kak.... Aku juga berpikiran yg sama.... Kalo yg di telp itu dr.Go.. Heheheeh...
ReplyDeleteSelalu sedih kalo Shi On nyadar diri dia berbeda dr yang lain, nyembunyiin perasaannya supaya org yg dia sukai gk diejek krna disukai Shi On.
ReplyDeletesp lg kl bkn kepala tim pediatri^^ dktr yg pernah ngebentak bapak nya shi on^^
ReplyDeletekayaknya ini bagian yg lagi seneng2nya....
ReplyDeletelucu2...
walau ada yg nggak juga sih....