Sinopsis Good Doctor Episode 15 – 1
Shi On maju dan memeluk Yoon Seo.
Terpana mendapat pelukan itu, Yoon Seo tak mampu menggerakkan tubuhnya. Namun
setelah tersadar, ia langsung mendorong Shi On dan bertanya apa yang sedang Shi
On lakukan.
Dengan polos Shi On menjawab
kalau ia hanya ingin menghibur. Dulu Yoon Seo juga memberi pelukan saat
menghiburnya, saat ia merasa sedih karena kakaknya. Karena itulah sekarang ia
melakukan hal yang sama.
Yoon Seo mengerutkan kening,
curiga. Benarkah Shi On benar-benar tulus, tanpa ada niat lain? Shi On
mengangguk. Wajah polos Shi On meyakinkan Yoon Seo, dan ia bernafas lega.
Di sisi lain kota Seoul, ada
seorang ibu dan anak berjalan-jalan malam. Melihat putrinya lelah, sang ibu menyuruh
putrinya duduk di bangku taman sementara ia membelikan minuman hangat untuk
mereka berdua.
Si anak, yang bernama Yeong Seo,
patuh dan duduk di bangku sambil melihat orang-orang yang lalu lalang.
Terdengar suara bel sepeda dari
seorang pengendara sepeda. Bel sepeda itu dibunyikan berkali-kali, agar para
pejalan kaki mengetahui ada sepeda yang akan melintas.
Ada seorang pria di
depannya, bel sepeda itu terus berbunyi. Pria itu tiba-tiba berbalik dan mencengkeram stang sepeda untuk kemudian mendorong sepeda dan pengendaranya ke semak-semak.
What the..?
Tak berhenti sampai situ saja.
Pria yang menutupi wajahnya itu menghampiri gadis itu dan menikamnya sambil
berkata marah, “Kau terlalu berisik.”
Astaga! Gadis itu buru-buru melarikan
diri, dan pria itu tak mengejarnya, berbalik untuk berjalan lagi. Tapi ia
kemudian mendongak ke atas.
Young Seo menyaksikan semua itu.
Matanya tak berkedip dan sekujur tubuhnya gemetar karena pria itu melihatnya.
Tubuhnya tak bisa bergerak saat melihat pria itu lari memburunya, masih dengan
pisau di tangan.
Dan terdengar jeritannya.
Ibu Young Seo yang muncul membawa
minuman, ikut menjerit dan menjatuhkan kedua gelas itu.
Ya Allah.. semoga nggak ada orang
seperti itu di lingkungan kita. Note to self : jangan pernah sekali-kali
meninggalkan anak di tempat umum sendirian.
Shi On dan Yoon Seo duduk berdua.
Shi On mencoba membuka percakapan. “Bulan bentuknya seperti pizza, ya..” Krik..
krik.. “Kalau dilihat-lihat, bulan kelihatan seperti pizza keju tanpa topping
apapun..” Krik.. krik..Shi On semakin canggung karena tak dapat membuat
percakapan yang menarik.
Yoon Seo tersenyum pada Shi On
dan minta maaf karena ia tadi marah akan masalah Dong Jin, tapi ia minta agar
Shi On tak mengulangi hal seperti itu lagi. Ia juga bertanya apakah mereka
dapat kembali berteman seperti dulu lagi? Shi On mengangguk, ia akan melakukan
hal itu membuat Yoon Seo sedikit kaget karena cepatnya Shi On menyetujui
usulannya.
Shi on pun menjelaskan kalau dari
dulu kebanyakan orang selalu merasa terbebani jika berada di dekatnya, jadi ia
langsung mengerti kalau ada orang yang merasa seperti itu. Dan Shi On tahu
kalau sekarang Yoon Seo merasakah hal yang sama. Ia tak ingin Yoon Seo
merasakan hal itu karena dirinya.
Yoon Seo langsung membantah. Ia mengaku kalau ia
bukannya merasa tak nyaman, tapi karena ia egois. Ia menyukai saat-saat
kebersamaan mereka dan meski tahu perasaan Shi On padanya, ia masih meminta agar
mereka bisa berteman lagi, “Tapi jika kau tak mau, kita tak perlu melakukan hal
itu.”
Shi On terdiam sejenak dan
kemudian memutuskan kalau ia tetap akan berteman dengan Yoon Seo. Ia tak akan
merengek seperti anak-anak karena keinginannya tak terpenuhi, “Sejalan dengan
berlalunya waktu, kedewasaanku juga tumbuh semakin tinggi.”
Yoon Seo sedikit ragu, apakah Shi
On benar-benar bisa melakukannya? Shi On yakin karena ia ingin makan makanan
enak dan minum bersama Yoon Seo. Memikirkan kalau ia tak bsa melakukan hal-hal itu lagi bersama Yoon Seo malah membuatnya semakin frustasi.
Pembicaraan mereka terpotong
karena ada telepon dari rumah sakit. Mereka berdua pun segera kembali. Begitu
pula dengan Do Han yang ternyata juga pulang lebih cepat. Ternyata Yeong Seo
terbaring dengan perdarahan hebat di perut.
Operasi pun segera dilakukan
karena terjadi perdarahan di liver, usus 12 jari dan organ lainnya, dengan Do
Han dan Yoon Seo melakukan bersama-sama dengan merawat di dua organ yang
berbeda. Untungnya operasi berhasil dilakukan.
Ibu Young Seo menangis,
berkali-kali mengucapkan terima kasih, saat Do Han memberitahukan hasil operasi
Young Seo. Putrinya adalah satu-satunya yang ia miliki setelah suaminya yang
menjadi pemadam kebakaran meninggal dalam tugas. Polisi memberitahukan kalau
pelakunya keburu kabur sebelum tertangkap. Do Han menatap Young Seo yang
tertidur dengan perasaan marah.
Begitu pula dengan para residen.
Sun Joo teringat kalau di awal tahun ada juga pasien anak yang masuk rumah
sakit karena kasus kekerasan seperti ini. Dan ternyata malam ini ada 6 korban
kasus kekerasan, walau untungnya mereka hanya cedera ringan.
Ha? 6 orang? Benar-benar
psikopat.
Do Han datang dan memerintahkan
Jin Wook dan Shi On untuk mengawasi kesehatan Young Seo. Tapi ia juga meminta
agar Yoon Seo juga ikut memonitor perkembangan kesehatan gadis itu.
Sementara Shi On kembali
bertugas, Yoon Seo pulang. Walau begitu Shi On kembali mengantarkan Yoon Seo ke
depan rumah sakit. Hal ini membuat Yoon Seo bertanya apakah sekarang Shi On sedang
mengantarkannya pulang?
Tak seperti sebelumnya, Shi On kali ini jujur mengatakan
iya, dan ia tak mau mencari alasan lagi, “Aku tak ingin membeli palu lagi. Toko
bangunan Tae Yang itu jauhnya 3 halte bis. Benar-benar terlalu jauh.”
Yoon Seo tersenyum geli. Shi On
berkata kalau ia melakukan hal ini karena dunia adalah tempat yang kejam dan
menyeramkan. Ia sebagai yang lebih kuat, akan melindungi orang yang lebih
lemah.
“Memang dunia ini kejam dan
menyeramkan. Tapi apakah kau sekuat itu?”
tanya Yoon Seo tak percaya.
Shi On mengangguk, “Aku lebih
kuat daripada penampilanku. Aku dapat membelah apel dan membuka kaleng tuna
dalam sekali tarikan!”
Yoon Seo menggoda kalau Shi On
ini benar-benar Hercules. Shi On tersenyum dan ia akan mentraktir Yoon Seo
makan enak besok. Yoon Seo menyanggupi
dan ia melangkah pergi.
Shi On mengawasi kepergian Yoon
Seo dan berkata dalam hati, “Seperti ini sudah cukup bagiku. Melihat wajahmu
yang tersenyum dan selalu berada di sampingmu. Semua itu sudah cukup bagiku.
Dalam pikiranku, aku merasa tingkat kedewasaanku sudah tumbuh lebih tinggi 15
cm.”
Di kamar, Yoon Seo memungut mawar
yang kemarin ia buang, namun kali ini mawar itu ia pasang di dinding. Dan ia pun
tersenyum memandanginya.
Jin Wook menemukan In Hye duduk
sendiri. Jin Wook duduk disebelahnya dan minta maaf atas semua yang terjadi. In
Hye menggeleng. Ia sebenarnya bukan marah karena Jin Wook merahasiakan
pekerjaan In Hye kepadanya. Tapi ia marah karena sekarang sudah tak ada
kesempatan lagi agar Jin Wook bisa bersama kakaknya,
“Bagaimana mungkin seorang
dokter sepertimu pacaran dengan seseorang yang bekerja di tempat seperti itu?”
Jin Wook mulanya juga terkejut.
Namun sekarang ia akhirnya menyadari betapa besar kasih sayang In Young
sehingga mau mengorbankan segalanya untuk In Hye, “Ia bahkan dengan ikhlas
menjadi gadis bar demi adiknya, sesuatu yang jarang bisa kau lakukan walau itu
demi keluarga. Kau akan mengerti jika kau dewasa nanti.
Anehnya, aku percaya sesuatu yang
tak nampak dari luarnya lebih berarti. Banyak hal yang tersembunyi yang malah
merupakan hal yang paling penting dalam hidup ini." Jin Wook tersenyum dan
merangkul In Hye yang matanya sudah berkaca-kaca.
Ayah Shi On kembali memarahi
perawat karena membawakan bubur lagi dan menyuruh perawat agar membawakan
makanan yang enak. Walau takut, perawat tetap menolak dan buru-buru pergi.
Shi On yang sedari tadi
memperhatikan ayahnya dari luar, tak luput dari teriakan ayahnya yang
menyuruhnya masuk. Takut-takut ia menghampirinya ayahnya yang langsung
memintanya untuk membelikan makanan dari luar.
Di luar dugaan ayah, Shi On
menolak permintaannya karena ayah memang hanya dibolehkan makan bubur saja,
makanan lain akan melukai tenggorokan Ayah. Ayah mulai membentaknya seperti
biasa. Memang siapa Shi On berani melarangnya? Shi On menjawab tegas kalau ia
adalah seorang dokter, maka ia tahu apa yang terbaik untuk ayah, “Jadi ayah
harus minum obat yang diresepkan dokter. Tak boleh terlewatkan sedikitpun!!”
Shi On pun buru-buru pergi. Baru
di luar kamar, Shi On menarik nafas, meredakan jantungnya yang berdebar kencang
karena takut.
Yay! 1 – 0 untuk Shi On.
Chae Kyung bertanya pada ibu
tirinya, apakah benar Presdir Jeong yang membuat ayahnya semakin parah hingga
meninggal? Kenapa Presdir Lee tak memberitahukan sebelumnya? Presdir Lee meminta
maaf. Saat itu ia tak ingin membebani Chae Kyung yang sudah sangat terluka
karena ditinggalkan ayahnya dan itu juga permintaan mendiang ayah Chae Kyung.
Chae Kyung marah. Seharusnya hal
itu diberitahukan padanya di kemudian hari, “Apa Anda dapat memperbaiki hanya
dengan minta maaf?” Chae Kyun marah lebih pada dirinya sendiri, “Mengapa Anda
membuatku menjadi orang jahat?”
Yoon Seo menghadap Do Han. Ada
permintaan konsultasi dari Rumah Sakit Anak Boston yang ditujukan pada dr. Choi
dan dr. Choi memberikannya pada Do Han. Mereka berdua pun mempelajari kasus tersebut.
Ada pasien hydrocephalus (penyakit menumpuknya cairan di dalam otak) di RSA
Boston yang harus dioperasi kembali.
Anak itu adalah pemain baseball
yang berusia 10 tahun dan kepalanya terluka parah saat latihan dan mengidap hydrocephalus
sejak kejadian itu. Do Han berkata kalau pasien itu harus diterapi dengan VP
Shunt
VP Shunt : memasang selang kecil
yang menghubungkan ventrikel/ruang dalam otak dan peritoneum/ruang dalam perut untuk
mengalirkan kelebihan cairan dalam otak ke dalam rongga perut. Di rongga perut,
cairan akan diserap secara alami sehingga meringankan tekanan pada otak.
Tapi dari laporan yang dibaca
Chae Kyung, nampaknya hal itu sudah dilakukan namun tak begitu efektif. Anak
itu sudah menjalan 10 kali operasi namun belum ada hasilnya. RSA Boston sedang
mencari alternative, metode operasi lain selain VP Shunt. Do Han berkata kalau
tak ada metode lain selain VP Shunt. Yoon Seo menambahkan kalau pasien adalah
orang Korea.
Shi On kebetulan datang dan Do
Han memanggilnya untuk urun pendapat. Shi On memandangi hasil CT Scan pasien
hydrocephalus itu cukup lama dan kemudian berkata kalau tak ada jalan keluar
lain untuk mengatasi hal ini.
Yoon Seo terlihat kecewa, namun
Do Han berkata kalau mereka akan memberikan jawaban dengan seperti itu saja.
Chae Kyung menemui Wapresdir Kang
untuk menyampaikan pesan pada Presdir Jeong kalau Presdir Jeong akan menerima
balasannya suatu hari nanti karena telah menipunya. Wapresdir Kang sedikit geli mendengar ancaman
Chae Kyung, karena pihak yang lemah tak bisa melakukan hal itu pada pihak yang
kuat.
Chae Kyung sebentar lagi akan
menggantikan Presdir Lee dan duduk di dewan pembina. Dan tindakan itu sebagai
pemberian dari Presdir Jeong yang ingin meminta maaf atas masa lalu yang
terjadi. Tapi Chae Kyung menjawab dengan dingin kalau ia sudah berubah pikiran.
Ia tak butuh permintaan maaf ataupun pemberian Presdir Jeong.
Para perawat, Yoon Seo dan Shi On
menantikan kedatangan Yeong Seo yang akan pindah ke kamar perawatan. Shi On
khawatir karena Yeong Seo masih terlalu takut. Lagi-lagi Perawat Jo tak dapat
menahan geram dan mengeluarkan sumpah serapah yang ditujukan pada penusuk itu,
membuat yang lain heran.
Perawat Nam bertanya bukankah Perawat
Jo akan menjadi orang pertama yang akan kabur jika penusuk itu muncul? Ekspresi Perawat Jo
langsung berubah jinak dan malu-malu membenarkan.
Young Seo tiba ke ruang perawatan
namun tatapan matanya kosong. Karena kondisi Young Seo sudah baik dan menduga
Young Seo bisa mengidentifikasikan, polisi datang untuk mencari keterangan
tentang si penusuk itu. Shi On dan ibu Young Seo mulanya tak mengijinkan,
tapi polisi meminta agar pemeriksaan segera dilakukan agar pelakunya segera
tertangkap dan tak menimbulkan korban lagi. Do Han pun mengijinkan.
Maka Young Seo ditanyai. Walau
tatapannya kosong, tapi Young Seo mendengar pertanyaan itu. Sekelebat ia
kembali ke saat-saat setelah ia tertusuk dan ibunya mencoba menghalanginya.
Ternyata saat ibu dan penusuk itu tarik-tarikan, tak sengaja kain penutup wajah
penusuk itu tersingkap. Namun hanya sesaat karena pria itu menutupkan kain itu
kembali.
Tapi Young Seo tak bersuara.
Tangannya gemetar dan badannya menjadi kaku. Semua panik melihat kondisi Youn g
Seo yang tiba-tiba drop. Do Han segera memeriksa Young Seo dan meminta agar
pemeriksaan dihentikan sampai di sini.
Di luar, Shi On mengatakan kalau kadang orang-orang tak mengerti jika anak mendapat kekerasan di waktu kecil, luka
trauma akibat kekerasan itu akan tetap menempel dan membengkak semakin besar
(katanya sih sebesar ruang olah raga. Ha.. I know, lebay), “Semakin keras untuk
melupakannya, setiap hari luka itu itu semakin sakit dan sakit lagi.”
Do Han menduga kalau Shi On tahu
bagaimana mengatasi ketakutan Young Seo. Shi On mengangguk. Ia memberitahu
caranya, “Aku hanya perlu menyakinkannya kalau ada seseorang yang sangat kuat di
sisinya sehingga Young Seo tak perlu khawatir.”
Do Han menghela nafas, ia tahu
kalau ayah Young Seo sebagai figur yang kuat sudah meninggal. Shi On pun melanjutkan
kalau ia sendiri pun juga memiliki figure yang kuat, “Bagiku itu adalah hyung,
juga Anda,” kata Shi On mengagetkan Do Han.
Aww… Shi On-ah.. polos banget sih
mengungkapkan perasaannya, dulu pada Yoon Seo, sekarang pada Do Han.
Tanpa mereka sadari, ada seseorang
yang duduk dan menguping pembicaraan mereka. Akkhh.. psikopat itu! Ngapain dia
ke rumah sakit?
Di ruang bermain, Shi On melihat
anak-anak sedang belajar memukul, karena kata orang, semakin banyak mereka
memukul, semakin pintar pula mereka berkelah. Shi On berseru kalau berkelahi
itu tak baik. Namun si Giant (lupa namanya siapa, yang gendukt pokoknya)
berkata kalau belajar beladiiri itu perlu. Walau ia tak ingin berkelahi, apa
yang bisa ia lakukan jika anak-anaklain mengganggunya?
Shi On diam, sepertinya setuju
dengan pendapat mereka. Anak-anak itu menyuruh Shi On untuk mencoba memukul,
karena rasanya sangat menyenangkan. Shi On pun akhirnya mencoba. Satu pukulan.
Haha.. atau mungkin satu sentilan, karena boneka itu hanya bergerak sedikit.
Anak-anak pun mengajari Shi On
bagaimana cara memukul yang benar. Shi On melakukannya lagi dan kali ini
berhasil. Anak-anak bertepuk tangan memujinya.
In Hye masih marah dan terus membelakangi
kakaknya walau In Young sudah meminta maaf. Tapi In Hye tidak marah karena
pekerjaan In Young, “Aku marah dan sedih karena aku selalu menjadi bebanmu.”
“Kau ini satu-satunya adikku. Apa
maksudmu kau ini adalah beban?” bujuk In Young.
In Hye akhirnya menatap kakaknya.
Ia minta agar ia dapat keluar dari rumah sakit besok karena ia sebenarnya tak
suka rumah sakit.
Tapi In Young tahu apa yang
membuat In Hye merasa berat tinggal di rumah sakit, maka ia berkata, “Aku telah
berhenti dan aku berjanji tak akan kerja di sana lagi. Uang yang kukumpulkan
sudah cukup. Ayolah kau segera
operasi.”
Shi On ke kantin untuk makan
siang. Ibu memperhatikan Shi On, namun tak berani menyapanya. Shi On akhirnya
sadar kalau ada ibu di hadapannya. Tapi ia buru-buru menunduk, menghindari
tatapan ibunya.
Ia cepat-cepat mengambil makanan
dan langsung mencari tempat duduk. Dan dari sekian banyak meja kosong, Shi On
memilih duduk di sebelah dr. Go. Setelah menyapa mereka, tanpa ba bi bu ia
langsung makan.
Dr. Go yang sedang ngobrol dengan
Il Kyu hanya bisa bengong melihat Shi On yang duduk di sebelahnya dengan
santai, “Kenapa kau duduk di sini tanpa permisi?”
Il Kyu pun juga bengong. Ia
bertanya apakah sudah ada yang menggantikan Shi On jaga? Sambil terus
mengunyah, Shi On berkata kalau Sun Joo yang sedang menggantikannya. Dr. Go dan
Il Kyu berpandang-pandangan, namun akhirnya mereka memutuskan untuk membiarkan
Shi On.
Shi On tiba-tiba berceletuk kalau
ia sudah memesan 20 paket Sup Sapi pedas dari Home Shopping, sebagai persiapan
kalau dr. Go menginap di rumahnya lagi. Ia bahkan dengan bangga kalau ia
berhasil memesan sebelum kehabisan, “Sekarang Anda bisa makan itu untuk meredam
mabuk Anda.”
Dr. Go terbelalak. Dengan gugup
ia melirik Il Kyun yang tampak tak percaya, “Ke.. ke.. kenapa aku harus pergi
ke rumahmu?”
Shi On tak menjawab, malah
mengajak Il Kyu untuk ikut menginap di rumahnya. Il Kyu menolak dan menyuruh
mereka bersenang-senang berdua saja. Dr. Go mendelik kesal pada Shi On. Tapi
Shi On tak mengerti dan menatapnya dengan polos.
Ibu Shi On menceritakan perihal
Shi On yang tak mau melihatnya, pada Yoon Seo. Ia ikhlas menerima perlakuan itu
karena Shi On memang berhak marah padanya.
Yoon Seo kasihan melihat ibu Shi
On yang sedih namun pasrah dengan sikap Shi On. Ia berkata walau di luar Shi
On seperti itu, tapi ia percaya di dalam hatinya tidak, “Shi On sekarang memang
sudah dewasa tapi dia sedang dalam proses lebih dewasa lagi. Kumohon Ibu tetap
percaya padanya dan menunggu sedikit lebih lama lagi.”
Ibu mengusap air matanya. Ia bersyukur
karena Yoon Seo telah melakukan apa yang harusnya ia lakukan pada Shi On selama
20 tahun ini dan berterima kasih kepada Yoon Seol.
In Hye duduk terpekur saat Shi On
muncul dan mengatakan kalau ia senang mendengar In Hye mau dioperasi.
In Hye malah bertanya apakah
hidup ini biasanya memang seberat ini? Ia merasa kalaupun ia dioperasi, rasanya
tak akan ada perubahan yang lebih baik.
Shi On segera menangkap maksud In
Hye, “Karena kakakmu? Kakakmu akan merasa bahagia. Benar-benar bahagia.” In Hye
masih merasa tak yakin.
Yoon Seo pulang bersama dengan
Shi On yang kali ini minta tukar jadwal jaga dengan Jin Wook. Yoon Seo mulai
ribut, sibuk menerka makanan apa yang akan mereka santap malam ini. Ia kesal
karena Shi On tak mau mengatakannya, “Kita kan juga sebentar lagi akan
memakannya. Kenapa main rahasia-rahasiaan?”
Mereka terus berjalan dan Yoon Seo membayangkan sampai hampir menitikkan air liur, "Apa kalbi? Atau sushi dengan sashimi? Babi asam
manis? Ahh.. ikan.. beberapa hari ini aku sudah ngidam ikan..”
Tiba-tiba suara klakson berbunyi
dan Shi On langsung menarik Yoon Seo, agar tak tertabrak mobil. Keduanya
terkesiap karena hampir tak ada jarak di antara mereka. Buru-buru keduanya
saling menjauh, dan Yoon Seo langsung berteriak memarahi si pengendara mobil,
lebih karena untuk menutupi kecanggungannya.
Shi On bertanya apakah Yoon Seo baik-baik
saja? Dengan wajah setenang mungkin, Yoon Seo mengiyakan. Namun nada suaranya
sedikit bergetar saat ia bertanya lagi kemana mereka akan malam ini.
Ternyata makan malam yang sudah
membuat Yoon Seo ngiler adalah makan spaghetti di rumah Shi On. Hahaha.. Yoon
Seo cemberut, bukan karena makan spaghettinya, tapi waktu masaknya Shi On itu
loh.. lama sekali, “Apa dia pergi ke Italia untuk mencari spaghetti?” serunya
keras.
Shi On merasa tersindir, “Maaf,
tapi tunggu sebentar lagi. Aku hanya perlu merebus mie-nya.”
“Kau baru merebus mie-nya
sekarang?” Yoon Seo sudah mulai naik darah. Ia menghela nafas, menenangkan
diri.
Akhirnya selesai juga. Yoon Seo
mengerutkan kening melihat spagettinya bukan spaghetti biasa, melainkan somen.
(Note : penampakan luar somen mirip dengan spaghetti, tapi kandungan isinya
berbeda). Shi On mengaku kalau ia lupa membeli spaghetti. Hahaha.. kok bisa?
Yoon Seo pun tak
mempermasalahkan, “Selama rasanya enak..” Ia memasukkan somen spaghetti ke
mulutnya .. dan langsung mengernyit. “Bagaimana rasanya?” tanya Shi On. Yoon
Seo menyuruhnya untuk mencoba sendiri.
Dan Shi On pun langsung
mengernyit muak saat memasukkan satu suapan ke mulutnya, “Rasanya seperti nasi
campur bawang merah dikasih saus pedas!”
“Jangan pernah lagi kau memasak
sesuatu untukku!” seru Yoon Seo. Shi On minta maaf dan Yoon Seo pun membuat
perjanjian dengan Shi On, “Kita berdua.. tak usah memasak.”
Hehehe.. Shi On langsung
menyetujui usulan itu. Yoon Seo menggerutu mendengar Shi On cepat sekali
menyetujui usulannya. Dan ia langsung meminta menu yang biasanya saja, “Aku
sudah lapar.”
Dan mereka pun akhirnya makan
malam berdua dengan menu lama.
Kimbab segitiga. Heheh..
Komentar :
Akhirnya Shi On dan Yoon Seo
berteman lagi. Senang rasanya melihat mereka bisa ngobrol enak seperti biasanya.
Namun siapa sangka, saat Shi On
sudah belajar untuk memendam perasaannya dan belajar move on, Yoon Seo malah
mulai merasakan jantungnya berdebar karena pelukan Shi On?
waaahhh makin banyak kasus, semoga In Hye selamat, kk nya bahagia, juga Shi On bahagia dengan caranya, Chae Kyung dan Kim Do Han bahagia, semuanya berakhir bahagia hehehe *ngarep boleh dong ya??*
ReplyDeletewah mba dee daebak kemarin the heirs skrg good doctor.thanks mba
ReplyDeletePart 2 ....!!!
ReplyDeleteƗƗɐ.◦"̮◦.ƗƗɐ.◦"̮◦.ƗƗɐ.◦"̮◦. :D
shi on....
ReplyDeleteShi on....
Shi on....
#gx tau mau komen apa
lucu lihat ekspresinya shi on waktu yoba masakannya sendiri,
ReplyDeletejadi pengen ngerasain masakan shi on walau nggak enak....
firasatku mengatakan yg nyupir mobil itu si psikopat yg nyoba bunuh yeong seo.
ReplyDeletelanjutkan mbak, semangat ya :)
ReplyDeleteJadi tambah gk sabar nunggu kelanjutan ny, mo liat gimna reaksi ny yoon seo ats perlakuan shi on.
ReplyDeleteUnnie yg smngat y,..
Aku akn slalu mnnti postingan mu. Hehehege
sumpah ga sabar nunggu part 2 nya.........
ReplyDeleteyoon seo gimana tuh jadinya ntar... hmmmm semangat lanjutin ea mbak....
kepo sama part 2nya
ReplyDeletesemangat terus buat sinopsisnya yaaaaaq
wkwkwk...
ReplyDeletemenu khas drama good doctor...
Yeyeye.:D
ReplyDeleteayeyeyeye... Shi on - Yoon seo <3
ReplyDeletesemangat mbak lanjutin sinopsisnya :D
Episode ini buat kepo next episodenya.. Banyak konflik baru
ReplyDeletega sabar nungu kelanjutan nya..
ReplyDeletemakin penasaran sama Shi on...