Sinopsis Good Doctor Episode 11 – 2
Yoon Seo diantar Do Han pulang.
Do Han berterima kasih walau masih tetap menggoda, “Terima kasih karena telah
menjadi ban serep hari ini.”
Tapi Yoon Seo tak terpengaruh dan balas menyindir
dengan sikap manis ia berkata kalau ia
terpaksa melakukannya karena Do Han adalah si bos dan ia harus tampil baik di
depan bosnya. Do Han terkekeh geli mendengar jawaban Yoon Seo.
Yoon Seo beranjak masuk ke
halaman apartemen, tapi Do Han memanggilnya dan dengan tulus ia berterima kasih
karena selalu berada di sampingnya. Yoon Seo agak bingung dengan ucapan Do Han,
tapi ia tetap tersenyum dan mengangguk.
Di depan pintu
masuk gedung, Yoon Seo terkejut saat menemukan Shi On duduk terpekur dengan
aroma soju menyengat dari tubuhnya, “Kau minum-minum lagi?” Shi On hanya
terdiam.
Yoon Seo duduk
di samping Shi On memintanya untuk tak terlalu memikirkan hal itu karena dr.
Choi membuat keputusan yang tepat. Shi On juga tahu hal itu, tapi ia malah
bertambah menyesal karena itu, “Hyung masuk ke goa karena aku. Ia tak dapat
memakai alat bantu pernafasan karenaku.”
Yoon Seo meminta
Shi On untuk tak berpikir seperti itu. Banyak hal di dunia ini yang di luar
kendali mereka,”Kita adalah dokter, kan? Ke depannya, kau akan berkali-kali
mengalami hal seperti ini.”
Yoon Seo meminta
Shi On untuk melihat pengalamannya dengan Min Hee, “Kau hanya perlu membalasnya
dengan bekerja sekeras mungkin selama engkau hidup. Jika kau baik dan mengobati
anak-anak, maka itulah balas budi yang
setimpal.”
Shi On
meneteskan air mata “Tapi itu tak mengubah kenyataan kalau kakakku sangat
kasihan. Akan lebih baik jika aku tak dilahirkan ke dunia ini. Jadi direktur
tak akan menderita dan mengalami kesulitan karenaku. Dan kakak juga tak akan
pergi ke surga,” suara Shi On bergetar penuh penyesalan, “Semua itu karenaku.”
Yoon Seo
perlahan memegang pipi Shi On dan berkata kalau Shi On bukahlah anak kecil.
Rasa bersalah yang ditunjukkan Shi On ini tak dapat dilakukan oleh anak-anak,
“Menyalahkan diri sendiri seperti yang kau lakukan ini karena kau sangat
menyayangi mereka, yang bahkan jarang bisa dilakukan oleh orang dewasa.”
Yoon Seo
mengusap air mata di pipi Shi On. Shi On berkata kalau ia benar-benar jahat. Yoon
Seo memeluk Shi On dan mengatakan kalau Shi On salah, “Kau adalah orang baik.”
Yoon Seo
menunggu Shi On hingga tertidur lelap dan mengusap rambut Shi On dengan sayang.
Do Han terkejut
saat diberitahu dr. Choi tentang rencana Wapresdir Kang yang ingin mengubah
rumah sakit mereka menjadi rumah sakit anak yang mencari keuntungan. Ia akhirnya mengerti mengapa Wapresdir Kang
memintanya untuk mencari dokter-dokter bedah anak yang bagus dan terkenal.
Ia memberitahu
dr. Choi tentang apa yang diminta Wapresdir Kang padanya. Mulanya ia bersedia
membantu karena berpikir hal ini untuk membantu pengembangan bedah anak di
rumah sakit mereka. Tapi ada sesuatu yang membuat ia ragu, maka ia akhirnya
berhenti memenuhi permintaan Wapresdir Kang. Dr. Choi bertanya apa yang membuat
Do Han berhenti?
“Dengan
membiarkan Park Shi On tetap tinggal di rumah sakit untuk keperluan promosi,
sebagai jenius yang ahli diagnostic bedah anak yang, walau autis, berhasil
mengatasi kekurangannya,” ujar Do Han.
Dr. Choi berkata
kalau ternyata itulah mengapa Wapresdir Kang berpura-pura sangat peduli pada
Shi On, “ia benar-benar bukan orang baik.”
Karena yang
mereka dengar ini masih sebatas gosip dan belum menjadi kenyataan, dr. Choi
memutuskan untuk menunggu dan mengawasi perkembangan selanjutnya. Ia
memberitahu kalau Presdir Lee sudah tahu, dan mungkin begitu pula dengan Chae
Kyung.
Do Han tak
menjawab, Ia juga tak menceritakan pada dr. Choi tentang keinginan Chae Kyung
yang ingin mengambil alih rumah sakit.
Dr. Choi juga
berterima kasih pada Do Han karena Do Han akhirnya menerima Shi On sebagai
murid. Sekarang, Shi On sudah bukan lagi muridnya melainkan murid Do Han,
“Ajari dia dengan caramu sendiri.”
Kyu Hyun akan keluar dari rumah sakit, begitu
pula Eun Ok. Eun Ok sekarang sudah potong rambut walau masih duduk di kursi
roda. Mata Eun Ok sudah berkaca-kaca, apalagi saat Shi On berjongkok di
depannya dan meminta agar Eun Ok tak perlu khawatir lagi. Ayah Ibu Kyu Hyun
adalah orang tua yang baik, jadi Eun Ok harus mendengarkan mereka.
Eun Ok
mengangguk kecil, tapi air mata tak sanggup untuk ditahannya. Shi On menghapus
air mata itu namun Eun Ok terus menangis.
Ia menyentuh pipi Shi On dan mengeja
perlahan, “Dokk..teer.. A..kuu.. mmenyaa.. yangii..mu..”
Shi On membalas
dengan mengatakan kalau ia juga menyayangi Eun Ok. Semua terharu melihatnya.
Yoon Seo berterimakasih tapi ibu Kyu Hyun yang malah berterima kasih karena ia
mempelajari banyak hal selama di rumah sakit.
Kyu Hyun pun berterima kasih dan
berjanji akan sering-sering datang menengok. Shi On mengangguk dan ingin Kyu
Hyun mendengar Kyu Hyun bernyanyi setelah suara Kyu Hyun pulih.
Yoon Seo dan Shi
On mengantar mereka ke lift. Setelah lift menutup, Yoon Seo merangkul leher Shi
On, menyelamati Shi On yang telah berhasil. Berdekatan seperti itu malah
membuat Shi On gugup. Buru-buru ia melepaskan tangan Yoon Seo dan pamit pergi.
Langsung ia kabur meninggalkan Yoon Seo.
Dan ia pun
menyendiri sambil berjalan mondar-mandir dan memegangi dadanya. In Hye yang kebetulan lewat berseru menggoda,
“Arrest, arrest..!”. Haha.. Shi On
semakin kaget dikejutkan seperti itu.
In Hye bertanya
apakah Shi On sudah memberi pujian dan gadis misterius itu tak bereaksi? Shi On
mengangguk. In Hye sendiri yang tak sabar dan malah menyuruh Shi On untuk
berdandan rapih dan membawa bunga, “Di situlah kau harus mengaku. Jika kau
memendamnya itu akan menjadi pup!”
LOL, baru tahu
saya kalau p*p itu karena hasil memendam perasaan. Saya pikir karena banyak
makan.
Shi On takut
melakukannya. Bagaimana jika gadis itu menolaknya? In Hye berkata kalau apapun
hasilnya, akan membuat Shi On merasa lebih lega. Shi On menghela nafas panjang.
In Hye berjongkok di depannya dan membujuknya untuk membuat pengakuan karena
jika tidak, Shi On bisa mati, “Banyak orang mati karena sakit cinta.”
Haha.. In Hye
ini lebay dan alay deh.. Shi On pun berkata kalau sakit cinta itu bukan
penyakit yang benar-benar ada. In Hye pun bertanya tentang siapa sebenarnya
gadis misterius itu. Karena jika ia tahu maka ia dapat memberi nasihat yang
lebih baik. Shi On tetap ragu. Dan In Hye tetap membujuknya.
Akhirnya Shi On
pun mengalah. Tapi karena ia terlalu malu untuk mengatakannya, maka ia akan
menuliskannya saja. In Hye mengangguk gembira. Yay.. akhirnya. Seharusnya Shi
On melakukan hal ini sejak dulu.
Shi On menulis
dan langsung pergi setelah memberikannya pada In Hye. In Hye tak mengejar Shi
On dan membuka kertas itu dengan antusias. Di dalam kertas itu tertulis : Aku tak akan mengatakannya padamu.
Hehehe.. In Hye
kena tipu!
Do Han menemui
Wapresdir Kang dan berkata kalau ia sudah tahu maksud Wapresdir Kang yang
sebenarnya dan mengulang kata-kata dr. Choi yang memintanya untuk pergi.
Wapresdir Kang tetap tersenyum dan berkata kalau ia akan pergi setelah
menyelesaikan beberapa masalah lagi. Tapi Do Han yakin kalau masalah itu bisa
ditangani walau tanpa Wapresdir Kang.
Wapresdir Kang
merasa Do Han membuatnya merasa telah melakukan dosa besar. Padahal yang ia
lakukan adalah membantu meningkatkan karir Do Han dan dr. Choi. Do Han berkata
kalau mereka tak membutuhkannya. Dan ia
bertanya apakah Chae Kyung juga tahu tentang hal ini?
Dari reaksi Wapresdir
Kang yang mengulang nama Chae Kyung, membuat Do Han sadar kalau kedua orang ini tak bekerja sama.
Di koridor, Do
Han bertemu Shi On dan menyuruhnya ikut dengannya. Di ruangannya, ia memberikan
3 hardisk eksternal dan mengatakan kalau 3 harddisk itu isinya adalah kumpulan
thesis dari jurnal kekokteran sejak tahun 1985, “Pelajari dan ingatlah semua
ini dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.”
“Apa?”
Do Han terus
melanjutkan, mengabaikan kekagetan Shi On, “Setelah mengingatnya semua,
datanglah padaku dan aku akan mengujimu per bagiannya. Materi ujian bukan hanya
tentang mengingat isinya. Kau harus bisa menjawab pertanyaan yang kuberikan
berdasarkan teori-teori yang sudah kau baca. Tingkat kesulitan, tentu yang
paling tinggi.”
Shi On hanya
bisa bengong tak bersuara. Dan Do Han pun menambahkan kalau Shi On gagal
menjawab pertanyaan, maka Shi On akan dihukum,”Hasil ujianmu akan menjadi pintu
masuk bagimu ke ruang operasi dengan kau menjadi pengamat atau kau menjadi
pembersih ruangan.”
Ahhh.… Do Han
kejam sekali!
Shi On mencoba
berargumentasi kalau ia percaya bisa mengingatnya, tapi ia tak yakin bisa
melakukan hal yang sama dengan tes yang akan diberikan Do Han. Do Han pun acuh
berkata kalau begitu, Shi On tak usah melakukannya. Ia meraih harddisk itu untuk
ia simpan kembali. Tapi Shi On lebih cepat. Ia merebut ketiga harddisk itu dan buru-buru
berkata kalau ia akan melakukannya.
Setelah Shi On
pergi, Do Han tersenyum senang. Ahh.. manisnya.. tapi tetap kejam. Berapa ribu
halaman tuh yang thesis yang ada di harddisk-harddisk itu?
Shi On menghela
nafas memandang harddisk itu. Begitu juga dengan para residen. Dengan
tersenyum, Jin Wook mengatakan kalau Do Han tak manusiawi. Sun Joo pun
bertanya-tanya berapa terra (1 terra = 1000 gigabyte) dalam satu harddisk? Hanya
memikirkannya saja membuatnya ingin muntah. Il Kyu malah berkata santai untuk percayakan
saja pada kekuatan super Shi on.
Tapi Shi On juga
merasa pingin muntah, “Rasanya seperti lari 100 meter setelah makan 3 roll Kimbab.” Para residen menepuk bahu Shi On, menyemangatinya.
Selesai operasi,
Yoon Seo berkata kalau ia sudah mendengar tentang apa yang sudah Do Han lakukan
pada Shi On. Dan sepertinya Do Han hanya melakukan hal ini pada Shi On saja,
karena ia tak pernah menerima tugas seperti ini. Do Han berkata kalau jika ia
jadi Shi On, ia pasti akan menyerah duluan., “Karena ini adalah tugas yang tak
mungkin dilakukan oleh orang biasa.”
Jawaban ini
membuat Yoon Seo merasa kalau Do Han melakukan hal ini karena Do Han percaya
pada kemampuan Shi On dan memuji seniornya itu. Do Han tersenyum mendengarnya.
Yoon Seo
mendapat telepon dari Profesor Min dan bergegas pergi. Di ruangan Soo Jin,
sudah ada Profesor Min yang terlihat frustasi melihat pengacara mertua Soo Jin
yang datang untuk meminta cap Soo Jin dalam dokumen perceraian. Soo Jin sendiri
sangat tenang saat akan membubuhkan cap itu.
Tapi ia berhenti
saat mendengar seruan Yoon Seo. Yoon Seo tak percaya kalau pengacara itu tega
melakukan hal ini. Tapi pengacara itu hanya melakukan apa yang diminta kliennya.
Profesor Min dan Yoon Seo membujuk Soo Jin untuk membicarakan hal ini lagi
dengan ibu mertuanya atau suaminya secara baik-baik.
Soo Jin tetap tenang
dan kemudian membubuhkan cap miliknya. Ia tahu kalau keputusan mertuanya sudah
final, begitu pula suaminya. Ia meminta agar operasinya dapat segera dilakukan.
Untungnya, hasil
pemeriksaan jantung Soo Jin mengalami perbaikan, walau masih belum stabil,
sehingga sulit dipastikan kegawatdaruratan apa yang akan terjadi nantinya. Dan
jika hal itu terjadi maka sangat susah untuk menjamin keselamatan si ibu dan si
anak. Oleh karena itu operasi harus segera djadwalkan.
Profesor Min
memutuskan untuk mengoperasi Soo Jin besok dan Do Han menyuruh Yoon Seo untuk
memberitahukan ke bagian anestesi, THT dan perawat.
Shi On membaca
jurnal-jurnal itu hingga larut malam. Namun di sela-sela ia membaca, ia malah
teringat saat-saat Yoon Seo memeluknya dan menghiburnya. Shi On menghela nafas
panjang.
Dan tiba-tiba
terdengar suara lembut di sampingnya, “Coba kita lihat..”
Shi On kaget
melihat Yoon Seo menempel dekat dengannya, ingin melihat apa yang sedang Shi On
baca. Tangannya beringsut menjauh dari mouse saat Yoon Seo mengambil alih mouse
untuk membaca jurnal yang sedang dibaca. Ia tak menjawab saat Yoon Seo bertanya
apakah Shi On yakin dapat menguasainya?
Yoon Seo menoleh
pada Shi On dan beseru dengan gaya Shi On, “Cepat.. cepat! Jawab pertanyaanku.” Tergeragap, Shi On menjawab kalau ia percaya bisa melakukannya. Dan ia semakin
gugup saat Yoon Seo kembali merangkulnya dan menjelaskan kalau hal ini berarti
Do Han sudah menganggapnya sebagai murid, “Jadi tetap percaya diri dan jangan
mudah terintimidasi. Oke?”
Shi On tak
menjawab, apalagi saat Yoon Seo mengacak-acak rambutnya dan pergi. Setelah
sendiri, Shi On mendengarkan debar jantungnya sendiri melalui stetoskop dan
teringat ucapan In Hye untuk langsung mengaku saja dengan mawar di tangan.
Ia menghela nafas. Dan saya pun mengela
nafas. Mampukah Shi On melakukannya?
Malam itu, Shi
On menyetrika bajunya sambil berlatih, mencoba untuk mengatakan ‘aku suka
kamu’. Tapi kata-kata itu belum bisa keluar dari mulutnya. Ia menatap wajah
kakaknya di tembok dan memintanya untuk membantunya.
Dan ternyataa..
tarraa…!
Yoon Seo bingung
melihat Shi On muncul di depan pintunya dengan berdandan rapi dan tangan di
belakang. Ia bertanya kemana Shi On akan pergi malam-malam begini? Ia tak sabar
melihat Shi On tak menjawab dan menyuruhnya masuk.
Yang sebenarnya
terjadi adalah Shi On sedang gugup, bingung bagaimana mau mengeluarkan bunga
mawar yang ia sembunyikan di belakang punggungnya. Ia sudah mengeluarkan bunga
itu, tapi Yoon Seo berbalik memunggunginya sehingga mawar itu langsung masuk
kembali ke posisinya semula.
Ia pun masuk
tapi tetap bingung. Tapi ia akhirnya mengeluarkan mawar itu ke depan, mengagetkan
Yoon Seo. Yoon Seo langsung menyukainya, tapi juga langsung curiga kalau ada
yang ingin diminta oleh Shi On. Belum juga Shi On menjawab (karena terlalu
gugup), Yoon Seo mengatakan kalau ia akan memenuhi semua permintaan Shi On.
Shi On pun mencoba
bersuara, “Dokter..” Dan kata-kata Shi On berhenti di situ, membuat Yoon Seo
frustasi dan berteriak menyuruh Shi On ngomong langsung. Dikageti seperti itu,
Shi On langsung berkata, “.. apakah Anda sudah makan?”
Gubrak! Wkwkwk..
Begini ya kalo mau nembak?
Yoon Seo
menjawab sudah, membuat Shi On bingung. Iapun memandang sekeliling ruangan dan
memuji Yoon Seo yang sudah mengganti wallpapernya. Yoon Seo menjawab kalau ia
tak mengubahnya, membuat Shi On garuk-garuk kepala. Shi On pun berkata lagi,
“Kalau begitu bedcover....”
Sampai situ, Shi
On sudah menyerah. Yoon Seo semakin tak sabar, apa yang sebenarnya ingin
dikatakan Shi On, “Ayo, cepat katakan padaku!”
Akhirnya Shi On
mengaku kalau ia hanya mampir. Tapi Yoon Seo tak percaya. Shi On meyakinkannya
dengan mengatakan kalau ia kan tak bisa berbohong.
Haha.. Shi On
sudah belajar berbohong, nih.. Horee… *tepuk tangan*
Yoon Seo lalu
bertanya mengapa Shi On berpakaian rapih seperti sekarang ini? Shi On menjawab
kalau ia memiliki hobi memakai baju rapi di hari Senin.
Wkwkwk.. *tepuk
tangan lebih keras*
Yoon Seo berkata
kalau hobi Shi On benar-benar spesial. Shi On pun buru-buru pamit, dan sebelum
Yoon Seo sempat berkata-kata lagi, ia ngacir pergi. Kabur.
Di dalam
kamarnya, ia membenamkan kepalanya ke dalam bantal dan frustasi pada dirinya
sendiri.
Yoon Seo kembali
mengerjakan thesisinya, tapi tersenyum saat melihat mawar yang baru saja
diberikan Shi On.
Di rumah sakit,
Yoon Seo bertemu dengan Shi On yang buru-buru pergi saat berpapasan dengannya.
Yoon Seo menyuruhnya berhenti dan bertanya apakah Shi On berbuat salah padanya
sehingga Shi menghindarinya?
Di pantry, Yoon
Seo menuduh Shi On telah melakukan sesuatu karena sikap Shi On tak lagi sama.
Shi On terus membantahnya sehingga Yoon Seo memutuskan untuk mempercayainya.
Hari ini adalah hari operasi Soo Jin, dan berharap semua lancar sehingga ibu
dan anak sehat.
Dan mereka pun
toss lagi seperti saat akan operasi Kyu Hyun.
Sebelum operasi,
Do Han dan Yoon Seo meyakinkan kalau semuanya akan baik-baik saja. Soo Jin bertanya
jika salah satu dari mereka (ia dan bayinya) dalam masalah, siapakah yang akan
diselamatkan? Ia memohon agar para dokter menyelamatkan bayinya. Prof. Min
hanya tersenyum dan meminta Soo Jin untuk tak berpikiran macam-macam.
Para dokter
melakukan briefing terakhir sebelum operasi. Do Han berkata kalau mereka hanya
memiliki waktu 15 menit bahkan mungkin kurang dari 15 menit. Jika mereka tak
mempergunakan waktu 15 menit itu dengan baik, kondisi ibu dan bayi akan dalam
bahaya. Prof. Min meminta mereka untuk tetap fokus dalam operasi ini.
Do Han masih
sempat menggoda Prof. Min, berkata kalau ia tak pernah melihat Prof. Min
setegang ini sejak upacara pernikahannya. Semua tertawa mendengar candaan Do
Han.
Dan mereka pun
berangkat untuk operasi. Hmm.. walau operasinya dobel, apa operator operasi harus sebanyak ini? Dr. Go
dan para kolega mengamati dari ruang atas.
Para dokter
kandungan mulai mengoperasi dan mengeluarkan bayi itu. Bayi yang tak
mengeluarkan suara, namun masih hidup karena masih terhubung dengan ibunya
dengan tali plasenta. Hanya ada waktu 15 menit untuk mengoperasi bayi itu agar
bisa bernafas sendiri.
Prof. Min
meminta dokter THT melakukan persiapan intubasi tracheal dan Do Han menyuruh
Kil Nam untuk memulai waktu penghitungan. Namun dokter THT tak dapat melakukan intubasi
karena leher si bayi lebih bengkak jika dibanding dengan hasil USG
terakhir.
Yoon Seo berkata
tak mungkin leher itu bisa bengkak secepat itu, tapi Shi On berkata kalau hal
itu mungkin terjadi karena perdarahan di dalam. Akibat trauma kardiopati yang
terjadi sebelumnya, terjadi perdarahan di dalam sehingga lymphangioma membesar.
Dokter THT tak dapat melihat lebih jelas karena saluran pernafasan tertekan dan
intubasi tak bisa masuk dengan baik.
Do Han ganti
untuk mencobanya, dan waktu sudah semakin berkurang, menyisakan 7 menit saja.
Prof. Min mengusulkan untuk melakukan tracheotomy. Belum sempat mereka
memutuskan, seorang perawat menyerukan kalau si ibu mengalami perdarahan.
Cepat.. cepat..
Tracheotomy adalah operasi untuk membuat jalan udara melalui leher langsung ke
trakea.
Do Han pun
bersiap melakukan, dan meminta Yoon Seo untuk memegangi kepala si bayi. Sebelum
Do Han melakukan tracheotomy, Shi On memberitahu kalau yang menyebabkan
saluran nafas tertekan mungkin karena lebam di dalam saluran pernafasan. Do Han
pun memeriksa leher si bayi dan berkata kalau bengkaknya lebih besar daripada
yang ia duga.
Yoon Seo
waspada, “Jadi berarti thracheotomy..”
“.. tak bisa
dilakukan,” kata Shi On melanjutkan.
Di tengah
buntunya situasi ini, terdengar suara perawat, “Perdarahannya semakin banyak!”
dan seseorang melihat monitor, “Denyut jantung menjadi 120, tekanan darah turun
dari 90 menjadi 60..”
“Si Ibu dalam
bahaya…”
“Kita tak bisa
menunda lebih lama lagi untuk kontraksi uterine. Cepat bawakan transfusi darah,”
suruh Prof. Min.
Yoon Seo
bertanya apakah tak mungkin Do Han merubah arah untuk melakukan tracheotomy?
Shi On berkata tak bisa. Do Han juga berkata kalau kemanapun ia melakukan
pembedahan, bayi akan mati karena perdarahan hebat.
Waktu seakan jam
pasir yang memuntahkan butir demi butir. Do Han melihat bayi yang ada di
hadapannya. Sementara Soo Jin terbaring diam, juga dalam bahaya. Ia memejamkan
mata, mempertimbangkan satu dan yang lainnya.
Prof. Min
memanggil Do Han, memintanya untuk segera memutuskan.
Komentar :
Siapa yang akan
diselamatkan? Pertanyaan etik yang dulu dilontarkan Shi On pada rapat
pendahuluan, yang dianggap remeh, sekarang menjadi pertanyaan paling penting di
dalam ruang operasi.
Dilihat dari
pendapat Prof. Kim, nyawa ibu yang selalu dinomorsatukan. Jika dilihat dari
kondisi di lapangan, kondisi bayi sangat sukar untuk diselamatkan. Namun
permohonan Soo Jin untuk mendahulukan keselamatan bayinya juga tak dapat
disepelekan.
Mungkin ini
sebabnya scriptwriter memasukkan
mimpi-mimpi Shi On di dua episode ini yang berakhir ke pengakuan dr. Choi. Ia
memilih menyelamatkan Shi On karena kemungkinan Shi On hidup jauh lebih besar
daripada Shi Deok.
Jika akhirnya Do
Han memutuskan untuk menyelamatkan salah satunya (yang mungkin adalah si ibu)
apakah akan terjadi penyesalan dalam diri Soo Jin? Sama seperti yang dialami
Shi On?
Dan apakah Do
Han nanti juga akan menanggung bebab perasaan itu nantinya? Sama seperti dr.
Choi?
Dokter adalah
dokter. Tugas mereka adalah menyelamatkan manusia. Namun dokter juga manusia,
yang mempunya hati juga jiwa.
ayo ,, lanjut ke episode selanjutnya mbk Dee ..
ReplyDeletesemangatt !!!!!
baca komen nya mba dee jadi tambah ngerasain galau nya do han di ruang operasi....
ReplyDeletesetuju bgt sama mba dee kl "dokter adalah dokter. tugas mereka adalah menyelamatkjan manusia namun kita ga boleh lupa kl dokter jg manusia yang pnya hati."
Oh God,, kira2 siapa yg bakal selamat??? ibu, bayi,, atau kedua2nya??? atau lebih parah.. gk ada yg selamat??? i hope not -_-'
ReplyDeleteNoona,, semangat,, selalu ditunggu postingan sinopsisnya ^^
bayinya bengkak bgt lehernya...
ReplyDeletekalo ibu diselamatkan,,, ibu bisa mengandung lagi kan?
kalo bayi nanti siapa yg nguru coba?
tapi masa g bisa ke2 nya diselamatkan...
argghh...
pusing deh...
padahal saya suka pelajaran biologi...
tapi kalo disuruh memilih yg kayak gini....
ga bisa saya
Memang logikanya seperti itu, hwang park. Lebih baik ibu yang diselamatkan karena ibu bisa mengandung lagi.
DeleteTapi shock stlh melahirkan dan mengetahui bayinya meninggal bisa menimbulkan luka yang mendalam. Soo Jin telah mengandung selama 8 bulan dan pasti sudah memiliki hubungan sendiri dengan si jabang bayi. Apalagi bayi itu adalah satu-satunya anak, buah kasih dengan suaminya (yang akan menceraikannya). Ia tak marah pada suaminya, ia masih cinta dengan suaminya. Mertuanya yang menyuruhnya untuk bercerai. Hanya anak itu satu-satunya yang menghubungkannya dengan suaminya.
Jadi yah.. seperti itulah..
Bayi nya kaya yng beneran yaa,asLi bukan sih?
DeleteGaa kebyang klo aku di posisi soo jin,naudzubiLah :'(
Semoga ajh dua2nya bisa seLamat
Sy tnggu episode selanjutnya ya baak......!!!
ReplyDeletearggghhhhhhh, jadi inget kata-kata Captain Jack Sparrow, "kode etik hanyalah buku panduan", begitu kali yawwww harusnya cara pandang para dokter pada kode etik kedokteran.
ReplyDeletekeren mbakk, tengkyu ya, tak tggu cerita slanjutnya, semangat !!
ReplyDeleteSedih, selalu telat bc sinopsisnya...
ReplyDeleteLove joo won
Tq mb dee sinopsisnyaaa
Hah...kok jd aku yg tegang ya....mba Dee tks sinopnya keren banget , nonton filmnya kurasa ngga setegang ini....
ReplyDeleteika
Sy Jd merasa bersalah prnah ngatain kim do han kyk robot / dokter Ga pny perasaan .... *wkt do han nyuruh eun ok diikat ,
ReplyDeleteStlh ada kasus ini, jd tau ...... Stiap Keputusan yg diambil dokter itu Ga mudah y kyknya ....