This is for you, girls :)
Sebelumnya : Sinopsis MDSY Episode 48
Sinopsis My Daughter Seo Young
Episode 49 – 1
Dunia seakan berhenti saat ayah
meneteskan air mata, menyesal dalam hati, “Maafkan aku karena menjadi ayah yang
buruk.”
Dan kita dibawa ke dunia ayah 2
tahun yang lalu, 3 Februari 2011. Hari itu adalah hari ulang tahun Seo Young
dan Sang Woo. Ayah memasak sup rumput laut dan Sang Woo yang membantunya
berkata kalau ia akan menelepon Seo Young nanti saat ia di rumah sakit.
Note : Saat Seo Young akan menikah, Seo Young beralasan pada ayah kalau
ia menerima beasiswa dan akan sekolah ke luar negeri untuk waktu yang sangat
lama. Pada Sang Woo, ia mengatakan alasan sebenarnya membuat Sang Woo luar
biasa marah. Sang Woo pun memutuskan hubungan dengan kakaknya dan meminta
kakaknya tak menemuinya lagi.
Ayah sejenak terdiam, dan Sang
Woo pun buru-buru menambahkan alasannya menelepon kakaknya nanti karena
terdapat perbedaan waktu.
Ayah menatap sup rumput laut yang
sedang ia masak dan berkata seakan menenangkan Sang Woo, yang ia tahu telah
berbohong, dengan mengatakan kalau Seo Young pasti juga melupakan hari ulang
tahunnya karena sibuk.
Namun yang terjadi kemudian
adalah ayah pergi ke warnet untuk mencari alamat rumah Seo Young sekarang. Dari
menggoogle nama CEO Winners, ayah mendapatkan alamat mertua Seo Young.
Berbekal gambar pagar depan rumah
Woo Jae, ayah pergi mencari rumah itu. Ayah menunggu di balik tiang listrik,
berharap melihat sekelebat bayangan putrinya yang hari ini berulang tahun.
Kebetulan Seo Young dan Woo Jae
keluar rumah dengan bergandengan tangan, sepertinya akan berolah raga. Seo
Young berhenti sejenak dan menaikkan risleting jaket Woo Jae yang belum
tertutup sempurna.
Dari kejauhan, ayah memandangi
putri dan suaminya yang tampak sangat bahagia dan saling mencintai. Tak ada
rasa getir di wajah ayah. Hanya kebahagiaan terpancar di wajah ayah. Senyum
bahagia.
Kenangan itulah yang terakhir
diingat oleh ayah. Ketika selang masuk ke dalam mulut ayah dan kesadaran ayah
perlahan-lahan mulai menipis, hanya permintaan maaf akan kejadian 2 tahun yang
lalu yang terucap dalam hati ayah, “Maafkan aku, karena aku tetap ingin melihatmu walau kau
tak menginginkannya.”
Dan ayah menutup mata.
Kyung Ho pun melihat kondisi ayah
yang semakin kritis. Walau Mi Kyung masih terus memompa udara ke dalam mulut
ayah, Kyung Ho memutuskan untuk memindahkan ayah ke ICU. Para perawat pun
mendorong ranjang ayah untuk memindahkannya.
Seo Young mencoba mengejar
ayahnya. Tapi Sang Woo menahan kakaknya, dan meminta Seo Young agar tetap
tenang. Tapi Seo Young tak bisa. Ia menangis dan berkata, “Aku tak pernah
berbicara baik-baik dengan ayah.”
Sang Woo pun meminta Woo Jae
untuk menenangkan Seo Young dan meninggalkan mereka. Woo Jae memeluk Seo Young
tapi Seo Young memberontak dan memohon,
“Tolonglah aku. Selamatkanlah dia, Woo Jae-ssi”
Kondisi ayah sudah stabil dan
para dokter keluar untuk menemui keluarganya.
Woo Jae dan Ho Jung segera menghampiri mereka dan Ho Jung bertanya
kondisi ayah mertuanya pada kakaknya. Kyung Ho menjawab kalau kondisi ayah
sudah stabil tapi yang dapat mereka lakukan sekarang hanyalah menunggu.
Seo Young masih terduduk diam,
mendengarkan percakapan mereka. Saat Kyung Ho sudah pergi, ia bangkit
menghampiri adiknya dan bertanya ragu, “Apakah ayah dalam bahaya?’
Sang Woo mengangguk dan mengutip
jawaban Kyung Ho, “Yang hanya dapat kita lakukan hanyalah menunggu.Kau tak
dapat menjenguknya, jadi untuk sementara waktu ini, pulanglah ke rumah.” Ia
menoleh pada Woo Jae dan Ho Jung dan meminta mereka untuk kembali ke rumah
juga, “Aku akan di sini untuk menjaga ayah.”
Dengan lirih, Seo Young menirukan
permintaan Sang Woo pada Woo Jae, karena orang tua Woo Jae akan khawatir dan
juga Woo Jae harus bekerja esok hari. Seo Young pun berjalan gontai
meninggalkan ICU. Woo Jae hanya dapat menatap kepergiaan mantan istrinya itu.
Woo Jae juga mengalami kegalauan
yang luar biasa. Pandangan ayah mertua yang menatapnya sebelum hilang
kesadaran, menghantui pikirannya. Dan ia tak dapat mengenyahkan kenangan saat
ayah mertuanya menyelamatkan dari kecelakaan di pagi hari itu. Woo Jae hanya
dapat menghela nafas frustasi.
Mi Kyung yang sedari tadi
mengawasi kakaknya, mendekati Woo Jae. Ia pun menyuarakan permintaan Sang Woo
dan Kyung Ho, menyuruh Woo Jae untuk pulang. Tapi Woo Jae malah bertanya
bagaimana kemungkinan mertuanya itu bisa sembuh. Mi Kyung kembali menirukan
ucapan Kyung Ho kalau mereka hanya bisa menunggu.
“Jika sesuatu terjadi pada ayah,
Seo Young tak akan bisa menemuiku lagi,” ujar Woo Jae dengan tatapan kosong.
Mi Kyung meminta Woo Jae untuk
tak menyalahkan diri sendiri, “Tolong pikirkan Seo Young. Jangan menyalahkan
dirimu di hadapan Seo Young.”
“Kenapa semuanya berakhir seperti
ini?” tanya Woo Jae lirih. Ia menghela nafas, “Bukan ini alasanku untuk
menikahinya.”
Seo Young ternyata tidak pulang
ke rumah, tapi kembali ke kamar tempat ayah dirawat. Masih terngiang-ngiang
kata-kata ayahnya yang terakhir. Maafkan
aku yang selalu mengatakan kalau yang aku lakukan ini karena untukmu.
Ia juga teringat bagaimana ibu
mertuanya dan Woo Jae menyiapkan acara sembahyangan untuk ayahnya (yang menurut
Seo Young sudah meninggal) di hari ulang tahun ayahnya. Seo Young memejamkan
mata, merasa bersalah akan dusta 3 tahun yang lalu. Karma mungkin akan datang dalam waktu dekat ini.
Suara Sang Woo yang menyapanya
membuatnya membuka mata. Tapi perasaan bersalah itu masih ada. Ia mengabaikan
pertanyaan Sang Woo yang ingin tahu mengapa Seo Young belum pulang juga. Seo
Young malah berkata,
“Saat kaki Woo Jae terkilir, aku
benar-benar khawatir dan memintamu untuk melakukan pemeriksaan secara
menyeluruh. Tapi berbeda dengan ayah.
Saat itu ketika ayah datang untuk menemuiku, aku bahkan tak pernah bertanya
apakah ia baik-baik saja.
Aku tak berterima kasih padanya karena telah
menyelamatkan Woo Jae, tapi aku malah marah padanya. Kebohonganku diketahui
oleh Woo Jae karena ayah terus menerus muncul di hadapannya. Aku malah marah
padanya.”
Sang Woo mencoba membesarkan hati
Seo Young dengan mengatakan kalau Seo Young juga tak tahu kalau organ dalam
ayah saat itu terluka. Tapi Seo Young malah menyalahkan dirinya. Karena ayah
tak mau ketahuan oleh Woo Jaelah, maka ayah melarikan diri dari rumah sakit,
“Aku bahkan tak pernah menanyakan kondisinya setelah kecelakaan itu. Jika saja
pagi itu aku ikut lari pagi bersama Woo Jae..”
Mereka tak menyadari kalau ada
seseorang berdiri di depan pintu kamar, tak sengaja mendengar pembicaraan
mereka.
Woo Jae.
Seo Young menggeleng dan
mengkoreksi kata-katanya sendiri, “Bukan. Seharusnya aku tak berkata kalau aku
ingin menemani Woo Jae lari pagi… Bukan. Seharusnya aku tak menikahi Woo Jae….”
Woo Jae tersentak mendengar
pengakuan Seo Young. Apalagi saat ia mendengar lanjutannya, “Bukan. Kalau saja
aku tak pernah bertemu dengan Woo Jae..”
“Sang Woo-ya.. Aku bahkan membuat
Woo Jae menyiapkan acara sembahyangan untuk ayah,” pengakuan Seo Young mengagetkan
Sang Woo, “Jika ayah meninggal, itu berarti aku yang telah membunuhnya.”
![]() |
“Ayah menyelamatkan Woo Jae karena ayah tahu siapa Woo Jae sebenarnya. Namun ayah juga melarikan diri karena siapa Woo Jae sebenarnya.” |
Woo Jae mundur dan menutup pintu
kamar dengan perlahan. Hatinya hancur mendengar ucapan Seo Young.
Sayang ia tak mendengar kata-kata
Seo Young selanjutnya. Karena seperti pengakuan Seo Young pada Sang Woo, sedikitpun
ia tak menyalahkan Woo Jae, karena keputusan untuk menikah adalah di tangannya
sendiri dan Woo Jae pun juga terluka karena ini.
Dalam pikirannya ia sering
berandai-andai jika ia tak bertemu dengan Woo Jae maka kondisi ayah tak akan
seperti ini, “Aku mungkin akan membenci ayah, tapi aku pasti bisa bertahan dan
menemukan jalanku. Tapi setidaknya ayah tak akan seperti ini.”
Sang Woo mencoba membesarkan hati
Seo Young karena keinginan ayah pastilah tidak seperti itu.Seo Young juga tahu
hal itu, karena itu ia semakin merasa bersalah pada ayah. Selama ini Ayah belum
pernah menikmati hidupnya sendiri, dan kata terakhirnya adalah maaf kepada
mereka.
Dan kembali Seo Young menyesali
kebohongannya pada keluarga Woo Jae yang mengawali semuanya ini, “Kenapa aku
tak berkata jujur saja? Kenapa aku terus membenci ayah padahal ayah selalu
menyayangiku. Kenapa aku tak pernah mengingat hal itu?”
Sang Woo meminta Seo Yeong
berhenti menyesali diri, karena sekarang tak ada gunanya. Seo Young : “Aku tak
tahu lagi bagaimana harus meneruskan hidupku jika ayah meninggal seperti
sekarang ini.”
Makan malam di kediaman Choi
seperti pesta saja. Gang Sun memasak makanan lengkap, bahkan memasakkan makanan
favorit suaminya. Melihat suaminya makan dengan lahap dan bahagia, saatnya
interogasi. Gang Sun bertanya apakah Min Suk berniat untuk menceraikannya?
Tentu saja tidak, ia melakukan hal itu karena merasa rendah diri, tak memiliki
kemampuan apapun. Reaksi Gang Sun? “Kau pasti sekarang sedang berakting, kan?
Kau sekarang kan sudah menjadi aktor.”
Ha. Tapi Min Suk benar-benar serius dengan
kata-katanya. Ia sebenarnya berencana untuk sukses menjadi aktor dan kembali
pada Gang Sun, “Terima kasih atas semuanya.”
Min Suk berjanji akan mengajarkan
istrinya naik sepeda. Gang Sun bingung dengan apa yang sedang dibicarakan
suaminya. Maka Min Suk mengingatkannya kalau dulu Gang Sun ingin belajar naik
sepeda saat awal pernikahannya dulu, tapi mereka dulu terlalu miskin untuk
membeli sepeda.
Aww.. so sweet. Gang Sun sampai
terkesima karena suaminya masih mengingat hal sekecil itu.
By the way, kenapa yang muncul di
otak saya adalah mereka berdua naik sepeda mini warna kuning, dan Ibu Ho Jung
ini duduk menyamping ala Full House, ya… *komen ga penting*
Ho Jung duduk di kamar perawatan
ayah dan menangis menatap fotonya bersama ayah saat perayaan Chuseok. Dan ia
tak dapat menyembunyikan isak tangisnya saat ayahnya meneleponnya untuk
mengatakan kalau ayah sudah pulang ke rumah.
Ayah kaget mendengar anaknya
menangis dan betapa kagetnya mereka saat Ho Jung memberitahu kalau besan mereka
masuk rumah sakit dan sudah dalam kondisi kritis.
Sementara di kediaman Kang juga
terjadi perdamaian yang romantis. Well, sebenarnya ayah Woo Jae yang
melakukannya. Dengan manisnya, ia menepuk-nepuk tempat tidur baru yang sekarang
hanya satu di kamar mereka. Ia meminta istrinya untuk mencoba tempat tidur itu.
Dengan cueknya, ibu menjawab, “Aku sudah biasa tidur terpisah. Aku tak tahu apa
aku bisa tidur.”
LOL, ayah pun kesal dan meringkus
ibu. Ibu berteriak kaget, dan langsung berdiri, apalagi ia mendengar suara di
luar yang berarti kalau tidak Woo Jae, ya Mi Kyung yang pulang.
Ibu langsung bergegas keluar dan
tersenyum melihat putra sulungnya. Ia pun menyapa, “Woo Jae, ibumu ini sudah
pulang.”
Tak terduga, reaksi Woo Jae hanya
senyum lemah dan bersyukur atas kepulangan ibunya. Ibu kaget, dan semakin kaget
saat melihat wajah Woo Jae. Matanya merah dan wajahnya pucat. Ibu pun langsung
menebak, “Apakah kau baru saja menangis?”
Woo Jae membantah dugaan ibu,
tapi ibu tak percaya. Ayah keluar kamar dan ikut khawatir. Woo Jae menenangkan
mereka kalau ia baik-baik saja dan ia pun pamit untuk ke kamarnya.
Tapi
sesampainya di atas, ia malah duduk termenung di ruang tengah. Ucapan Seo Young
rupanya mengena di hatinya. Sekarang ia melihat dari sudut pandang Seo Young.
“Jika kau kehilanganku, kau akan menyesal selamanya,” itulah kata-katanya pada
Seo Young saat ia membujuk Seo Young untuk menikahinya.
Woo Jae
menyadari betapa pemaksanya dia saat ia ingin menikahi Seo Young. Ia tak
menyadari kalau ibu naik ke lantai dua dan melihat betapa galaunya dia.
Kembali ke
kamar, Ibu bertanya pada ayah apakah Woo Jae selama ini berada di kondisi
seperti itu? Ayah malah mengatakan sebaliknya. Ia malah menduga kalau Woo Jae
pacaran lagi dengan Seo Young. Tapi ibu langsung memikirkan hal yang terburuk,
“Mungkin mereka memang pacaran dan Seo Young menolaknya.”
Ha! Ibu pasti
kebanyakan nonton drama korea selama di rumah temannya.
Ibu pun
membicarakan tentang perceraian Woo Jae dan bertanya-tanya, mengapa mereka
menyuruh Woo Jae dan Seo Young untuk bercerai? Ayah menjawab kalau mereka tak menyuruh
bercerai. Seo Young sendiri yang melarikan diri. Ia masih merasa kesal jika
mengingat kebohongan yang dilakukan oleh Seo Young dan Seo Young hanya meminta
maaf tapi tak pernah menjelaskan apapun.
Ibu mengatakan
kalau dalam sebuah kebohongan, tak hanya rasa terkhianati yang tersisa tapi
juga meninggalkan hal lain. Pada kasus Sekretaris Yoon, kebohongan Sekretaris
Yoon memberikan Sung Jae padanya. Kebohongan si pesulap membuatnya menyadari
kalau Sung Jae adalah benar-benar putranya. Bahkan juga mengembalikan ayah
padanya.
“Tapi Seo
Young?” Ibu berpikir sejenak dan kemudian berseru, “Ia memberikan dirinya
sendiri. Ia memberiku kasih sayang. Ia membuatku percaya pada orang sepertimu.
Bukankah itu ia memberikan segalanya?”
Ayah tak
percaya kalau istrinya sekarang bisa sepintar ini. Haha.. Tapi mendengar pujian
suaminya, ia malah makin kuatir dengan apa yang terjadi pada hubungan anaknya
dan bekas menantunya itu.
Sudah jam 3
pagi, Seo Young masih belum pulang. Ia bahkan belum tidur dan masih duduk
menunggu di depan ICU.
Begitu pula
Sang Woo. Sendiri di ruangannya, Sang Woo menangis sendiri. Ho Jung datang dan
duduk di sampingnya. Sang Woo mengaku kalau ia sekarang sangat ketakutan, “Apa
yang akan kulakukan jika ayah meninggal?”
Ho Jung
bangkit, menggelengkan kepala, menolak untuk terjadi. Ia pun memeluk Sang Woo
yang sekarang menangis tersedu-sedu, “Hatiku rasanya mau pecah..”
Ho Jung tak
dapat mengatakan apapun, hanya memeluk suaminya semakin erat.
Keesokan
paginya, Seo Young menjenguk ayahnya di ICU. Dalam hati ia berkata pada ayah,
“Maafkan aku karena tak kembali lebih cepat. Maafkan aku. Tapi jika ayah pergi
seperti sekarang ini.. Ayah sangat mengenalku. Ayah yang membuatku seperti ini,
dan aku tak akan mampu untuk meneruskan hidupku.”
Kali ini Seo
Young berkata pada ayah, “Aku akan memaafkan semua yang pernah ayah lakukan.
Bangunlah, Yah. Ada yang ingin kukatakan pada ayah. Aku akan melakukan apapun
yang ayah perintahkan.”
Mi Kyung
sedang mengisi form beasiswa saat kedua rekannya masuk ke ruangan. Salah satu
rekannya yang juga ikut melamar beasiswa bertanya apakah Mi Kyung yang anak
chaebol masih harus mencari beasiswa? Mi Kyung menjawab diplomatis kalau ia
melamar beasiswa itu karena ia adalah dokter bedah dan bukannya anak chaebol.
Sementara itu
Sung Jae sedang menonton adegan perkelahian Min Suk dan mengakui kalau sahabat
ayahnya ini sangat bagus aktingnya. Jadi sebenarnya Min Suk tak perlu cemas
akan aktingnya. Sung Jae pun berniat untuk merubah gaya rambut Min Suk dengan
mengecatnya agar terlihat lebih muda.
Tiba-tiba ada
telepon masuk dan bertanya apakah Sung Jae adalah manajer Min Suk. Sung Jae
mulanya bingung, namun kemudian mengiyakan.
Min Suk dan
Gang Sun sedang bersiap-siap untuk menjenguk ayah mertua Ho Jung, namun Sung
Jae meneleponnya dan memberitahukan tawaran casting itu. Min Suk meminta Gang
Sun untuk menjenguk besan mereka dan ia akan menemui Gang Sun nanti di sebuah
rumah makan. Ia telah berjanji dengan Ki Bum dan istrinya untuk makan siang
bersama.
Min Suk pun
menemui Sung Jae dan terkejut karena mendapat tawaran casting di sebuah drama akhir
pekan. Di drama ini ia berperan sebagai pesulap yang memberi kehidupan baru
bagi ibu dari si pemeran utama (LOL, kaya drama apa yaaa…?), dan Sung Jae pun
meyakinkan, “Walau Paman Min Suk hanya bermain 2 episode saja, tapi jika Paman
mampu bermain dengan baik, ini para ahjumma pasti akan jatuh cinta pada Paman.”
Betapa
senangnya Min Suk mendapat tawaran ini. Tapi ia juga heran bagaimana Sung Jae
bisa mendapatkan tawaran casting ini? Sung Jae mengatakan kalau ia bertemu
dengan asisten sutradara dan menunjukkan profil Min Suk.
Profilnya?
Dan Min Suk pun terkesima melihat profil yang telah dibuat Sung Jae, apalagi
dengan embel-embel pengalaman 30 tahun
berakting. Kan dia baru saja terjun ke dunia akting? Dengan senyum lebar,
Sung Jae mengatakan kalau ia memasukkan pengalaman acting Min Suk saat di
universitas 30 tahun yang lalu.
Ha. Bahkan Min
Suk pun harus mengakui kalau untuk urusan seperti ini, Sung Jae sangat pintar.
Hmm.. iya juga
ya.. Dan seperti sebuah persetujuan, saat asisten sutradara menelepon Sung Jae,
Sung Jae pun menjawab dengan sapaan, “Halo, saya adalah manajer Choi Min Suk.”
Atas
permintaan istrinya, ayah akan berbicara dengan Woo Jae. Tapi ternyata Woo Jae
sudah keluar rumah pagi-pagi sekali. Ibu heran, apa Woo Jae pergi ke kantor di
hari libur dan pergi tanpa pamit?
Keheranan
mereka bertambah saat melihat kedatangan Seo Young. Seo Young terlebih dulu
meminta maaf karena mengganggu hari libur mereka. Ibu pun bertanya apakah ada
masalah dengan Woo Jae? , ”Apakah ia tak sedang pergi menemuimu?”
Seo Young
mengatakan tidak. Kedatangannya kemari karena ingin mengatakan sesuatu, “Saya
ingin meminta maaf karena menikahi Woo Jae setelah berbohong kalau ayah saya
sudah meninggal.”
Ibu heran
mendengar permintaan maaf itu, karena Seo Young sudah pernah mengatakan hal
ini. Seo Young menjawab kalau saat itu ia tak menceritakan semuanya. Ayah
meminta ibu untuk mendengarkan Seo Young dulu.
“Jika saya
tahu betapa baiknya ayah dan ibu, saat itu saya mungkin akan berkata
sejujurnya. Saat itu saya sangatlah bodoh. Saat itu, saya tak ingin menikahi
Woo Jae. Saya tertarik padanya karena kami bertemu di kala kehidupan saya
sangatlah sulit. Tapi saya tak ingin menikahinya kalau ayah dan ibu tak
menyetujuinya. Saya tak menyangka kalau ibu menyetujuinya.”
Saya membenci
ayah saya dan saya juga malu akan dirinya. Saya sangatlah egois, saat itu saya tak ingin
direndahkan karena dirinya. Namun ketika saya tinggal di sini, melihat betapa ayah
dan ibu mempercayai saya, saya semakin tak bisa memberitahukan karena takut
mengecewakan ayah dan ibu. Juga Woo Jae-ssi.
Saya minta maaf karena melukai Woo
Jae dengan perceraian dan mempermalukan ayah dan ibu. Tolong maafkan saya.”
“Ini seperti
bukan dirimu. Mengapa kau menceritakan perasaanmu pada kami. Apakah kau
mengatakan ini karena kau ingin kembali pada Woo Jae?” tanya ayah.
Seo Young
menjawab tidak. Ia hanya tak ingin melukai mereka lebih banyak lagi. Ibu
menatap Seo Young khawatir, “Lalu mengapa kau tiba-tiba menceritakan hal ini
pada kami?”
Sesaat Seo Young
menunduk dan kemudian menjawab, “Saya ingin meminta maaf secara tulus sebelum
terlambat.”
“Apa maksudmu
mengatakan itu?” tanya ayah heran.
“Jika saya tak
meminta maaf sekarang..,” Seo Young sedikit tercekat dan kemudian memaksakan
senyumnya, “Saya pikir saya akan menyesalinya seumur hidup saya.”
“Hanya itu?”
tanya ayah semakin heran.
“Ibu. Ayah.
Mohon jaga kesehatan,” kata Seo Young yang kemudian berdiri dan membungkuk pada
kedua orang tua Woo Jae. Dan ia pun meninggalkan mereka yang terdiam lama
setelah kepergiannya.
Ayah menghela
nafas, merasa aneh karena Seo Young datang ke rumah pagi-pagi sekali dengan
muka pucat dan tiba-tiba meminta mereka untuk memaafkannya. Ibu juga mengamati
betapa lemahnya Seo Young seakan tak punya kekuatan.
Ayah menyuruh
istrinya untuk menelepon Woo Jae. Tapi ternyata handphone Woo Jae tak diangkat.
Keheranan ayah pun menjadi sebuah kekhawatiran, “Apa yang terjadi? Sebenarnya
apa yang terjadi pada mereka?”
Bersambung ke bagian 2. Note : saya baru akan menulis sinopsis MDSY setelah menyelesaikan Sinopsis GFB ep 6, ya..
oke mbak,
ReplyDeleteMAKASIH juga udah ngelanjutin sinop drama ini...
nanggung tinggal 2 episode soalnya :P
(yg ep awal emang udah tdk tertolong hehe)
dira
bener-bener menguras air mata klo nntn serial ini :(
ReplyDeleteaku suka tokoh si ibu mertua. agak aneh, tapi bukan jahat.
tapi semua tokoh yang disini keren.
pantesan rating tinggi dsana meskipun drama dengan jumlah 50 eps..
walau dah nonton episode 50 nya dan happy end tapi tetep nangis juga waktu ngebaca sinop dari mbak...
ReplyDeletegumawo...
semangat mbak dee
akhirnya yang ditunggu dateng,,thx ^^
ReplyDeleteMba dee gomapta,mini
ReplyDeleteakhirnya.....
ReplyDeletetrims banyak mb dee, mau melanjutkan sinopsisnya....
karna penasaran ama 2 episode terakhir, akhirnya aku liat di dramacrazy.net, happy ending...bahagianyaaaaaa!!!!
tapi belom afdhol kalo belom baca sinopsisnya di sini ^_^
Sdh beli dvdnya tapi blom sempet nonton.. Mo tunggu sinop dr mba dee dulu sampe selesai..
ReplyDeleteKamsha mba sdh mau dilanjutin lagi sinopnya.. ^^
Waahhh episode yg menguras air mata.....makasih mb dee ....ditunggu kelanjutannya ...S̤̥̈̊Ñ”̲̣̥Ñ”̲̣̣̣̥♍ªªªηgªª†̥
ReplyDeleteHaduuhhh.. Bakal lama mnunggunya. Hiiikkksss tp tdk apa2. Yg penting ada nongol nih sinop. Terima kasih mbak..
ReplyDeleteThe team proved to be dedicated, communicative, and greatly skilled in unique web designing. Thanks to their success, they've secured further development work with the client.
ReplyDelete