Sinopsis My Daughter Seo Young
Episode 46
Melihat pria kumal itu
mendekatinya, Ho Jung semakin gemetar. Walau begitu, memberanikan diri menatap
pria itu. Tapi ketika pria itu mengulurkan tangannya, Ho Jung tak tahan untuk berteriak
dan lari terbirit-birit. Kabur.
Pria itu hanya diam. Tiba-tiba
ada suara handphone berbunyi. Pria itu mengangkat tangan yang ternyata sedang
memegang handphone dan menyapa si pemanggil.
Pemanggil yang adalah Sang Woo,
panik mendengar suara pria dan bertanya siapa pria itu. Mendengar suara pria
itu yang berkata, “Aku..” dan sambungan telepon mati, Sang Woo langsung panik
dan keluar bioskop untuk mencari Ho Jung.
Sementara pria yang berkata,
“Aku..” memandang handphone yang ia pegang yang sekarang mati (kehabisan
baterai) dan bergumam seakan protes, “Aku hanya ingin mengatakan kalau aku
memungut handphone ini.”
Gubrak! LOL. Antiklimkas banget,
sih. Ternyata pria kumal itu pria baik-baik yang mengambil handphone Ho Jung yang sepertinya terjatuh saat Ho Jung
lari dari pria yang menawarinya barang. Duh.. kesian banget nih orang..
Disangka yang engga-engga.
Seo Young pulang dan kaget
mendapati Ho Jung jongkok di depan pintu apartemennya seperti anak kucing yang
kehilangan rumah. Saat ditanya alasan Ho Jung ke rumahnya, Ho Jung menjawab dengan
muka memelas kalau ia tak tahu harus pergi kemana.
Aww.. sedihnya dan juga so sweet..,
karena yang dipikirkan Ho Jung pertama kali adalah Seo Young dan bukannya
sahabat-sahabatnya.
Seo Young membawa Ho Jung ke
dalam apartemennya dan Ho Jung menceritakan apa yang ia dengar tadi di bioskop.
Seo Young yang mengenal adiknya, mengatakan kalau Sang Woo tak mungkin
menceritakan hal seperti itu pada temannya.
Tapi Ho Jung yakin kalau Sang Woo
bisa mengatakan perasaannya dengan bebas karena Sang Woo tak tahu kalau ia
mendengarkan percakapan teleponnya. Ia tahu kalau dirinya terlalu menunut.
Seo Young menyela kalau memang
seharusnya seperti itu, wanita pasti ingin dicintai oleh suaminya dan tuntutan
Ho Jung juga tak berlebihan. Ho Jung pun
akhirnya berkata jujur kalau pernikahan ini terjadi karena ia yang menyukai
Sang Woo.
Sementara itu Sang Woo ke kantor
polisi, meminta mereka untuk melakukan pencarian istrinya. Tapi polisi tak
yakin kalau Ho Jung benar-benar kabur. Bahkan polisi itu berasumsi kalau pria
yang mengangkat telepon itu adalah pacar gelapnya. Tentu saja Sang Woo meledak
mendengarnya, “Istriku bukanlah wanita yang seperti itu!”
Seo Young terkejut mendengar
penuturan Ho Jung yang ternyata diceritai oleh Sang Woo tentang kisah dirinya
dan ayah. Ho Jung mengatakan tak ingin menghakimi mereka. Ia sangat menyukai
ayah mertuanya. Menurut Ho Jung, ayah yang ia kenal selama ini sangatlah hemat
dan penuh kasih sayang. Ia bahkan tak pernah membuatkan sarapan karena ayahlah
yang membuat sarapan untuk mereka. Ia juga tak pernah dimarahi oleh mertuanya
itu.
Tapi itu tak berarti ia tak
memahami Seo Young. Jika bukan karena Seo Young, Sang Woo pasti tak dapat
menyelesaikan kuliah kedokterannya. Ia memahami perasaan ayah tapi ia juga
memahami perasaan Seo Young, “Dan aku
merasakan sakitnya ayah dan kakak.”
Jika ia berada di posisi Seo
Young dan memiliki adik seperti Sang Woo, ia pasti tak akan menghidupinya,
seperti Seo Young membiayai Sang Woo, “Mungkin aku sudah kabur dari rumah atau
ingin mati saja mati.”
Ho Jung menghentikan ucapannya dan kemudian sadar apa
maksud perkataannya, “Astaga, kalau aku mengatakan seperti itu, aku
kedengarannya menganggap ayah jahat, ya.”
Seo Young menatap haru pada adik
iparnya yang polos dan ceplas-ceplos. Handphonenya berbunyi dan ternyata dari
Sang Woo. Seo Young menatap Ho Jung, ragu. Ho Jung yang merasa Seo Young tak
mau menerima telepon di depannya,
pura-pura ke toilet.
Sang Woo yang panik tak tahu
harus kemana lagi harus mencari Ho Jung menelepon kakak kembarnya yang
pengacara, untuk membantunya membuat laporan penculikan karena polisi tak mau
membuatkan.
Seo Young bengong mendengar
celotehan adiknya yang bertubi-tubi. Ia bertanya apa maksud adiknya itu, dan
Sang Woo yang tak sabar langsung berkata, “Sudah kubilang tadi, kurasa ia
diculik!”
LOL. Tak dapat menahan geli, Seo
Young tersenyum lebar. Tapi Sang Woo yang tentu saja tak dapat mendengar senyum
Seo Young, bertanya mengapa Seo Young tak menjawabnya?
Seo Young buru-buru berkata kalau
ia akan segera kesana. Ia memanggil Ho Jung dan berkata kalau ia ada urusan dan
harus pergi keluar, jadi ia akan mengantarkan Ho Jung. Ho Jung ragu dan
bertanya apa tak lebih baik Seo Young menelepon Sang Woo agar Sang Woo tak
khawatir?
Tentu saja tidak. Sambil
tersenyum, Seo Young berkata, “Lupakan saja orang yang cerita ini itu pada
temannya. Jangan pedulikan apakah ia khawatir atau tidak. Jika nanti Sang Woo
bertanya mengapa kau membuatnya menunggu, katakana saja kalau ia berhak
mendapatkannya!”
Heee…. Jahil juga si kakak. Ho
Jung saja sampai bengong, tak tahu harus menjawab apa.
Tapi ketidaktahuan Ho Jung
berubah menjadi panik dan ketakutan saat Seo Young menurunkannya di depan
kantor polisi. Seo Young menjelaskan kalau Sang Woo ada di dalam kantor polisi.
Tapi Seo Young tak mau menjelaskan apa urusan Sang Woo di kantor polisi. Kalau
Ho Jung masuk ke dalam dan menemui Sang Woo, maka ia akan tahu jawabannya.
Ho Jung langsung bergegas masuk
ke dalam dan berseru kaget saat melihat Sang Woo yang duduk terpekur di kursi,
“Apa yang terjadi? Apakah oppa ditangkap polisi?”
LOL. Gak sadar apa kalau ada yang
khawatir setengah mampus. Sang Woo hanya dapat menatap Ho Jung, tak tahu reaksi
apa yang harus dikeluarkan. Lega? Senang? Kaget? Marah?
Maka Sang Woo pun walk out
meninggakan Ho Jung. Ho Jung buru-buru menyusulnya dan meminta maaf,
menjelaskan kalau handphonenya hilang dan ia pergi ke tempat Seo Young. Tapi
apa menurut Sang Woo, suaminya itu tak berlebihan melaporkannya pada polisi?
Sang Woo berbalik melotot pada Ho
Jung. Ho Jung pun mengkeret dan mencoba meminta Sang Woo memahami tindakannya.
Apa yang dibicarakan Sang Woo di telepon benar-benar membuatnya salah paham.
“Bagaimana mungkin kau bisa
berpikiran seperti itu?” kali ini Sang Woo benar-benar meledak. “Hanya tanggung
jawab? Memaksa diriku sendiri walaupun rasanya menyebalkan? Jika kau memang
mendengarnya, mengapa kau tak bertanya? Apa kau tak punya mulut? Apa kau tak
bisa bicara?”
Ho Jung membela diri kalau ia tak
mungkin berani bertanya karena ia takut kalau yang ia dengar itu ternyata
benar, kalau sebenarnya Sang Woo berusaha keras dan memaksa diri untuk
pernikahan ini. Sang Woo benar-benar tak percaya istrinya bisa punya pikiran
itu, “Siapa bilang kalau aku terpaksa?!”
Ho Jung memberanikan diri menatap
Sang Woo dan kaget karena mata Sang Woo sudah berkaca-kaca, apalagi suara Sang
Woo bergetar saat berkata, “Kau benar-benar.. kupikir sesuatu yang buruk telah
terjadi padamu. Jantungku gemetar.. Aku selalu berpikir, ‘apa yang harus
kulakukan? Apa yang harus kulakukan jika tak menemukanmu? Apa yang harus
kulakukan?’”
Ho Jung masih belum bisa percaya
kalau Sang Woo benar-benar mencemaskannya, “Jadi.. ini semua.. tak terpaksa..
atau menjengkelkan? Kau benar-benar khawatir.. benar-benar khawatir?”
Sang Woo menatap Ho Jung putus
asa dan tak dapat berkata-kata lagi. Ia menarik Ho Jung dan memeluknya. Ho Jung
pun tersenyum lega dan membalas pelukan suaminya. Tapi kemudian terdengar suara
Sang Woo mengancam, “Coba saja, kalau kau berani menghilang dari hadapanku
lagi..”
Aww…
Dan pengacara merangkap cupid itu
hanya tersenyum dari kejauhan, menatap bahagia pada sepasang suami istri itu.
Mi Kyung datang ke ruangan Kyung
Ho dan terkejut saat Kyung Hoo memberikan kalung hati yang dulu pernah ia
berikan pada dokter oppa-nya semasa SMA. Ada inisial KMK di belakang bandul
itu. Berarti Gyung Ho memang dokter oppa itu. Tapi mengapa Gyung Ho selalu
sadis padanya dan tak memberitahukan jati diri Gyung Ho sebenarnya saat ia
datang pertama kali ke rumah sakit ini?
Gyung Ho pun menjawab, “Apa kau
ingat apa yang kau katakan saat kau memberikan kalung itu? ‘Tunggulah aku. Aku
akan menjadi doter bedah y ang menyelamatkan nyawa rang lain, dan saat itu aku
akan menemuimu, Oppa,’” kata Gyung Hoo menirukan, “Kita bertemu lagi dan kau
sudah menjadi dokter bedah. Aku bangga padamu. Tapi kau setiap hari hanya sibuk
dan lebih mementingkan kehidupan cintamu daripada pasien. Jadi aku merasa tak
perlu untuk memberitahukanmu.”
Mi Kyung terhenyak mendengar
jawaban Gyung Ho yang lagi-lagi pedas, namun sangat jujur dan benar.
Ayah yang khawatir dengan Ho Jung
menunggu kedatangan Sang Woo dan Ho Jung di luar. Saat mereka berdua turun,
Sang Woo meminta ayah untuk memarahi Ho Jung. Tapi ayah tak mau karena ia takut
kalau Ho Jung nanti lari lagi.
Hehehe.. kayaknya semua anggota
Lee berpihak pada Ho Jung semua, nih.. Termasuk Sang Woo, yang menggenggam
tangan Ho Jung untuk mengajaknya masuk ke dalam rumah. Aww….
Di kamar, Ho Jung yang sudah
tertidur karena kelelahan, mengigau dalam tidurnya, “Kau memintaku untuk tak
menghilang lagi, kan? Aku tak pernah akan hilang lagi.”
Sang Woo yang kebetulan baru
masuk dan mendengar ucapan Ho Jung tersenyum, dan ia pun ikut membaringkan
tubuh ke tempat tidur. Berbeda dengan sebelum-sebelumnya. Kali ini, dengan
lembut ia merengkuh Ho Jung yang sudah terlelap dan tersenyum bahagia penuh
kelegaan.
Keesokan harinya Seo Yeong
menceritakan kejadian kemarin malam pada Yeon Hee. Yeon Hee memuji Seo Young
yang sekarang telah berubah banyak, bahkan sekarang menjadi makcomblang pada
adiknya.
Seo Young berkata kalau yang ia
lakukan ini sedikit banyak karena keegoisannya yang ingin mengurangi perasaan
bersalahnya pada Sang Woo. Dulu ia merasa harga dirinya adalah segalanya
padahal dengan begitu, ia malah melukai banyak orang, “Aku tak tahu kalau
orang-orang yang kucintai melakukan hal itu demi diriku. Di luar
sepengetahuanku, ternyata aku menerima banyak kasih sayang.”
Yeon Hee pun berganti topik dengan bertanya apakah Seo Young benar-benar akan memberikan uang dari ayah Woo
Jae untuk membantu kasus Eun Ho. Seo Young yakin akan keputusannya. Karena ia
tak dapat menerima maupun menolak uang itu. Maka ia memutuskan untuk memberi
semacam bantuan pada anak yang tak mampu, menyalurkan uang dari perusahaan
besar untuk Eun Ho.
Uang itu akan dipakai untuk
menyelesaikan kasus Eun Ho. Seo Young menemui orang tua korban dan membujuk
mereka untuk menyelesaikan kasus ini di luar pengadilan. Mulanya orang tua
korban itu masih enggan.
Seo Young pun memberitahu, jika
kasus ini sampai ke pengadilan, apapun hasilnya, mereka tak akan dapat uang
ganti rugi. Dan kenyataan kalau Eun Ho tumbuh seperti itu karena tak memiliki
orang tua seperti mereka.
Eun Ho tak merasa bersyukur saat
diberitahu Seo Young, usaha apa yang telah dilakukannya. Seo Young yang tahu
kalau luka Eun Ho sama seperti dirinya dulu, menceritakan kalau ia dulu sama
seperti Eun Ho. Dulu ia ingin mati jika memikirkan ayahnya. Tapi dia bertahan
dan lama kelamaan ia mempunyai alasan lagi untuk hidup.
Seo Young meletakkan segepok uang
yang pernah diberikan nenek Eun Ho padanya sebagai uang jasa. Dan ia pun
memberitahu kalau neneknya sangat mengasihinya. Ayah Eun Ho bukanlah segalanya.
Tak ada yang berubah jika Eun Ho meninggal. Lebih baik Eun Ho memikirkan nenek
dan adiknya.
Mendengar hal itu, Eun Ho
menangis dan mengakui kalau di hari itu sebenarnya ia ingin mati saja dengan
mobil yang dibawanya. Karena ia jika ia tak bunuh diri, ia takut akan membunuh ayahnya
saat itu juga.
Seo Young hanya menatap Eun Ho.
Saat akan kembali ke kantor, Seo
Young melewati toko perlengkapan kegiatan outdoor. Dan ia melihat sepasang ayah
anak yang keluar dari toko itu, lengkap dengan perlengkapan untuk mendaki
gunung.
Betapa berubahnya Seo Young
sekarang. Karena apa yang Seo Young lihat, itulah yang akan Seo Young lakukan. Yeon
Hee kaget melihatnya datang ke kantor dengan memakai perlengkapan mendaki. Sambil tersenyum ceria, Seo Young berkata
kalau ia ingin mendaki gunung dari dulu.
Hmm.. kayaknya ada yang kangen,
nih.. Gang Sun menghabiskan siangnya dengan lagi-lagi menonton home shopping
yang menayangkan suaminya dan kepiting. Ji Sun pulang dengan membawa vacuum
cleaner baru, membuat Gang Sun bertanya apakah temannya itu memang berniat
untuk cerai dengan Ki Bum?
Tentu saja Ji Sun serius dan
mengiyakan saat Gang Sun menyamakan rumah besarnya dengan penjara dengan Ki Bum
sebagai kepala penjara dan anak-anaknya sebagai sipir. Bahkan Ji Sun pun
menyamakan Gang Sun dengan suaminya, sama-sama kepala penjara, “Mungkin Min Suk
juga sedang kabur dari penjaramu, ya?”
LOL. Gang Sun pun kesal, dan
masuk kamar setelah tak bisa menjawab pertanyaan Ji Sun yang menyudutkan
tentang keberadaan Min Suk.
Dan ucapan-ucapan Ji Sun itu
sepertinya nempel di hati dan pikirannya, karena yang ia lakukan sekarang
adalah melacak keberadaan suaminya. Pertama ia ke kantor Home Shopping dan
mendapatkan nama agency yang memproduksi tayangan homeshopping suaminya itu.
Namun ia mengalami jalan buntu
saat pergi ke agency itu. Pimpinan agency itu menolak untuk memberi tahu dimana
suaminya sekarang, dengan alasan karena Min Suk melarang pemilik agency itu memberitahukan dimana keberadaan Min Suk.
Bwahaha..
Dan si suami sekarang sedang
menjalani audisi untuk menjadi mafia. Sutradara itu agak ragu untuk menjadikan
Min Suk sebagai mafia karena menurut sutradara mukanya terlalu tampan untuk
menjadi mafia. Sung Jae yang juga ikut audisi menyela kalau Min Suk sangat pas
menjadi mafia karena akn lebih dramatis jika karakter jahat tak tampak jahat
sama sekali.
Hasilnya? Min Suk diterima
casting untuk pertama kalinya. Yay! Hore untuk Min Suk! Hore untuk Sung Jae!
Ji Sun membeli vacuum cleaner
otomatis yang mirip robot untuk mempermudah pekerjaannya. Ha. Work smart, play
hard sepertinya adalah motto hidup ibu satu ini. Saat ia sedang ‘melakukan’
pekerjaan rumahnya, Ji Sun mendapat telepon dari suaminya. Langsung dimatikan.
Telepon kedua muncul. Hampir saja Ji Sun mematikan, tapi melihat nama si
pesulap, ia mengurungkan niatnya.
Ternyata Ki Bum menelepon
istrinya karena ia sudah ada di depan rumah. Jadi betapa gondoknya ia melihat
mobil Ji Sun melenggang pergi meninggalkannya di depan.
Si pesulap menemui Ji Sun untuk
meminta maaf atas perbuatan yang dilakukannya. Ji Sun pun memaafkan karena ia terlibat dengan kasus ini, matanya
telah terbuka akan kehidupan ini. Si pesulap itu melihat kedatangan suami Ji
Sun dan berkata walau ia melakukan sulapan dan tipuan, ia tahu pasti kalau
ramalan tentang Ji Sun benar. Masa depan Ji Sun memang akan sangat cerah.
Ki Bum mendatangi meja mereka
dengan marah. Tapi si pesulap itu memang akan pergi. Namun sebelum pergi, ia
memberitahu Ki Bum kalau Ki Bum adalah orang yang menyedihkan.
Sepeninggal
pesulap itu, Ki Bum mengomel, memarahi istrinya yang masih tetap mau bertemu
dengan orang yang pernah menipunya.
Ji Sun mengangkat alis mendengar
nada Ki Bum dan bertanya apakah suaminya ini cemburu? Suaminya berdecak seakan itu adalah tindakan
konyol dan bertanya apa yang diminta Ji Sun agar tak bercerai selain saham,
kartu kredit dan uang?
Tentu saja Ji Sun tak mau apapun
kecuali jika Ki Bum bisa mencintainya. Ji Sun tahu kalau suaminya ini tak
mencintainya, jadi ia bengong dan hanya bisa mengerjapkan mata saat suaminya
membentak untuk bertanya bagaimana caranya?
Dengan nada lebih tenang, Ki Bum
bertanya bagaiamana ia harus menunjukkan cinta itu. Dengan sedikit menggerutu
Ki Bum mengakui kalau ia sekarang merasa kesepian dan hampa karena tak ada Ji
Sun di sisinya.
Aww… so sweet.. Ji Sun lagi-lagi
hanya bisa bengong dan mengerjapkan matanya lagi.
Seperti kata-katanya pada Yeon
Hee, pada hari itu juga ia mendaki gunung. Sampai juga ia di puncak salah satu
bukit. Saat beristirahat, ia mengambil bekal coklatnya.
Ia menoleh ke belakang, dan ia
melihat dirinya 20 tahun yang lalu digandeng oleh ayahnya. Seo Young kecil
menggerutu karena ia dipaksa untuk berjalan terus hingga ke puncak, dan ayahnya
memasukkan sepotong coklat sebagai hadiah karena mereka sudah sampai separuh
jalan.
Rupanya roklat itu adalah salah
satu kenangan indah masa kecilnya. Mengingat kejadian itu, membuatnya teringat
dengan kejadian di hari lain saat sekeluarga mendaki gunung lagi. Kali ini ayah
telah menanam harta karun di tumpukan salju di dekat pohon.
Ada tiga kertas merah untuk Seo
Young yang bertuliskan coklat, payung dan baju boneka. Untuk Sang Woo, ada tiga
kertas biru yang bertuliskan lego, permen dan komik. Jika mereka dapat
menemukan kertas-kertas itu, maka mereka akan dibelikan hadiah yang tertulis.
Jika tidak, maka mereka harus makan sayur. Anak-anak itu pun langsung
berlarian, mencari harta karun itu.
Alasan ayah mengadakan permainan
berburu harta karun di pegunungan bukan di sekolah, karena untuk melatih fisik
Seo Young yang lemah. Dan mendaki adalah olaharga yang bagus untuk melatih
ketahanan dan kegigihan. Ibu memperhatikan kalau ayah terlalu menjaga Seo
Young. Bagaimana dengan Sang Woo?
Ayah mengatakan kalau Seo Young
sudah benar-benar menjaga adiknya. Dan mereka pun geli karena Seo Young
benar-benar melakukan tugasnya sebagai noona pada Sang Woo yang hanya lahir 3
menit setelahnya.
Dan saat Seo Young berseru karena
telah menemukan ketiga kertas itu, ibu tersenyum karena yang sebelumnya Seo
Young membenci kegiatan mendaki, sekarang malah menyukainya. Dengan nada
bangga, ayah, “Tentu saja. Dia akan anakku.”
Ayah pun berlari menuju Seo Young
yang berlari ke arahnya dan mengangkat Seo Young dengan gembira.
Membandingkan ayah dan dia di masa
kecilnya, dengan ayah dan dia beberapa tahun ini, membuat Seo Young menangis. Sikap
dan perlakuannya pada ayah sangatlah berbeda. Sikap dan perlakuan ayah padanya
tetap sama.
Di saat yang sama, ayah sedang tekun membuat proyek pribadinya. Kursi goyang
Menyadari kalau ia telah duduk di
sana terlalu lama, ia pun turun lagi. Namun saat ia sendiri di bukit yang sepi
itu, mengingatkannya pada dirinya saat kecil, yang ketakutan karena sendirian.
Seo Young kecil berteriak memanggil ayah dan betapa senangnya ia melihat ayahnya langsung
muncul. Ia ingin sampai ke puncak sendirian, tapi ia terlalu takut untuk
sendiri. Jadi ia memohon pada ayah agar menjawab panggilannya saat ia berseru
memanggil. Ayah pun mengiyakan.
Kenangan-kenangan masa kecil itu
membuatnya sedih. Ia termenung lama, membuat dua orang laki-laki menghampirinya
mengira Seo Young tersesat dan mengajaknya turun bersama.
Seo Young menolak
ajakan itu dengan alasan kalau ia sedang bersama seseorang. Menoleh kesana
kemari dan menyadari tak ada siapapun di sekitar mereka, salah satu pria itu
mendekati Seo Young dan bertanya, “Siapa?”
Seo Young pun berteriak, pura-pura memanggil,
“Woo Jae-ssi! Woo Jae-ssi!”
“Ada apa? Aku di sini!” suara Woo
Jae secara ajaib muncul dari balik pohon.
Seo Young kaget melihat Woo Jae yang berjalan hati-hati agar kakinya yang hanya memakai sepatu kerja tak terpeleset. Seo Young tak percaya
melihat mantan suaminya itu ada di pegunungan sedingin ini, dengan memakai baju kerja, tanpa sehelai jaket atau peralatan mendaki.
Dan kedua pria itu pun berlalu setelah melihat ternyata ucapan Seo Young benar. Woo Jae menghampiri dan bertanya apa yang telah
dilakukan kedua orang itu. Seo Young tak menjawab hanya memandangi Woo Jae yang
bertanya penuh perhatian padanya.
Merasa ketahuan, Woo Jae pun
langsung membela diri kalau ia sebenarnya tak berniat muncul di hadapan Seo
Young sampai Seo Young memanggilnya (Note: janji Woo Jae di pertemuan terakhir
mereka). Tapi ia tak punya pilihan lain karena Yeon Hee meneleponnya.
Aww.. ternyata Yeon Hee
benar-benar mata-mata yang paten. Dan sahabat yang sangat baik. Setelah
ditelepon oleh Yeon Hee yang mengkhawatirkan Seo Young, Woo Jae langsung pergi
ke pegunungan dan masih sempat melihat Seo Young naik. Walau menyadari kalau ia
tak memakai baju mendaki (yang pastinya membuat ia kedinginan), ia tetap naik
juga.
Seo Young marah mengetahui kalau
Woo Jae nekad naik walau dengan baju yang ada di badan, “Woo Jae-ssi. Apa kau
sudah gila?”
Semula Woo Jae menunduk seperti
anak nakal yang ketahuan, tapi kemudian mendongak dan senyumnya terkembang saat
mendengar nada Seo Young, “Apa sekarang kau sedang mengkhawatirkanku?”
Ketahuan. Tapi Seo Young tak
peduli dan malah menggerutu, “Bagaimana mungkin aku tak peduli?”
Woo Jae mengembalikan pernyataan
Seo Young dengan memarahi Seo Young yang tanpa takut naik gunung sendirian di musim
dingin seperti sekarang ini, “Apa yang akan terjadi kalau tadi tak ada aku?”
“Apanya yang tak ada dirimu?” Seo
Young mulai emosi, “Kau sendiri tak memakai baju atau sepatu hiking!” Seo Young
teringat kalau ia sempat duduk lama di atas bukit dan bertanya dimanakah Woo
Jae saat itu?
Woo Jae tak menjawab malah
menggerutu, “Apa hobimu itu adalah semedi di gunung? Bagaimana bisa kau tahan
duduk seperti itu selama satu jam? Hampir saja aku mati kedinginan.” Woo Jae
pun memasukkan tangannya ke saku dan menenggelamkan mukanya ke dalam syal, mencari
kehangatan.
Sejam? Wow! Dan hobi Woo Jae
pasti adalah mengawasi orang semedi di gunung, karena ia juga tahan berada di
puncak dan berdiri selama satu jam.
Seo Young hanya bisa menghela
nafas frustasi. Karena mereka harus turun, Woo Jae mengusulkan agar ia turun
dulu, dan menjadi pemandu Seo Young. Tanpa menunggu reaksi Seo Young, Woo Jae
pun berjalan mendahului Seo Young.
“Setidaknya bawa ini..” Seo Young
mengacungkan tongkatnya. Tapi sepersekian detik setelah Seo Young berkata
seperti itu, Woo Jae tergelincir jatuh. Seo Young berteriak panik dan buru-buru
menghampiri Woo Jae.
Menurut Woo Jae sih ia baik-baik
saja. Tapi menurut badannya tidak. Telapak tangannya terluka dan kaki kanannya
keseleo.
Seo Young semakin frustasi melihat Woo Jae yang menganggap lukanya
enteng, “Apa tadi kubilang? Aku tahu hal ini pasti akan terjadi!”
Ha. Semua suami pasti akan diam
kalau istrinya (ehm.. mantan) sudah mulai melotot dan ngomel, antara panik,
kesal, kasihan sekaligus marah. Apalagi saat Seo Young memeriksa luka di
telapak tangan Woo Jae. Woo Jae hanya bisa mencoba tak membalas tatapan garang
Seo Young padanya.
Seo Young memapah Woo Jae agar
bisa menuruni pegunungan. Menurut Seo Young tentunya perjalanan ini sangatlah melelahkan dan
sulit bagi Woo Jae karena Woo Jae terlalu tinggi. Woo Jae pun
mengiyakan dan tak percaya kalau ia yang sebesar ini dibantu oleh Seo Young
yang sekecil itu.
“Aku tidak kecil!” bantah Seo
Young kesal.
Woo Jae tertawa dan mengacak-acak
rambut Seo Young. Seo Young hanya menatap Woo Jae, dan Woo Jae pun akhirnya
sadar akan gerak refleknya dan tersipu.
Dengan kecepatan yang menyaingi
langkah siput, akhirnya mereka bisa menuruni gunung. Woo Jae kasihan melihat
Seo Young yang kelelahan.
Reflek, ia mengeluarkan saputangan dan mengusap peluh
di wajah Seo Young dan menenangkan Seo Young yang khawatir padanya.
Mulanya ia meminta Seo Young
untuk mengantarkannya ke rumah sakit dengan menggunakan mobilnya. Tapi ia ingat
kalau Seo Young tentu juga membawa mobil kemari, maka ia minta Seo Young untuk
memanggilkan supir tembak saja. Tapi tentu saja Seo Young menolak, “Apa
maksudmu aku harus memanggil sopir? Kata-katamu itu ngawur. Aku dapat mengambil
mobilku nanti, jadi berikan kuncimu.”
Aww.. Seo Young benar-benar
‘teman’ yang baik.
Di mobil, Woo Jae memandangi Seo
Young tanpa terucap satu kata pun. Seo Young bertanya mengapa Woo Jae hanya
diam saja, tak berkata apapun. Woo Jae menjawab, “Karena kau mungkin tak akan
menyukainya.”
“Kau sudah melakukan semua hal
yang tak kusukai,” jawab Seo Young pendek.
Woo Jae tersenyum kecil dan
berkata karena itu ia tak akan melakukannya lagi. Ia pun menyandarkan kepalanya
dan memejamkan mata.
Mengungkit kasus Direktur Ahn,
Seo Young bertanya mengapa Woo Jae melepaskan orang itu, bahkan Woo Jae juga
tak mematuhi perintah ayah dan malah membayar uang pengganti pada Direktur Ahn?
Woo Jae bercerita kalau dulu ia
sering berbincang-bincang dengan ayah Seo Young dan salah satu pembicaraan
mereka adalah alasan mengapa ayah dipecat dari perusahaan tempatnya bekerja
saat krisis moneter. Ayah mengatakan kalau ia sakit hati saat diberhentikan
oleh perusahaan tanpa ucapan permintaan maaf. Woo Jae membenci Direktur Ahn,
tapi ia kasihan pada para karyawan Direktur Ahn yang sudah bekerja selama 25
tahun, yang secara tak langsung bekerja untuk Winners.
Woo Jae menatap wanita di sisinya
itu dan dengan lembut berkata, “Seo Young-ah.. Aku sangat mengagumimu.” Seo
Young menoleh, dan Woo Jae pun melanjutkan, “Jika aku berada di posisimu, aku
tak dapat bertahan dan mengatasi semua masalah itu. Aku menangis saat aku
memikirkan kau yang harus melalui semua kesulitan itu.”
Mata Seo Young berkaca-kaca,
namun ia masih memagari dirinya dan bertanya dingin, “Apa yang sudah kau tahu,
hingga kau bisa menangis?”
![]() |
“Kau memang bersalah karena saat itu tak menceritakan tentang ayahmu. Tapi semua orang melakukan kesalahan dalam hidupnya. Jadi maafkanlah dirimu sendiri.” |
Seo Young terdiam, namun perlahan
menganggukkan kepala.
Woo Jae dibawa ke rumah sakit
tempat Sang Woo dan Mi Kyung praktek. Untunglah. Menurut dokter jaga, cedera
kaki Woo Jae tak terlalu parah. Tapi Seo Young meminta agar Woo Jae menjalani
pemeriksaan lebih lanjut. Tentu saja Woo Jae menolak, dan Sang Woo pun setuju
kalau permintaan Seo Young terlalu berlebihan.
Hmm.. ada yang cerewet kayak istri
nih, padahal kan sudah mantan, ya.
Woo Jae meminta adiknya untuk tak
memberitahukan hal ini pada keluarga mereka. Mi Kyung pun menggerutu kalau ia
sudah capek dan bosan menjaga berbagai rahasia. Sontak suasana hening, Woo Jae
memandangi Seo Young yang menatap Mi Kyung dengan perasaan bersalah.
Woo Jae segera memecahkan suasana
dengan menyuruh Seo Young pulang saja karena Seo Young pasti sudah lelah
setelah mendaki gunung. Mi Kyung pun menenangkan Seo Young karena ia akan
menjaga kakaknya.
Seo Young pun mengiyakan. Sang
Woo menatap kakaknya, yang kata Woo Jae baru saja mendaki gunung, penuh arti.
Seo Young mengajak Mi Kyung untuk
berbicara. Mi Kyung tahu apa yang akan Seo Young bicarakan. Sebelum Seo Young
sempat meminta maaf, Mi Kyung mendahuluinya dengan berkata kalau semua itu
adalah masa lalu. Pengalaman yang baru saja ia alami membuat ia memahami Seo
Young. Dan ia meminta agar Seo Young tak menyalahkan diri sendiri, “Yang
penting bagiku sekarang adalah menjadi dokter yang memikirkan pasiennya.”
Seo Young tertegun mendengar
kata-kata Mi Kyung dan berkata kalau semua orang sepertinya jauh lebih dewasa
daripada dirinya.
Sudah malam, Kyung Ho terkejut
melihat ibu tirinya datang dengan lelah dan memintanya untuk ikut mencari
ayahnya.
Seo Young pulang dan tanpa
membuka baju sama sekali, langsung masuk ke tempat tidur yang belum ia rapihkan
sama sekali. Dengan berbantalkan bantal tangan hadiah dari Woo Jae, ia pun
memejamkan mata dan langsung terlelap.
Sang Woo menceritakan kejadian di
rumah sakit tadi, dimana Seo Young memanggilnya dan Mi Kyung karena panik akan
kondisi kaki Woo Jae yang ternyata tak begitu parah. Teringat akan kegiatan
hiking yang dilakukan Seo Young, mengingatkannya tentang pengakuan ayah yang
melihat Seo Young saat sedang mendaki.
Dan ia pun bertanya pada ayah, kapan
tepatnya ayah melihat Seo Young? Menurut Sang Woo cukup mengherankan kalau ayah
mendaki ke pegunungan yang jauh, padahal di dekat rumah mereka ada pegunungan
yang bisa didaki (jika ayah memang ingin olah raga).
Ayah pun tergeragap menjawab
pertanyaan itu. Ia pun mencoba mengalihkan perhatian dengan bertanya mengapa
Seo Young juga harus melakukan olahraga hiking itu, padahal baru saja ia
mendirikan kantor pengacara. Sang Woo menjelaskan karena butuh waktu setahun
untuk kantor baru Seo Young berjalan normal seperti kantor pengacara lainnya.
Saat ini adalah saat-saat yang sulit, tapi Sang Woo yakin kakaknya itu dapat
melakukannya.
Rupanya kata-kata itu membuat
ayah khawatir. Sendirian di dalam kamar, ia membuka sebuah kotak yang didalamnya
ada sebuah amplop putih.
Keesokan harinya, Seo Young masuk
kantor untuk menginterogasi. Tapi si mata-mata itu sudah tersenyum lebar dan
mengangkat tangannya, mengakui kalau ia adalah spy itu.
Ternyata dulu Woo Jae, yang tak
tahu dimana keberadaan Seo Young setelah Seo Young pergi dari rumah Kang,
menemui Yeon Hee. Tapi di awal pertemuan, Yeon Hee langsung mengatakan kalau ia
tak mau melakukan apa yang tak disukai Seo Young.
Namun kata-kata Woo Jae yang
mengubah pendiriannya. Kata-kata Woo Jae yang mengatakan kalau Yeon Hee adalah
teman terdekat Seo Young yang paling Seo Young percayai.
Yeon Hee merasa kalau sebagai
teman dekat Seo Young, ia berhak melihat apa sebenarnya hati Seo Young. Seo
Young bertanya apa yang ada di dalam hatinya. Yeon Hee pun menjawab, “Kau ingin
mencintai, tapi kau bisa melakukannya.”
Yeon Hee pun menambahkan,
setidaknya Woo Jae berhak mengetahui keberadaan Seo Young. Karena seperti yang
diakui Seo Young, Woo Jae tak menceraikannya, tapi Woo Jae memberikan perceraian itu, “Orang
yang paling merasa sedih adalah Woo Jae.”
Lagi-lagi Seo Young harus
mengakui kalau semua orang sepertinya jauh lebih dewasa daripada dirinya.
Tepat pada saat itu, ada yang
mengetuk pintu. Seo Young kaget melihat tamu itu adalah ayahnya.
Kedatangan ayah kemari adalah
untuk mengembalikan barang milik Seo Young. Ia mendengar kalau butuh biaya
besar untuk mendirikan kantor pengacara. Karena ayah tak memiliki apa-apa, maka
ia hanya bisa mengembalikan milik Seo Young. Dan ayah mengeluarkan amplop putih
yang semalam ia ambil dari kotak kayu.
Amplop putih itu ternyata adalah
amplop yang ditinggalkan Seo Young di pertemuan terakhirnya dengan ayahnya.
Saat itu Seo Young mengaku mendapat beasiswa ke Amerika dan ia akan pergi untuk
waktu yang amat sangat lama. Ayah menyiapkan makan siang yang lengkap, namun
Seo Young yang masih sangat marah dan membenci ayahnya, hanya makan nasi
sedikit dan segera pamit untuk pergi.
Ayah menangis sedih karena
ditinggalkan putrinya yang masih benci padanya, dan ia makan makanan yang
seharusnya dimakan Seo Young. Tapi ia tak dapat menahan sedu sedannya. Ia pun
terduduk lesu.
Saat itu ia melihat amplop
yang ditinggalkan Seo Young di bawah meja. Ada uang sebanyak 5 juta won di
dalamnya. Sepertinya uang 5 juta itu adalah uang dari Ki Bum sebagai bonus
karena berhasil menaikkan nilai Sung Jae. Ayah semakin tersedu-sedu melihat Seo
Young yang membencinya masih memberikan uang padanya.
Seo Young marah mengetahui ayah
tak menggunakan uang itu untuk membayar hutang-hutangnya. Tetap menunduk, ayah
mengatakan kalau ia hanya ingin mengembalikan apa yang pernah dipercayakan Seo
Young padanya. Ia pun beranjak pergi.
Seo Young teringat ucapan Woo Jae
yang mengatakan kalau ia berada di posisi Seo Young, pasti tak akan dapat
bertahan menghadapi kesulitan yang ada di hadapannya. Seo Young pun bertanya
pada ayah, apa saja yang ayah katakan pada Woo Jae?
Ayah diam tak berani menjawab.
Tapi Seo Young yang sudah menebak jawaban ayah, meluap marahnya, “Kenapa ayah
mengatakan hal-hal itu pada Woo Jae-ssi? Orang yang berhak untuk membenci,
mengutuk, dan menjelek-jelekkan ayah hanyala Sang Woo, ibu dan aku.”
Ayah kaget dan akhirnya mendongak untuk melihat putrinya yang sudah berkaca-kaca, “Kenapa
ayah memberitahukan orang lain? Kenapa ayah malah memberitahukan itu pada Woo
Jae-ssi? Kenapa? Aku bisa gila karena ayah!”
Ayah kembali menunduk kali ini
semakin dalam dan buru-buru minta maaf sebelum berlalu pergi.
Yeon Hee masuk menemui Seo Young
dan bertanya mengapa Seo Young mengatakan hal yang berlawanan dengan hatinya. Tak
dapat menahan air matanya, Seo Young mengatakan kalau ayahnya menceritakan keburukan
diri sendiri pada Woo Jae. Yeon Hee tak mengerti maksud Seo Young.
“Woo Jae-ssi masih tetaplah
menantunya. Apakah tak cukup dengan ayah memanggil Woo Jae dengan Wakil
Direktur? Kau juga tahu masa lalu ayahku. Ia ternyata mengungkapkan semua masa
lalunya yang memalukan. Aku benar-benar gila karena ayah.”
Seo Young membongkar
barang-barangnya. Dan di dalam kotak terdapat amplop. Like father like
daughter. Jika ayah menyimpan uang pemberian Seo Young, begitu pula Seo Young
yang masih menyimpan amplop uang pemberian ayahnya di hari terakhir pertemuan
mereka 3 tahun yang lalu.
Yeon Hee datang berkunjung dan
membawa anggur untuk diminum bersama. Melihat Seo Young sedang beres-beres, ia
pun ikut membantu. Salah satu buku yang ada adalah buku tamu pernikahan Seo
Young dulu. Dengan acuh Seo Young mengatakan kalau sebagian tamu adalah tamu
sewaan.
Yeon Hee membuka-buka buku tamu
itu, dan tersenyum melihat ada tamu yang namanya mirip dengan nama ayah Seo
Young. Lee Sam Jae. Seo Young tak acuh lagi, dan mendekat untuk melihat nama
itu.
Betapa terkejutnya melihat ejaan nama itu adalah nama ayahnya, begitu pula
bentuk tulisannya. Seo Young teringat betapa gugupnya ayah saat ia bertanya
kapan ayahnya mengetahui kalau ia menikah.
Sepeninggal Yeon Hee, Seo Young
mengirimkan SMS pada Sekretaris Yoon untuk bertanya untuk meminta alamat
perusahaan yang menyewa tamu-tamu palsu itu.
Betapa kagetnya ia saat ia bertanya
pada pegawai perusahaan itu, karena ada nama dan foto ayahnya yang terdaftar
sebagai tamu di pernikahannya tiga tahun yang lalu.
Lee Sam Jae hadir menjadi tamu di pesta pernikahan yang ia sembunyikan rapat-rapat.
Komentar :
Sebenci-benci Seo Young pada
ayahnya dulu, Seo Young tetap tak ingin orang menghina ayahnya. Seperti yang ia
katakan pada ayahnya, yang berhak membenci ayah hanyalah Sang Woo, ibu dan
dirinya. Hanya mereka bertiga yang boleh tahu kejelekan ayahnya.
Sebenci-bencinya Seo Young pada ayahnya, ia tetap tak ingin orang lain menghina
ayahnya.
Episode ini benar-benar
menunjukkan betapa dekat hubungan ayahnya dengan Seo Young. Saat saya menonton
di KBSworld, saya heran mengapa terjemahan Indonesia untuk My Daughter Seo Young adalah Anak
Emasku. Aneh bukan? Namun di episode ini, terjawab sudah.
Dari kecil, Seo Young memang anak
emas ayah. Ayah sangat memperhatikan dan memuja Seo Young. Bahkan istrinya pun
bisa merasakan betapa ayah sangat memperhatikan Seo Young. Bukannya ayah tak
menyayangi Sang Woo, tapi kecintaan dan kebanggaan pada putrinya sangatlah
besar.
Begitu pula dengan Seo Young.
Sejak kecil Seo Young benar-benar sangat dekat dengan ayahnya. Bahkan sifat
gigih dan bertahan tak pernah menyerah ternyata adalah didikan ayahnya.
Orang yang paling mencintai, akan
merasa paling tersakiti jika orang yang tercinta melakukan kesalahan. Begitu
pula Seo Young. Hubungannya yang dekat pada ayahnya, membuat ia juga memuja
ayahnya. Ia menganggap ayah sebagai idolanya.
Tapi kecintaannya itu berubah menjadi luar biasa benci, melihat ayahnya lagi dan lagi dan lagi tak dapat membuktikan kalau ayahnya bisa menjadi orang yang dikagumi dan dipanuti.
Dan sekarang kebenciannya itu berubah menjadi penyesalan yang amat dalam melihat ayahnya bisa berubah. Ia tentu menyesal, mengapa ia tak sabar menunggu ayahnya sadar dan berubah seperti sekarang? Seperti yang dikatakan Ho Jung, ayah yang ia kenal adalah ayah yang hemat dan pekerja keras.
Mengapa ia meninggalkan ayahnya dulu?
Itu juga adalah pertanyaan saya. Namun saya tahu jawabannya, karena ayah pernah memberitahukan hal ini pada Sang Woo.
Di saat Sang Woo bimbang, ketika mengetahui Mi Kyung adalah adik ipar Seo Young, Sang Woo akhirnya bertanya mengapa ayah baru berubah sekarang? Jika ayah bisa berubah dari dulu, Seo Young pasti tak akan pergi, dan ia pasti bisa menikahi Mi Kyung.
Saat itu ayah menjawab karena Seo Young.
Ayah akhirnya menyadari betapa jalan yang dilalui Seo Young sangatlah berduri, dan hanya Seo Younglah yang bisa bertahan. Ayah yang mengajari Seo Young dari kecil untuk selalu gigih dan bertahan, dan sekarang ayah ingin meniru kegigihan Seo Young dalam bertahan.
Selanjutnya : Sinopsis My Daughter Seo Young Episode 47
mbaaa..aku addict banget sama blog ini...setiap hari bisa bolak-balik cek apa ada uppdate ;p
ReplyDeleteaku suka bgt drama ini..makasih mbaa sinopnyaa..krn susah cari yg subtitle
Idem Mbak Riska..
DeleteIDEM TOO!!!
DeleteADUH ADUH SUDAH TAK TERKATAKAN MBAK DEE BAGAIMANA DRAMA INI BISA BIKIN MENGHARU BIRU, DAGDIGDUGSER NUNGGU SETIAP KONFLIK SELESAI
makasih banyak mbak dee buat sinopnya, buat komnetarnya, kayaknya dira bakal ngiktuin drama SW ini lagi hehe
MDSY DAEBAK XD
IDEEEM JUGAAAA,,,,,,^_^
DeleteDrama ini sampe eps brp ya Dee? Terharu banget baca sinopsis eps 46 ini, hiiiiksss.....
ReplyDelete50...
Deletesabar ya, ni masih 46
episode2 berikutnya bakal lebih menyesakkan dari ini
maaf mbak dee, gak tahan nih
ngeliat preview hari ini udah kadung ngais duluan T.T
SPOILER "anak emas" preview ep 49 : http://www.tudou.com/programs/view/4SrvJV41e8Y/
http://welcometohappysworld.blogspot.com/2013/03/kdrama-my-daughter-seo-young-episode-49.html
Sang woo ho jung sweet
ReplyDeleteyaaa seoyoong memang luar biasa
tapi si ayah y jauh luar biasa
OF COURSE!!!
DeleteSEO YOUNG YANG SEKUAT BATU KARANG
SANG WOO YANG CERDAS
KEDUA ANAK YANG PATUH DAN PENYAYANG...
WHAT A GREAT PARENTS :'(
drama ini buat banyak orang ngeliat ke diri mereka sendiri, apa yang udah mereka lakuin terhadap orang tua dan kehidupan mereka
di luar sana mungkin banyak keluarga seo young yang seperti itu-saling menjaga perasaan, saling mengerti
aih mbak dee minta maaf banget hari ini komennya sensitif
MDSY, kapan lagi ketemu drama kayak gini?
wah episode ini yangpaling ditunggu2,,, lom ada eng subnya pula,. ho jung snag woo couple.....lovely banget sih... smoga semakin berkembang nih hubungan mereka.... bukan maksud seo yung untuk memarahi ayahnnya, tetapi keputusan ayahnnya yang menceritakan masa lalunya membbuat seo yung semakin merasa bersalah terhadap ayahnnya.. dan itu membuat hubungan ayah-anak ini semakin kaku... (menuerut saya loh)... ep ini fav abissss,,,,, apalagi yg pas di gunung pas se young manggil woo jae... berharap banget bia nemuin cowok sebaik woo jae.. lol
ReplyDeleteAiih,bagus amat ep 46 ,apalg yg pas digunung so sweet bgt,woo jae baik bgt ad ga ya cowok ky gt disini he..he..(ngarep),ak ud bolak balik ke blognya mba dee akhirnya ad jg ep 46 ak nungguin bgt mba ga sabar pengen tau kelanjutannya,lanjutan ampe abis ya mba,kamsamida ya mba fighting...
Deletekenapa seo young gak mau nyeritain alasannya berbohong ya emang gara2 ini
Deletegara2 dia gak mau ngumbar kesalahan ayahnya ke orang lain
really!!! so sweet banget *di sii terus lama2 bisa nangis lagi
mba dee.. takjub dah ama ni drama.. di tunggu lanjutannya ya mba.. thank u....
ReplyDeletembk dtunggu klanjutanx,mga episode slnjtx bs kluar lbh cpt hehehehe mksh mbk dee..
ReplyDeleteakhirnya muncul juga eps 46, ud d'tungguin ampe jamuran hehehehe sop kalee pke jamurr hohoho
ReplyDeletethankzz kakak dee
Bolak balik ke blog ini tiap jam akhirnya sinopsis 46 nonggol juga thanks bgt dee aq cinta bgt ma drama ini episod 46 ini mang bgs bgt ratingnya juga paling tinggi dibanding Чªήğ lain ditunggu dee sinopsis episod selanjutnya FIGHTING
ReplyDeleteyg jd mi kyung it, ap ya jadi na yoon di protect the boss y?
ReplyDeletebukan :)
Deleteyang di princess pro
jenny si sahabat pengacara seo
dia beda banget di sini...
waahh,benarkah?
Deleteiya beda bgt
mksh,,
nangis sumpehhhh ;(((( Huaaaaaaaaaaa
ReplyDeleteterharu bnget dh smpek nangis q bacax,tetap semangat mbk dee fighting ^^
ReplyDeleteterharu bnget dh smpek nangis q bacax,tetap semangat mbk dee fighting ^^
ReplyDelete