Sinopsis Nice Guy Episode 14 - 1
Maru panik saat melihat tempat tidur Eun Gi kosong. Ia
mencoba bertanya pada suster, tapi sia-sia. Ia bertambah panik dan mencari
sampai ke luar rumah sakit. Betapa leganya ia menemukan Eun Gi tertidur di
bangku taman.
Ia menepuk-nepuk pipi Eun Gi, tapi Eun Gi tak segera bangun,
malah meringkuk kedinginan. Buru-buru Maru melepas jasnya dan menyampirkan ke
badan Eun Gi. Akhirnya Eun Gi membuka mata, membuat Maru lega.
“Apa yang harus kulakukan kalau kau keluar tanpa
memberitahukanku sedikitpun? Apa kau tahu betapa khawatirnya aku?” tanya Maru
mengeluarkan perasaannya.
Eun Gi hanya menatap tanpa menjawab, membuat Maru menjadi
kesal. Apa Eun Gi tak mendengar apa yang sedang ia katakan?
“Kalau kau terus
melakukannya..” Maru menghentikan kata-katanya, sadar kalau ucapannya terlalu
keras. Dan kali ini suaranya melembut, “Tidak, maafkan aku. Lebih baik kita ke
dalam saja, karena kau akan kedinginan.”
Maru menarik Eun Gi untuk bangkit, tapi Eun Gi malah
mendorongnya, “Siapa kau?”
Maru sedikit kaget, tapi ia tetap berusaha meraih pundak Eun
Gi. Tapi Eun Gi malah menampar tangannya dan bertanya, “Aku tanya siapa kau?”
Kali ini Maru benar-benar kaget. Apalagi saat Eun Gi berdiri
dan membuang jasnya ke tanah, langsung pergi meninggalkannya.
Eun Gi berjalan dan menatap sekitarnya dengan pandangan
seperti pertama kalinya ia melewati
tempat itu. Maru mengejarnya dan mencoba menghentikannya. Tapi dengan
tajam, Eun Gi menyuruhnya untuk minggir dan lagi-lagi menepis tangan Maru.
Namun kali ini Maru kembali menarik tangan Eun Gi, menyuruhnya
untuk tak main-main dengannya. Tapi Eun Gi memang tak main-main. Ia menatap
garang pada Maru dan melepaskan tangannya dengan kasar.
Sekretaris Hyun menemui dokter Seo dan dengan panik ia
bertanya, apa gerangan yang sedang terjadi pada Eun Gi.
Tanpa menyadari kalau Maru mengikutinya dari belakang, Eun
Gi menyusuri jalan dengan pandangan bingung bercampur ketakutan. Tak memakai
jaket dan hanya memakai sandal rumah, ia memandangi satu per satu barang yang
ia lewati. Pada saat itu terdengar suara dokter Seo yang menjelaskan,
![]() |
Sekretaris Hyun : “Apakah itu berarti ada kemungkinan ia tak akan mengenali kami lagi?” |
Lampu untuk penyeberang berganti merah, dan Eun Gi berdiri
di pinggir jalan. Ia tak menyeberang bukan karena lampu itu merah, tapi karena
banyak mobil yang masih melaju kencang di hadapannya. Lampu masih merah, tapi
sudah tak ada mobil yang melintas di hadapannya. Jadi ia mulai melangkahkan
kaki..
![]() |
Dokter Seo : “Anggap saja ini adalah ujian kecil untuk menemukan ingatannya kembali. Jika ia mampu melewati ujian ini, maka, seperti kotak pandora, seluruh ingatannya akan keluar semua.” |
.. dan ada mobil yang melaju kencang, siap menyambarnya. Eun
Gi tak sempat mundur. Tapi tubuhnya ditarik oleh seseorang.
Ia berbalik dan mengerutkan kening, memandang Maru bingung. Kali
ini ia tak marah, tapi ragu-ragu. Ia bertanya, “Apa.. kau.. mengenalku?”
Maru menggandeng tangan Eun Gi yang ragu saat memasuki
kamarnya sendiri. Ia semakin ragu dan menghentikan langkahnya. Tapi Maru
menariknya lembut dan membawanya ke meja belajar.
Ia melihat foto yang
ditunjukkan Maru. Foto kencan pertamanya saat mereka ada di Aomori.
Tapi Eun Gi malah membanting foto itu, “Bohong!”
Suara bantingan itu membangunkan Choco yang sudah tertidur. Tapi ia
tak peduli.
Ia menatap Maru dan berkata lebih keras lagi kalau semuanya ini bohong. Ia mulai melempar isi mejanya, menjatuhkan lampu belajar
hingga Choco kaget dan ketakutan.
Buru-buru Maru menahan Eun Gi dan menenangkannya. Tapi Eun
Gi tak mau dan malah meronta-ronta, hingga Maru harus memeluknya. Tapi Eun Gi
masih meronta-ronta dan menjerit, “Bohong! Semuanya bohong!”
Choco semakin ketakutan melihat Eun Gi yang tantrum seperti
itu. Masih memeluk Eun Gi, Maru menyuruh Choco untuk segera turun ke bawah
sekarang. Teriakan histeris Eun Gi semakin mejadi-jadi semakin memberontak.
Tapi Maru tak mau melepaskan Eun Gi. Ia membiarkan Eun Gi menjerit-jerit, tapi
ia tetap mendekap Eun Gi erat, hingga akhirnya Eun Gi kelelahan dan pingsan.
Eun Gi lemas dan hampir terjatuh, namun Maru menahannya dan ia
duduk sambil masih memeluk Eun Gi. Ia mengamati Eun Gi yang bernafas teratur,
yang berarti gadis malang itu tidak pingsan, tapi tertidur.
Di bawah, Jae Gil menenangkan Choco yang menangis karena
takut setengah mati melihat sikap Eun Gi tadi. Jae Gil curiga bagaimana semua
ini dapat terjadi, karena sebelumnya Eun Gi baik-baik saja.
Jae Hee minum anggur (lagi?) di rumahnya. Ia teringat
kata-kata Min Young yang berniat mencopot Eun Gi sebagai pewaris Taesan. Namun
ia tak terlihat gembira.
Ia malah teringat tatapan Maru yang mendorongnya dan
mengusirnya dari rumah saat Eun Gi pingsan. Ia mendesah, seolah tak percaya
mendapat perlakuan seperti itu.
Pagi datang. Choco tertidur di sofa tempat Jae Gil biasanya
tidur, dan Jae Gil tidur di lantai, menemani Choco. Sementara Maru tidur dengan
posisi yang sama dengan malam sebelumnya, memangku dan memeluk Eun Gi.
Saat Maru mencuci muka, Jae Gil memberitahukan tentang
kedatangan Jae Hee. Ia sudah melarang Jae Hee masuk dan menyuruh Choco untuk
berjaga di depan.
Choco berdiri di teras rumah dengan cemberut. Tak merasa
terusik dengan sambutan Choco, Jae Hee mengeluarkan senyum andalannya dan malah
memuji Choco yang sekarang sudah besar padahal dulu saat mereka bertemu, Choco
masih bayi. Choco tak terpengaruh. Dengan ketus ia melarang Jae Hee untuk masuk
ke rumah.
Jae Hee mencoba membujuk Choco mengatakan kalau dia tidaklah
jahat. Tentu saja Choco hanya tertawa sinis, “Kalau kau bukan orang jahat, apa
semua orang jahat di dunia ini sudah mati? Dasar pengkhianat.”
Jae Hee tak marah dikatai sepert itu. Ia malah bertanya
apakah ia masih dianggap pengkhianat?
Astaga.. menurut elo?
Tentu saja Choco membeberkan semua kesalahan Jae Hee, dari
meninggalkan kakaknya hingga menikahi seorang chaebol. “Semua keinginannmu
sudah tercapai. Kau pasti sangat bahagia sekarang.”
Jae Hee termangu mendengar pernyataan Choco. Ia seperti
berkata pada diri sendiri, “Kupikir jika semua keinginanku terpenuhi, aku akan
bahagia. Tapi..”
Maru keluar dan Jae Hee menatap pria itu, “..Ternyata aku
tak sebahagia yang kupikirkan. Kurasa aku merasakan hal ini karena kakakmu tak
ada di sampingku.”
Choco tak bersimpati dengan Jae Hee, malah mengatainya
‘Heol’ (Whor*?). Maru menyuruh Choco untuk masuk, dan Choco meminta Maru untuk
tak berlama-lama di depan rumah, “Kak, dia sudah bukan orang yang kita kenal.
Sekarang ia sudah menjadi tante-tante yang aneh.”
Setelah Choco masuk, Maru langsung mendorong Jae Hee ke
tembok. Bukankah Maru sudah menyuruh Jae Hee untuk pergi?
Walau terkejut, Jae Hee mencoba untuk tak panik dan berkata
kalau bagaimanapun juga ia adalah ibu Eun Gi. Ia berhak menemui putrinya.
“Apa yang kau katakan pada Eun Gi?” tanya Maru geram. “Apa
yang kau katakan padanya hingga ia pingsan!”
“Aku menceritakan tentangmu. Bukan sesuatu yang baru,” Jae
Hee menepis tangan Maru yang mencengkeram lengannya. Seharusnya ia yang
bertanya pada Maru, bukan Maru yang bertanya padanya. “Aku tak tahu apa yang
menakutkan dari ceritaku hingga ia pingsan.”
Tak menghiraukan kalau Jae Hee adalah seorang wanita, Maru
mendorong Jae Hee ke tembok dan kali ini mencengkeram kerah bajunya dan
mengancam, “Jika kau membuat ulah lagi pada Eun Gi, kau akan melihat apa yang
Kang Maru mampu lakukan," ia mendorong Jae Hee sekali lagi, “dan sampai sejauh
mana aku akan melakukannya.”
“Cinta itu bukan hanya tentang kesetiaan. Juga bukan rasa
kasihan. Hanya karena kau ingin semuanya kembali normal, bukan berarti kau
harus mencintainya. Cinta adalah..,” dengan lebih lembut Jae Hee berkata,
“adalah apa yang kau berikan padaku. Itu adalah cinta, kan?”
Maru tertegun dan melepaskan cengkeramannya. Jae Hee
mengakui kalau ia menyesal telah meninggalkan cinta itu. Dan karena alasan itulah
yang membuat ia ada di sini. Tak peduli apa yang telah terjadi, ia ingin
mendapatkannya kembali, “Itulah yang dinamakan cinta.”
“Kita bertemu kembali dengan kau menjadi tunangan Eun Gi.
Aku tak tahu apa yang membuatmu kembali, dan tapi jujur aku tak membencinya. Aku
malah senang, karena aku bertemu kembali denganmu. Tanpamu, dunia terasa
membosankan.”
Jae Hee tersenyum dan berkata kalau ia akan pergi sekarang
dan mereka pasti akan bertemu lagi. Masih tetap tersenyum, Jae Hee meninggalkan
Maru yang termangu.
Di mobil, Jae Hee mendapat telepon dari Min Young yang
memberitahukan kalau ia telah mendapatkan hasil MRI dan CT Scan milik Eun Gi.
Dan ia juga tahu kalau sampai sekarang Eun Gi masih menerima perawatan dari
ahli syaraf, dr. Seo Min Hyuk.
Karena itu, Min Young merencanakan untuk mengajukan gugatan
untuk mencopot Eun Gi dari ahli waris Taesan dengan alasan ketidakmampuan
mental.
Setelah menutup telepon, Jae Hee berkata pada dirinya
sendiri, “Jangan khawatir, Eun Gi. Aku akan menjagamu sampai kau meninggal
nanti. Aku tak akan mengusirmu tanpa uang sepeserpun, seperti yang dilakukannya.
Selama kau tahu diri, selama kau tetap bodoh, cantik dan baik seperti sekarang
ini.. aku tak akan membencimu.
Kenapa aku harus membencimu? Karena Maru dan aku, hidupmu
menjadi hancur. Kaulah korban yang paling utama. Maafkan aku. Aku benar-benar
minta maaf.”
Eun Gi telah bangun. Namun ia tak mempedulikan Maru yang
mengajaknya turun karena Choco telah memasak sup untuk mereka. Melihat Eun Gi
hanya diam dan tak sudi melihatnya, Maru menyodorkan jus tomat yang dibawanya
untuk diminum lebih dulu.
Tanpa sepatah katapun, Eun Gi menampar gelas itu. Menanggapi
itu, Maru hanya berkata kalau ia akan membawakannya lagi.
Jae Gil dan Choco hanya bisa melihat Maru kembali membuat
jus tomat untuk yang kedua kalinya. Jae Gil menatap Maru khawatir, apakah Eun Gi
baik-baik saja? Maru hanya meng-hmmm.. dan tersenyum tipis, untuk kemudian naik
ke atas lagi.
Jus tomat kedua pun ditampar Eun Gi hingga jatuh ke lantai.
Lagi-lagi Maru berkata kalau ia akan membawakannya lagi, “Mungkin kau tak suka
jus tomat. Apa kau mau susu?”
Tak ada jawaban. Eun Gi tetap memalingkan muka.
Jae Gil dan Choco menyarankan agar Maru membiarkan Eun Gi.
Jika Eun Gi lapar, pasti Eun Gi mau makan. Tapi Maru tak menjawab, hanya
tersenyum dan naik ke atas lagi.
Jae Gil dan Choco yang khawatir, berteriak
dari bawah, meminta Eun Gi untuk tidak marah pada Maru dan segera minum.
Tapi Eun Gi tetap tak mau minum dan menampar gelas, walau kali ini keluar
kata-kata dari mulut Eun Gi, dan tetap pedas, “Hentikan! Aku tak mau makan!”
Maru tetap menyiapkan gelas yang kesekian kalinya. Tak
nampak kemarahan atau kekesalan di wajah Maru, malah Choco yang kesal dengan
sikap Eun Gi.” Menyebalkan. Apa dia pikir hanya dia saja yang mengalami
saat-saat sulit? Kakakku juga. Aku harus berbicara langsung padanya.”
Jae Gil menarik tangan Choco, menahannya untuk ikut campur
urusan ini.
Sambil tetap tersenyum, Maru menyodorkan gelas susu itu pada
Eun Gi. Eun Gi menatap marah pada Maru, “Apakah kau tak mendengar kata-kataku?
Aku bilang, aku tak mau makan!”
“Apa yang akan kau lakukan jika kau tak makan?” tanya Maru
sabar. “Kau harus makan dan tetap hidup.”
Kali ini Eun Gi mengambil gelas itu, namun dengan sengaja ia
membantingkan gelas itu hingga pecah berkeping-keping. Melihat tindakan itu,
Maru hanya diam dan tetap sabar.
Tapi Choco yang menguping di bawah tanggalah yang tak sabar
lagi karena menurutnya sekarang Eun Gi sudah keterlaluan. Ia mulai naik tangga untuk
berbicara pada Eun Gi, tapi tubuhnya ditarik Jae Gil yang mengajaknya untuk
nonton film di bioskop saja. Choco tak dapat melepaskan diri karena Jae Gil
mengangkatnya dan membawanya keluar.
Pada Eun Gi, Maru berkata kalau ia akan mencobanya lagi.
Masih ada botol susu di lemari es, juga tomat. Jika habis, ada 3 toko di daerah
mereka. Ia juga punya banyak waktu
karena ia sementara tak bekerja di Taesan.
Namun Eun Gi tetap keras kepala. Gelas yang berkikutnya pun juga
dibantingnya hingga pecah lagi. Maru berdiri untuk mengambil susu lagi.
Tapi kali ini Eun Gi menahan ujung celananya dengan
tangannya yang berdarah. Rupanya pecahan kaca mengenai tangannya.
Maru mengambil obat dan menaruh salep betadine ke luka Eun
Gi. Eun Gi menerima perawatan itu tapi tetap memalingkan muka.
Maru berkata
kalau ia senang melihat Eun Gi marah dan memecahkan barang seperti ini.
Sangatlah wajar jika Eun Gi sangat marah.Maru
malah khawatir melihat Eun Gi selalu tampak bahagia dan ceria, karena mungkin
sebenarnya di dalam hatinya, Eun Gi sangat terluka, “Jika memungkinkan, aku
ingin melihatmu menjerit dan menangis.”
Eun Gi diam tapi terlihat kalau ia mendengarkannya. Dan kali
ini ia melihat Maru yang meniup luka ditangannya agar lekas kering.
Maru bertanya apa yang diceritakan Jae Hee padanya. Apakah
Eun Gi terluka karenanya? Apakah Eun Gi terluka karena kenangan bersamanya
sehingga menyembunyikan kenangan itu?
“Jika kau terluka karenanya, janganlah disembunyikan tapi
keluarkanlah semuanya. Berhenti melukai dirimu sendiri, dan lukailah aku,” Maru
meraih tangan Eun Gi dan menusukkannya ke dadanya. “Kau harus hidup dengan baik
agar aku bisa pergi. Kau harus bangkit sepenuhnya, agar aku bisa lenyap dari
hadapanmu tanpa rasa khawatir.”
Maru berdiri dan berkata kalau ia akan mengambil susu lagi
dan meninggalkan Eun Gi yang tetap diam.
Saat Maru naik atas, ia melihat Eun Gi meringkuk dan
menangis memilukan. Kali ini ia membiarkan Eun Gi menangis untuk mengeluarkan
seluruh perasaannya.
Ia meletakkan gelas susu di meja dengan pelan dan turun
dengan gontai.
Namun sakit kepala yang hebat tiba-tiba menyerangnya lagi.
Eun Gi terus menangis sambil memegangi dadanya. Tangisannya
semakin keras untuk menekan rasa sakit hati yang terasa di dadanya.
Maru mendengar tangisan Eun Gi, tapi ia sekarang berada di kamar mandi dan muntah
karena sakit kepalanya yang tak tertahankan. Maru menekan matanya untuk
mengurangi rasa sakit yang menyiksa kepalanya, tapi sia-sia.
Sakit kepala itu
terasa sangat menyakitkan. Ia tetap muntah dan muntah. ia pun menangis.
Entah yang mana yang lebih menyiksa. Sakit di kepalanya atau
dalam hatinya. Ia menahan nafas agar isakannya tak keluar, tapi sia-sia.
Wajahnya semakin memucat dan ia hanya bisa menyandarkan diri di sana.
Saat malam, Eun Gi sudah tenang. Ia berbaring di tempat
tidur dan gelas susu telah kosong.
Maru tetap bersandar di kegelapan.
Keesokan harinya, Eun Gi turun tangga dan menyapa Maru
seolah tak terjadi apapun kemarin malam. Ia telah kembali menjadi Eun Gi
setelah kecelakaan. Eun Gi yang manis.
Maru sepertinya tak kaget akan hal ini. Eun Gi bercerita
kalau semalam ia tidur nyenyak sekali dan bermimpi sangat panjang. Namun dalam
mimpinya itu, Maru sangatlah berbeda dengan Maru yang sekarang. Maru yang dimimpi
itu menipunya, melukainya, terlalu percaya diri. Benar-benar pria jahat.
Maru, yang sedang mengoles selai di roti, terdiam sejenak namun kemudian bertanya, bagaimana jika
saat ingatan Eun Gi kembali dan menyadari kalau ia adalah pria yang seperti di
mimpi itu?
“Hmmh?” tanya Eun Gi kaget.
Maru membalikkan badan dan meletakkan piring roti untuk
sarapan mereka, “Apa yang akan kau lakukan jika aku adalah pria jahat yang
seperti dalam mimpimu?”
Eun Gi terdiam menatap Maru yang tersenyum padanya. Dan
kemudian ia menjawab, “Aku tak akan memaafkannya. Karena aku telah memilihnya
dan demi dia aku mengabaikan ayahku.”
Di luar dugaan, Maru malah tertawa kecil, membuat Eun Gi
bingung. Mengapa Maru malah tertawa?
![]() |
![]() |
“Karena aku lega,” kata Maru masih tetap tersenyum. “Kau
harus ingat untuk melakukannya, ya. Jangan lupa, jangan ragu dan jangan pernah
lepaskan pikiran itu. Kau harus melakukannya, Seo Eun Gi.”
Joon Ha menemui Eun Gi di café dan bertanya tentang apa yang
dikatakan oleh Jae Hee sehingga Eun Gi pingsan. Eun Gi menggeleng, ia ingat
kalau Jae Hee datang dan berbicara padanya. Tapi ia tak ingat apa pembicaraan
mereka.
Joon Ha mendengar kalau ingatan Eun Gi sudah kembali. Tapi Eun Gi membantah. Ia hanya ingat kepingan-kepingan ingatan yang acak. Ia juga ingat kalau Joon Ha pernah memberitahunya kalau Maru mendekatinya untuk membalas dendam pada seseorang.
Tapi ia tak ingat siapakah orang itu. “Aku hanya ingat kalau Maru sangat dekat dengan orang itu dan karena orang itulah ia mendekatiku. Kau sendiri yang mengatakannya.”
Eun Gi mengangguk yakin dan bertanya siapa orang itu? Seperti apakah Kang Maru yang sebenarnya?
Joon Ha hanya diam menatap Eun Gi yang meminta penjelasan Eun Gi. Tak satupun kata keluar dari mulutnya.
Drama ini benar-benar seperti kue lapis. Perasaan yang nampak
di luar, belum tentu seperti ada di dalam. Perasaan yang ada di dalamnya, belum
tentu sama dengan yang dibawahnya.
100% saya yakin kalau Joon Ha benar-benar nice guy. Dari adegan di rumah sakit saat ia menjenguk Eun Gi di episode 13, walau ia sepertinya menyukai Eun Gi, tapi ia mengalah pada Maru.
Dengan ia berkata
jujur, proses kembalinya ingatan Eun Gi akan jauh lebih cepat. Bagai mencabut
duri dalam daging, cara mencabut paling efektif adalah mencabutnya dengan
cepat. Sangat menyakitkan tapi duri itu dapat segera hilang. Dan juga
kesempatan mendapatkan Eun Gi semakin besar.
Tapi ia tahu kalau ingatan Eun Gi kemali, (normalnya) Eun Gi akan membenci Maru. Ia ingin menyelamatkan posisi Presiden untuk Eun Gi. Untuk itu ia membutuhkan bantuan Maru. Dengan ia berbohong, ingatan Eun Gi mungkin tak akan kembali, tapi Eun Gi akan bahagia bersama Maru dan proses pengembalian posisi Presdir akan semakin mulus.
Jadi haruskah ia menjadi pria tak baik dengan berkata jujur atau pria baik-baik dengan berkata bohong?
Menurut Jae Hee, cinta itu egois. Tak peduli apa yang telah terjadi, ia ingin mendapatkan Maru kembali. “Itulah yang dinamakan cinta,” kata Jae Hee seolah bangga.
Sementara saya yakin, kita yakin, kalau Maru itu mencintai Eun Gi, tapi menurut Jae Hee tidak. Menurutnya yang Maru rasakan sekarang ini adalah rasa kasihan. Dan kasihan bukanlah cinta.
Ada banyak cinta. Yang dirasakan Maru pada kedua wanita itu memang cinta.
Yang dirasakan Maru pada Jae Hee adalah cinta pertama. Yang dirasakan Maru pada Eun Gi mungkin adalah cinta sejati.
Jika cinta pertama tak perlu pembuktian, karena sudah jelas. Pertama kali ia merasakan, itulah yang dinamakan cinta pertama.
Namun cinta sejati perlu pembuktian. Cinta sejati adalah cinta yang berani berkorban. Mungkin Maru merasa kalau cinta pertamanya adalah cinta sejatinya. Ia telah berkorban demi Jae Hee, menjadikan dirinya tumbal untuk kejahatan yang dilakukan Jae Hee.
Tapi cinta menjadi sejati jika cinta itu selamanya. Agar bisa selamanya, pihak lain juga mau berkorban untuknya.
Apakah Jae Hee mau berkorban? Mungkin arti berkorban bagi Jae Hee adalah, ia mengorbankan perasaannya untuk menikahi chaebol tua dan kaya.
Enam episode (jika tak diperpanjang) adalah waktu bagi Eun Gi dan Maru untuk membuktikan apakah cinta mereka adalah cinta sejati atau bukan.
Bersambung ke Sinopsis Nice Guy Episode 14 - 2
hiks,
ReplyDeletebaca ni sinopsis sambil dengerin lagunya Mistake SNSD ma Love Story-nya Rain,
walau inti lagu ma ni sinop beda, tapi,,
tetep dapet feel-nya,,,
palagi paz scene kedua-duanya ngrasain "sakit" yang berbeda (atau mungkin sama)di waktu yang bersamaan,,,
hiks hiks,
makasih ya mbak buat updatenya,,
ku tunggu lanjutannya
HHhmmm......liat ketulusan MR pd EG....buat hati treyuhh....
ReplyDelete“Kau harus ingat untuk melakukannya, ya. Jangan lupa, jangan ragu dan jangan pernah lepaskan pikiran itu. Kau harus melakukannya, Seo Eun Gi.”
ReplyDeletenangis baca ini ditambah insiden yg lagi terjadi ma shinee sekarang bikin tambah nangis. aku paling sebel klo udh nangis, sebel!
cukup 6 episode lagi.. jangan di perpanjang....
ReplyDeleteini sudah cukup menyesakan hati....
cukup membuat frustasi.... TT
Kata kata maru ke eun gi pas awal awal itu bikin nangis itu kyk udh ada niatan mau mati dianya kalo eun gi inget semua aaaaaah poor maru
ReplyDeletecieee mbak dee,
ReplyDeleteand who is gotten by you now? first love or true love? or both? ^^
eh eh, ketinggalan berita, shinee kenapa mbak april? ---> oot mianhae :P
LOVE JUNHA!!! haha, seneng banget ngeliat dia di episode2 belakangan >___<
for bad english and comment, IM SORRY....
ReplyDelete*mbak elok sih jarang dateng ngajarin :P
yang bener kan who is by ur side now keke~
sumpahhh kang maru sabarrrrrrrrrrrrrr bangetttttt ngerwat eun gi, tuh gelas dah di pecahin berkali2 maru superrr sabar,,, sweet baanget..
ReplyDeleteAq mpe nangis lihat adegan n scene ni mba dee,,, nyesek banget rasanya nih hati... :D
fighting mba dee..
Eun Gi terdiam menatap Maru yang tersenyum padanya. Dan kemudian ia menjawab, “Aku tak akan memaafkannya. Karena aku telah memilihnya dan demi dia aku mengabaikan ayahku.”
ReplyDeleteDi luar dugaan, Maru malah tertawa kecil, membuat Eun Gi bingung. Mengapa Maru malah tertawa?
“Karena aku lega,” kata Maru masih tetap tersenyum. “Kau harus ingat untuk melakukannya, ya. Jangan lupa, jangan ragu dan jangan pernah lepaskan pikiran itu. Kau harus melakukannya, Seo Eun Gi.”
###
Iya maru psti akan merasa lega.. kalo eun-gi seperti itu dy bisa dengan tenang pergi dr hidup eun-gi. Dengan penyakit yg kini bertambah parah. ã… ã…
kalo eun-gi memaafkan dan ingin bersama maru, maru jadi susah untuk melepas eun-gi dan pergi.. ã… ã…
Dan pastinya maru jg sulit kalo harus liat eun-gi sedih jika tau kenyataan maru sakit dan hanya punya sedikit kemungkinan u/ hidup atau sembuh.
Sulit juga buat aku liat maru menderita huhuhuhuhu ã… ã… ã… ã… ã… ã…
ini drama super duper nice...
ReplyDeletepinter banget mainin perasaan penontonnya
kalo nyesek, nyesek bgt
sebel , sebel bgt
dan kalo adegan2 sweet ga nyadar kita ud senyum2 sendiri
ahahaha
whaattt??
ReplyDeleteaku baru tw klw teryata jae hee tu "sadar" dg apa yg dya lakukan kpd eun gi:
"..Kenapa aku harus membencimu? Karena Maru dan aku, hidupmu menjadi hancur. Kaulah korban yang paling utama. Maafkan aku. Aku benar-benar minta maaf.”
kukira dya sama sekali g sdr dg prbuatnnya ke eun gi,, g twnya si jae hee msh punya setitik hati nurani y??..
tp ya cmn setitik-kn?
percumaaa..nti jg setitik itu bakal hilang krna t'tutupi dg banyakx kotoran,,
mb dee n mb fanny,, jeongmal gomawo ats kerja krsnya bwt sinop ni..
ahh,, saya memutuskan-- untuk i miss u -- saya akan membaca sinopnya aja. sementara Nice guy, saya ingin menontonnya..
ReplyDeleteTapi,, entah mengapa, setiap mau nonton NG, saya malah takut... takut dengan kesedihan2 yang dimunculkan dalam drama ini. Dan tiap episeodnya, selalu ada bagian yang bikin saya mengeluarkan air mata. Jadi, sesekali saya gk nonton, tp baca sinpnya NG disini... eh, tnyata,, tetep aja, i shed the tears... ditambah mbaca penjelasan Mb dee ttg first love n true love...
But, anyway,,, thnx ya mb...
baru nonton drama ini sekarang.. #kudet yeee..
ReplyDeletetp drama apa yg aku tonton aku sellau negok sinopnya disni,
lebih penasarannya si ke komen2nya.. >,<
nyesek, ketawa ngenes gimana gitu pas nonton, pas baca malah makin galau sendiri..
mba yang bikin sinopsis,, keren daaah,,, <3